Menteri PU: Kondisi Bendung Pamarayan Parah
SERANG, SNOL Solusi untuk mengatasi banjir di wilayah Banten terus dimatangkan. Salah satunya adalah dengan mempercepat pembangunan Waduk Karian di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak. Selain itu, normalisasi sejumlah sungai juga menjadi solusi jangka pendek mengatasi banjir yang kian parah menerjang sejumlah wilayah di Banten.
Menteri Pekerjaan Umum (PU) Djoko Kirmanto saat melakukan sidak ke Bendung Pamarayan, Serang, Senin (14/1) mengatakan, salah satu penyebab banjir di Banten adalah karena Bendung Pamarayan sudah tidak mampu menampung air akibat curah hujan yang tinggi.
“Saat tadi kami lakukan pemeriksaan terungkap bahwa sendimentasi lumpur di Bendung Pamarayan cukup parah yakni 10 persen dari kapasitas Bendung yang mencapai 2 juta kubik air. Persoalan tersebut harus segera diatasi agar tak memengaruhi beberapa komponen Bendung Pamarayan. Tadi juga kami temukan sling (kawat penyangga, red) di beberapa pintu air yang mulai mengalami kerusakan,” ujar Djoko Kirmanto, Senin (14/1).
Djoko menjelaskan, untuk teknis pengerukan sendimentasi lumpur akan dilakukan secara sederhana terlebih dahulu. Pengerukan dilakukan dengan cara pencangkulan menggunakan alat yang telah disiapkan untuk mengurai lumpur yang mengendap di dasar bendung sehingga terbawa oleh air yang mengalir. Cara tersebut dipilih selain dinilai lebih sederhana, dan juga menghemat biaya operasional.
“Pengurai sendimentasi dalam istilah kami dilakukan dengan cara mencangkul sehingga pasir terurai dan terbawa oleh arus air secara alami. Cara ini diyakini lebih sederhana dan lebih murah dari segi pembiayaan,” ungkapnya.
Djoko menambahkan, untuk alat pengurai sendiri segera akan dikirim dari Direktorat Jendral Sumber Daya Air (Dirjen SDA) sabanyak satu unit. “Alat pengeruk akan dikirim sebanyak satu unit dalam waktu dekat,” katanya.
Menurut Djoko, selain pengerukan sendimentasi lumpur dan pembenahan tanggul guna meminimalisir terjadinya banjir, dalam jangka panjang pihaknya mempercepat pembangunan Waduk Karian, di Kecamatan Sajira, Kabupaten Lebak. Proyek sebesar Rp 1,7 triliun itu saat ini sedang dalam proses tender. “Untuk pelaksanaan kontruksinya sendiri dimulai pada Mei 2013 sampai dengan 2017,” katanya.
Waduk karian tersebut diyakini dapat meminimalisir terjadinya banjir. Berdasarkan hasil studi yang dilakukan JICA (Japan International Cooperation Agency), waduk karian akan mampu menampung banjir dengan debit banjir sesuai rencana 50 tahunan (2.100 m3/detik) sehingga dapat mereduksi Sungai Ciujung. “Jangka panjangnya lagi dengan perbaikan hutan sebagai resapan air,” pungkas Djoko.
Kepala Balai Besar Waduk dan Sungai (BBWS) Cidanau-Ciujung- Cidurian, Abdul Hanan menambahkan, selain penuntasan sendimentasi lumpur akan turut dilakukan juga pembangunan tanggul sepanjang tujuh kilometer sebagai sarana pengendali dan meminimalisir banjir. Yang dilanjutkan dengan peninggian tanggul di beberapa titik. (mg3/deddy/bnn)