Banten Ditantang Tekan Angka Kematian Ibu
SERANG, SNOL—Provinsi Banten menghadapi tantangan terbesar untuk menurunkan angka kematian ibu (AKI). Karenanya, perhatian khusus diberikan secara intensif guna tercapainya tujuan tersebut. Selain itu, Dinas Kesehatan juga akan memperkuat upaya promotif- preventif dalam tuntutan yang tinggi terhadap mutu pelayanan kesehatan.
Hal itu dikatakan Kepala Dinkes Banten drg. Sigit Wardojo dalam acara sosialisasi pembangunan kesehatan di Hotel Ratu Bidakara Kota Serang yang digelar kemarin lusa. Sigit menambahkan, Dinkes melakukan berbagai program kerja untuk pembangunan kesehatan, seperti program bina gizi ibu dan anak, program pembinaan upaya kesehatan, program pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan, program farmasi dan pembekalan kesehatan, pemberdayaan SDM kesehatan, serta peningkatan mutu pelayanan kesehatan masyarakat.
“Saat ini kondisi di Banten, terdapat 15 persen dari jumlah puskesmas yang ada tidak memiliki tenaga dokter. Di tingkat pelayanan kesehatan lanjutan masih banyak kekurangan untuk tenaga spesialis bidan, kandungan dan spesialis anak,” ungkap Sigit.
Selain peningkatan, lanjut Sigit, sarana dan prasarana dari peralatan medis harus sesuai dengan sistem rujukan pelayanan kesehatan. Sigit melanjutkan, dirinya akan kembali meninjau dan melakukan koordinasi dengan Dinas Kesehatan di tingkat kabupaten/kota. “Itu agenda saya. Kira-kira gimana, apa memungkinkan untuk menerjunkan (dokter-red) PTT dari provinsi,” katanya. “Nanti ada pelatihan juga. Untuk bantuan alat kesehatan kita mendorong bantuan keuangannya,” tambahnya.
Dilanjutkannya, saat ini anggaran kesehatan di Banten dalam anggaran perubahan ada pemangkasan. Ini dilakukan sesuai dengan keinginan internal Dinkes. “Jadi kami yang mengusulkan pemangkasan anggaran, agar semua dapat berjalan sesuai tupoksi, seperti arahan Sekda. Bukan karena adanya masalah pengadaan barang yang tidak sesuai seperti tahun sebelumnya. Kami sengaja akan meningkatkan apa yang menjadi pokok utama pembangunan kesehatan. Untuk alkes (alat kesehatan) kalau memang masih ada dan bagus, kenapa harus dibuat pengadaan alat lagi,” pungkasnya. Untuk diketahui per 2013, adapun jumlah kekurangan tenaga kesehatan adalah sebagai berikut; 17 dokter umum, 60 dokter gigi, 16 perawat, 83 perawat gigi, 7 bidan, 137 asisten apoteker, sarjana farmasi atau apoteker 188, sarjana kesehatan masyarakat 56, sanitarian 119, gizi 83, analis kesehatan 147. (mg11/made)