Banten Ternyata Minim Petani

SERANG, SNOL—Regenerasi petani di Banten terus merosot. Lulusan perguruan tinggi cenderung memilih berkarir di bidang lain. Dari jumlah 7.459 kelompok petani di Banten, rata-rata usia petani mencapai 50 tahun. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Banten, Eneng Nurcahyati, Jumat (22/8).

“Seperti di Serang kan daerah industri, jadi ada kecenderungan anak-anak mudanya gengsi menjadi petani sehingga lebih memilih ke perusahaan. Mungkin “image” yang terbentuk itu bagi mereka bergelut di sawah rasanya bau lumpur, tidak dekat dengan perempuan,” ungkapnya.

Padahal, lanjutnya, pertanian merupakan bidang pekerjaan yang cukup menjanjikan apabila dijalankan dengan managemen yang baik. Sehingga diharapkan pertanian di Banten akan lebih maju lagi. “Seharusnya melalui para pemuda terutama alumni-alumni perguruan tinggi bidang pertanian ini berlomba-lomba menciptakan kreativitas dan inovasi dalam bidang pertanian, mengembangkan ide dan kreatifitas dalam rangka menerapkan teknologi. Pertanian bisa lebih maju lagi. Dibutuhkan orang-orang yang penuh ide dan kreatifitas,” jelasnya.

Ia mengakui, hal tersebut merupakan pekerjaan rumah (PR) bersama, baik pemerintah maupun stakeholder lain dalam rangka menyiapkan regenerasi petani. “Makanya kami dalam sosialisasi-sosialisasi terus motivasi bahwa pertanian itu ternyata menguntungkan. Bagaimana mengembangkan itu menjadi wirausaha yang bisa menggerakkan masyarakat di daerahnya untuk menandur, memelihara tanaman, panen, dan yang terpenting membuka lapangan pekerjaan,” jelasnya.

Menurutnya, idealnya seorang petani bisa dikatakan sukses diukur dari beberapa indikator diantaranya bisa mempertahankan usaha taninya secara berkelanjutan, upaya meningkatkan produktifitas, adopsi teknologi tinggi, kreatifitas untuk terus berkembang, bisa menularkan ilmunya kepada masyarakat di lingkungannya. Selanjutnya apabila memungkinkan anggota keluarga untuk melanjutkan usaha, membuka jaringan ke pasar, serta memiliki jaringan yang luas.

“Di Banten sudah banyak yang sukses, dalam beberapa kesempatan juga kami beri penghargaan dengan klasifikasi-klasifikasi. Ada juga yang sudah dikenal secara nasional seperti beras Cimanuk dari Pandeglang dengan rasanya yang khas,” ucapnya.

Kemarin, selama tiga hari (20-22) Agustus Distanak Banten bekerja sama dengan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten memberikan pembekalan manajemen usaha untuk petani cabai dan bawang merah dari Kabupaten Lebak dan Pandeglang yang digelar di Hotel Mahadria Kota Serang.

Seperti diungkapkan Budiharto Setyawan Kepala Bank Indonesia Perwakilan Banten, Menurutnya, kegiatan bertani cabai dan bawang merah membutuhkan modal yang cukup besar apabila dibandingkan dengan bertani sayuran jenis lainnya. Modal yang dibutuhkan dapat berupa lahan, bibit, saprotan, pupuk, dan yang tidak kalah penting adalah modal yang berupa keterampilan atau pengetahuan bertanam cabai dan bawang merah.

Pemahaman akan risiko dan jenis kebutuhan bertanam cabai dan bawang merah tahap per tahap juga sangat penting. Misalnya, nilai kebutuhan ketika menyemai bibit, tentunya akan berbeda dengan nilai kebutuhan pada saat bibit sudah ditanam di lahan dan tanaman sudah siap untuk dipanen. Sementara pada saat yang sama sebelum masa panen, tentunya kebutuhan rumah tangga petani akan tetap ada.

“Terkait dengan hal tersebut, hendaknya setiap usaha baik berdagang maupun bertani melakukan pengelolaan keuangannya, dan dapat mencatat pengeluarannya, sehingga dengan mudah dapat dilakukan perencanaan pengeluaran dan mengetahui keuntungan dari usahanya,”ungkap Budi Jumat (22/8).

Manfaat lainnya, lanjut Budi, dari pengelolaan keuangan yang baik, tercatat dan terencana serta memanfaatkan informasi pencatatan untuk memperoleh pembiayaan/kredit dari lembaga keuangan, karena catatan keuangan adalah bahasa komunikasi atau potret potensi keuntungan dimasa yang akan datang serta ukuran kemampuan membayar pinjaman yang akan diberikan lembaga keuangan.

“Kemandirian dan kemajuan petani secara langsung dapat juga dinilai dan ditentukan oleh pengelolaan keuangan yang baik, karena rencana di masa yang akan datang ditentukan oleh pengelolaan yang baik dimasa sekarang,” katanya. (mg11/made)

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.