16 Napi Terorisme Ngamuk di LP Tangerang
TANGERANG, SNOL LP Kelas I A Tangerang mendadak gaduh. Kedatangan napi pindahan dari Rutan Salemba memicu keributan.
Sedikitnya 16 terpidana kasus terorisme di berbagai wilayah yang menjalani masa hukuman di LP Kelas I A Tangerang ini, mengamuk di dalam LP sekitar pukul 10.00 WIB, Selasa (12/3). Mereka memaksa mengadili sendiri, pelaku penganiayaan terhadap rekan mereka di Rutan Salemba, beberapa waktu lalu. Pelaku penganiayaan terhadap rekan terpidana kasus terorisme ini, dilakukan oleh lima terpidana kasus kerusuhan di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta.
Lima terpidana kerusuhan RSPAD yang diincar oleh 16 terpidana kasus terorisme ini, dipindahkan dari Rutan Salemba pada Senin (11/3) ke LP Kelas I A Tangerang. Kejadian bermula bersamaan dengan aksi yang dilakukan puluhan massa yang mengatasnamakan Forum Aktivis Syariat Islam (FAKSI) di depan Lapas.
Setelah melakukan aksinya didepan Lapas, tujuh orang perwakilan diperbolehkan masuk untuk berbicara langsung kepada Kepala Lapas Kelas 1A Tangerang, Agus Toyib. “Mereka masuk langsung ke ruangan saya untuk berdialog. Di perjalanan masuk, mereka berpapasan dengan 16 napi terorisme, kemudian menyerukan takbir, lalu perwakilan FAKSI langsung masuk ke ruangan saya,” kata Agus Toyib.
Dalam dialog dengan Agus, perwakilan FAKSI meminta agar lima terpidana kasus kerusuhan di RSPAD Gatot Subroto yang dituding melakukan penganiayaan terhadap rekan mereka, diserahkan kepada mereka untuk diadili.
“Kami menuntut qishah (nyawa dibayar nyawa). Mereka (lima terpidana kasus kerusuhan RSPAD), sudah melakukan penganiayaan terhadap rekan kami di Rutan Salemba,” kata Fahri juru bicara FAKSI.
Usaha tersebut berhasil diredam oleh Agus, dengan memberi pengertian kelima tahanan tersebut akan mendapatkan hukuman setimpal. Namun, di tengah dialog, tiba-tiba terdengar keributan, seorang sipir masuk ke ruangan Agus untuk melaporkan adanya tindakan ke 16 napi terorisme untuk main hakim sendiri kepada ke lima napi pindahan dari Salemba.
“Ke 16 napi ini naik ke atas, ke ruang sel karantina. Pintu sel sudah dirusak, hingga gemboknya. Namun untungnya, tidak ada kontak fisik,” kata Agus Toyib.
Ke 16 napi itu mengamuk, mencoba main hakim sendiri kepada ke lima tahanan yang baru pindah tersebut. Untunglah, belasan petugas sipir termasuk dirinya, bisa mencegah amukan ke 16 napi tersebut agar tidak berlangsung lebih parah, sehingga tidak ada kontak fisik. Tampak terlihat lima napi yang menjadi penghuni baru Lapas Kelas 1 A Tangerang, ketakutan. Mereka, dikatakan Agus, berusaha meminta maaf. “Sebenarnya sebelum kelima napi itu datang kondisi di Lapas ini tenang, kondusif. Pergaulan ke 16 napi pun akrab dengan kami,” ujar Agus.
Melihat kejadian seperti ini, selain sudah melaporkan langsung ke Dirjen dan Kanwil Kemenkum HAM di Banten, Agus mengaku akan lebih ketat mengawasi gerak gerik penghuni di Lapasnya. “Mudah-mudahan ini tidak akan terjadi lagi, semoga saja,” tutup Agus. (pramita/deddy)