Fransiska: Saya Nggak Mau Pulang

FRANSISKA_112028 (1)SERPONG UTARA,SNOL Basib baik tidak selalu berpihak kepada orang baik. Seperti dialami Fransiska (19) warga Pati Jawa Tengah, yang tiga hari lalu kabur dari Asrama II PT Citra Kartini Mandiri. Dia mengaku enggan pulang ke kampung halamannya.
Gadis yang semula akan disalurkan menjadi pengasuh anak itu kini masih menginap di Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Dinsosnakertrans) Kota Tangerang Selatan. “Saya nggak mau pulang. Saya mau bekerja di kota saja,” ucapnya singkatnya, Rabu (30/10).
Fransiska mengaku tak tahu bagaimana nasibnya nanti apakah dapat pekerjaan atau tidak, namun dia menjamin memiliki segudang keterampilan yang bisa jadi nilai jualnya untuk bekerja.
Diketahui, setelah lulus dari SMA di Pati, Fransiska yang juga tulang punggung keluarga itu pernah bekerja sebagai buruh di salah satu pabrik. “Sebelumnya saya bekerja di pabrik, digaji Rp45 ribu sehari. Saya juga pintar memasak, apapun pekerjaan yang umum dilakukan wanita,” tuturnya.
Dia merasa punya tanggung jawab moral bila harus kembali ke kampung halaman. Sebab, bagaimana pun dia harus membiayai kebutuhan keluarganya di kampung.
Melihat kegigihan Fransiska yang masih ingin tetap bekerja, Kepala Bidang Pengawasan Dinsosnakertrans Rusli Pardede, mengaku tengah mencarikan perusahaan yang cocok untuk gadis 19 tahun itu. “Dia kan punya pengalaman bekerja di kampungnya, Sementara kami usahakan dulu mencari perusahaan yang menyediakan lowongan untuknya,” tutur Rusli.
Sembari menunggu, hingga kini Dinsosnakertrans masih menampung Fransiska. Sementara PT Citra Kartini Mandiri yang menahan KTP dan ijasah asli milik gadis itu sudah diperintahkan untuk memulangkannya.
“Dari awal peristiwa ini sudah kita koordinasikan. Seharusnya dikembalikan, tidak boleh ditahan lebih lama. Nanti saya cek lagi,” pungkasnya.
Sebenarnya, Pemkot Tangsel melalui Dinsosnakertrans mau saja menampung pekerja bermasalah lebih banyak lagi, seperti nasib Fransiska. Namun karena belum adanya rumah singgah atau panti sosial yang dimiliki, menjadikan batasan bagi pemerintah. “Mau ditampung dimana kalau kami lindungi semua calon PRT seperi Fransiska ini? Puluhan calon PRT yang kemarin saja dititipkan di Bambu Apus,” tutur Rusli. Meski demikian, Pemkot tetap upayakan yang terbaik untuk warga pendatang seperti Fransiska itu.
Seperti telah diberitakan, Kampung Hutan, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) mendadak heboh, karena kehadiran Fransiska (19) warga Pati Jawa Tengah yang menangis sembari menggendong tas besar di pundaknya, Senin (28/10) siang. Di ruang Kanit Reskrim Polsek Pondok Aren, Fransiska yang sudah merasa aman, menceritakan kejadian yang dialaminya.
Dimulai saat dia merasa dibohongi oleh sponsor yang membawanya ke Tangsel, dengan diiming-imingi mendapat pekerjaan layak. Mantan buruh pabrik di Pati ini mengiyakan ajakan oknum sponsor tersebut untuk berangkat menjadi pengasuh bayi dan ditampung di PT Citra Kartini Mandiri di Jalan Kucica JF 18/17 Sektor IX Bintaro, Pondok Aren.
Namun, kenyataan 180 derajat berbeda dari angan dan janji manis si sponsor. “Awal datang saat Sabtu (21/10) minggu lalu, saya langsung ke asrama satu. Di kantornya saya disuruh tanda tangan kontrak dan penahanan KTP serta ijazah asli,” ujar gadis 19 tahun ini saat ditemui Satelit News di Mapolsek Pondok Aren kemarin (29/10). (pramita/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.