Industri Kerajinan Topi Bambu Masih Dianaktirikan
CIKUPA,SNOL— Komunitas topi bambu menyebut Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang belum mencintai kerajinan topi bambu. Produk ini hanya dianggap sebagai ikon Kabupaten Tangerang semata, tanpa ada dukungan pengembangan untuk industri kerajinannya secara maksimal.
“Pemkab belum juga mencintai produk lokal topi bambu yang merupakan logo Kabupaten Tangerang. Saat ini dana bantuan belum tersentuh untuk pengrajin meskipun di Musrenbang tersiar kabar ada anggaran untuk pembinaan atau pengembangan produk pengrajin,” kata Agus Hasanudin, ketua komunitas topi bambu kepada Satelit News, Kamis (14/8).
Saat ini komunitas topi bambu yang konsen memperdayakan masyarakat Kabupaten Tangerang bekerjasama Lembaga Pusat Pemberdayaan Masyarakat (PPM) dengan mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta saat melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tegal Baju, Kecamatan Cisoka.
“Mudah-mudahan Pemkab Tangerang terutama dinas terkait tahu bahwa komunitas berperan untuk masyarakat. Selain itu, komunitas juga berperan membuat koperasi untuk penganyam dan pengrajin,” ungkapnya.
Selain itu, komintas topi bambu juga bermita dengan bisnis service witel Banten Timur PT Telkom BSD dalam pemberdayaan informasi teknologi bagi pelaku usaha kecil menengah (UKM). “Saya mewakili pengrajin merasa sudah saatnya pemerintah memperhatikan kerajinan topi bambu dan tidak hanya sekedar dijadikan ikon pemerintah saja,” imbuhnya.
Sementara itu, mahasiswi jurusan manajemen fakultas ekonomi dan bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,Gerhana Ika Saraswati mengatakan, tujuan utama KKN ini untuk melatih mahasiswa melaksanakan pendidikan selain di kelas, juga untuk memberdayakan keilmuan mahasiswa untuk memberdayakan masyarakat di Desa Caringin sejak 7 Agustus sampai dengan 7 November.
“Di Desa Caringin saya dan kawan-kawan dalam KKN Sejati melihat potensi kemampuan masyarakat dalam menganyam bambu yang sangat besar. Kami juga merasa masyarakat belum menyadari bahwa menganyam bambu bisa menjadi komoditi utama bisnis khususnya di Kecamatan Cisoka,” tandas mahasiswi semester 6 ini.
Lanjutnya, kebiasaan pengrajin anyaman bambu saat ini masih sebatas membuat anyaman topi pramuka dan topi caping petani. Hal ini dikarenakan desain bentuk kerajinan yang dibuat cenderung tidak berkembang. Padahal bila kreatifitas ini bisa terus dikembangkan maka tidak tertutup kemungkinan potensi pasar bambu bisa semakin luas.
“Oleh karena itu, saya dan teman-teman mengajak bekerjasama dengan komunitas topi bambu, karena komunitas ini banyak menolong masyarakat menengah ke bawah sebagai pengrajin anyaman bambu. Harapan kami, kerjasama ini bisa terus berjalan dengan baik, serta bisa terus mengembangkan kreatifitas bambu yang ada di Kabupaten Tangerang,” tutupnya. (aditya/jarkasih)