Belajar dari Youtube, Ali Saga Buat 1000 Kaki Palsu

TANGERANG,SNOL– Selalu ada hikmah di balik setiap peristiwa. Kecelakaan lalu lintas yang dialami Muhamad Ali Saga di tahun 2005 justru membawanya menggeluti dunia baru; membuat kaki palsu untuk orang cacat.

Senyum merekah di bibir Muhammad Ali Saga saat ditemui di ruang kerjanya, di sebuah rumah yang terletak Komplek Serbaguna Sitanala Lorong 6 No 93, Kelurahan Karangsari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang. Penuh sabar dia bercerita tentang kegiatannya membuat kaki palsu yang sudah ditekuninya sejak hampir 9 tahun terakhir.

“Saya mulai belajar membuat kaki palsu di tahun 2005,”ujar Ali. Perkenalan Ali dengan pembuatan kaki palsu dimulai ketika dia masuk rumah sakit umum daerah Tangerang karena ditabrak sepeda motor saat berangkat kerja pada pertengahan Agustus 2005. Di saat menjalani perawatan di RSUD Tangerang, dia berada satu kamar dengan seorang ibu yang mengalami depresi karena kakinya diamputasi. Sang ibu, yang disebut Ali bernama Cumi, selalu menangis setiap malam karena merasa malu menjadi orang cacat. Ibu tersebut tidak ingin kembali ke rumah kalau belum memiliki kaki palsu. Peristiwa itu membuat Ali terharu.

“Saya pun bernazar dalam hati apabila sembuh, saya ingin sekali membuatkan kaki palsu untuknya,” kata Ali. Saat bernazaar, pria yang sebelumnya menggeluti dunia seni rupa itu belum mengetahui cara membuat kaki palsu. Dia hanya berpikir mampu membuat kaki palsu karena memiliki dasar sebagai orang seni rupa.

“Waktu itu saya baru niat saja dan tidak merencanakannya terlalu matang. Saya beranggapan membuat patung saja bisa, masak membuat kaki palsu segitu saja tak bisa,” ucap pria yang pernah mendapat penghargaan dari Masjid Raya Batam atas perbuatannya membuat kaki palsu tersebut. Rupanya Tuhan mendengarkan nazaarnya. Tak selang berapa lama setelah bernazar, Ali sembuh dari operasinya. Kemudian dia mulai menjalankan niatnya dengan mulai mencari orang yang memakai kaki palsu tetapi sudah rusak dan tak mampu membetulkannya.

“Saya service kaki palsu yang rusak. Waktu itu ada 5 orang. Saya mempelajari teknik-tekniknya dari berbagai sumber yakni membaca buku bahkan menonton video di Youtube. Setelah itu saya mencoba untuk membuatnya sendiri dan alhamdulillah setelah sepuluh kali mencoba, saya berhasil,” ungkap pria yang pernah menjadi narasumber di Leprosy Care Community (LCC), Universitas Indonesia.

Setelah berhasil membuat kaki palsu, Ali kemudian mendatangi rumah sakit umum daerah Tangerang untuk mencari ibu bernama Cumi tersebut. Tetapi sayangnya, si ibu ternyata sudah pulang. Perempuan tersebut dideportasi karena sudah berada terlalu lama di rumah sakit.

“Sampai sekarang saya belum bertemu. Kalau bertemu saya janji akan buatkan ibu Cumi kaki palsu yang waktu itu saya pernah bernazar,” katanya.

Saat belajar membuat kaki palsu, Ali mengadopsi teknik Jerman sedangkan di Indonesia, kebanyakan pembuatan kaki palsu mengadopsi India, Cina, Vietnam dan negara lainnya.

“Awalnya, hambatan saya ada di persoalan pendanaan. Sekitar 75 persen yang membutuhkan kaki palsu berasal dari kalangan kurang mampu. Kemudian kaki palsu tidak seperti makanan dan elektonik. Kalau kaki palsu kita tawarkan belum tentu mau. Kaki palsu juga terbilang mahal,” bebernya. Setelah itu, dia memulai usahanya membantu membuatkan kaki palsu untuk kalangan kurang mampu. Dia membuatkannya secara gratis. Sejak 2005 hingga 2014, Ali sudah membuat ribuan kaki palsu.

“Meskipun tidak ada dana, saya terus berusaha bagaimana bisa membuat karena keinginan saya untuk menolong orang-orang yang belum beruntung. Waktu itu berjalan 3 tahun, alhamdulillah saya mendapat dana sponsor dari swasta yakni Al-Azhar peduli umat. Lembaga tersebut pun selama 2 tahun membantu program saya. Sedangkan sampai saat ini belum ada bantuan dari pemerintah,” ungkapnya.

Dijelaskannya, pembuatan kaki palsu memakan waktu tidak begitu lama. Untuk kaki palsu di bawah lutut, hanya dibutuhkan satu hari untuk bisa selesai. Sedangkan kaki palsu di atas lutut bisa satu minggu sementara kaki palsu impor bisa mencapai 2 minggu.

Hingga tahun 2013, Ali masih konsisten membuat kaki palsu secara gratis. Tetapi dia juga menerima produk komersial. Dia pernah memasarkan produknya hingga ke Malaysia dan Singapura.

“Untuk harga yang komersiil, kaki palsu di bawah lutut paling murah 5-10 Juta. Di atas lutut 7,5-27 juta. Bahkan ada yang mencapai 180 juta untuk impor. Yang membuat kaki palsu mahal karena pasarnya sedikit. Dalam satu bulan order paling 1 atau 2 saja,” tuturnya. Dia menambahkan kegiatannya sangat membantu warga setempat. Usaha pembuatan kaki palsu turut mengerek kondisi ekonomi warga Komplek Sitanala.

“Saya bekerja seperti ini sesuai hati, kalau senang saya jalani dan selama berjalan selama ini ya karena saya senang. Meski ada kendala ya biasa, prinsip saya bekerja sambil main, main sambil kerja, santai tetapi tetap serius. Kalau sebelumnya saya dibidang advertising tapi itu saya tinggalin karena saya orangnya sangat suka mebantu dan kebanggaan sendiri,” imbuhnya. (Uis/gatot)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.