Lambannya Pengerjaan Proyek Jembatan Pintu Air 10
TANGERANG,SNOL Sejak mulai direnovasi pada awal Oktober 2013 lalu, hingga saat ini proyek pengerjaan jembatan Pintu Air 10 tak kunjung usai.
Tahapan penyelesaian pun meleset dari target yang semula telah ditentukan, yakni pada tanggal 5 November. Akibatnya, sejumlah warga yang berada di lokasi sekitar pembangunan juga mulai mengeluhkan lambannya penyelesaian proyek senilai Rp 7,4 miliar tersebut.
Sutarman (40) misalnya, warga yang tinggal tepat di Bantaran Kali Cisadane, Neglasari depan kantor PDAM Tirta Benteng ini mengaku seringkali merasa terganggu dengan suara bising alat-alat yang digunakan untuk memperbaiki jembatan.
“Suaranya berisik banget. Kadang anak saya yang masih umur 9 bulan sampai enggak bisa tidur gara-gara keberisikan,” keluhnya Minggu (23/11).
Bahkan, tak jarang pula dia dan keluarga harus mengungsi ke rumah saudara yang lokasinya lebih jauh guna mendapatkan rasa nyaman untuk beristirahat. “Kalau saya sih mungkin bisa. Tapikan kasihan kalau anak-anak,” pungkasnya.
Keluhan lain juga berasal dari para pengguna jalan yang biasa melalui jembatan Pintu Air 10. Hartono (40) warga Sepatan Timur yang bekerja di kawasan Bandara Soekarno-Hatta ini berharap pemerintah bisa segera menyelesaikan proyek jembatan.
Karena selama ini dirinya terpaksa menyeberang menggunakan perahu eretan guna menghindari kemacetan dan jalan yang relatif lebih jauh agar bisa sampai ke lokasi tujuan dengan cepat.
“Sekarang jadinya nyeberang pakai perahu eretan. Cuma agak ngeri. Soalnya udah mau masuk musim hujan. Kalau air tiba-tiba besar gimana?” tukasnya.
Meski sudah memasuki minggu ketujuh, proses rehabilitasi Jembatan Pintu Air 10 baru mencapai 60 persen. Setelah selesai pemasangan lantai beton jembatan (precast double tee) pada rangka jembatan, pengerjaan dilanjutkan memasang girder (balok penopang) baja jenis Habeam pada salah satu sisi jembatan.
“Girder baru sebagai pengganti yang lama saat ini sedang dipesan, rencananya baru akan dipasang Senin (25/11) besok,” kata Kepala Bidang Bina Marga Herry C Trunajaya. (kiki/made)