139 Siswa Belajar di Lima Tenda
Efek Ambruknya SMPN 4 Leuwidamar, Lebak
LEBAK,SNOL Ambruknya empat dari enam ruang kelas SMPN 4 Leuwidamar Kabupaten Lebak, Rabu (22/1) sore memaksa 139 siswa di sekolah tersebut belajar di dalam lima tenda darurat. Kelima tenda itu didirikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lebak pada Jumat (24/1). Sementara sebanyak 120 siswa SMPN 4 Leuwidamar belajar dengan harus berdesak-desakan di tiga ruang kelas yang tersisa.
“Alhamdulilah meski mungkin tidak akan efektif belajar di dalam tenda darurat, namun apa boleh buat. Daripada kami kekurangan ruangan kelas,” kata Asep Kurnia, Kepala SMPN 4 Leuwidamar, kemarin. Para siswa yang belajar di lima tenda darurat adalah kelas VII A, VII B, VII C, VIII A dan VIII B, sedangkan kelas VIII C, IX A dan IX C belajar di tiga ruangan kelas yang tidak ambruk.
“Kalau kami sebagai guru memang dari dulu ruangannya memakai gedung perpustakaan. Kalau sekarang kami tidak memiliki ruangan, jadi sebisa-bisa kami saja duduk-duduk di manapun yang terpenting masih di lingkungan sekolah,” papar Asep. Asep tidak mengetahui sampai kapan siswanya akan belajar layaknya di tempat pengungsian.
“Mudah-mudahan saja gedung sekolah kami bisa segera dibangun oleh pemerintah,” paparnya. Para siswa juga tidak nyaman belajar di tenda darurat lantaran kedinginan terutama pada saat musim hujan seperti saat ini. “Kadang kalau ada angin, tendanya seperti akan roboh,” ujar Solihin (14) siswa kelas VIII A yang diamini para siswa yang lainnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Kaprawi mengakui, pendirian tenda darurat merupakan inisiatif pihaknya untuk meminimalisir dampak bencana longsor yang menghancurkan satu ruang kelas SMPN 1 Leuwidamar pada Kamis (19/12) lalu dan tiga ruang kelas pada Rabu (22/1).
“Kami meminta para siswa dan guru bersabar saja, tenda darurat ini sifatnya hanya sementara sebelum gedung SMPN 4 Leuwidamar dibangun,” jelasnya. Diberitakan sebelumnya, empat dari enam ruang kelas SMPN 4 Leuwidamar, ambruk, Rabu (22/1) sore. Ambruknya empat ruang kelas terjadi setelah tanah tempat gedung berdiri, longsor. (ahmadi/gatot)