May Day, Buruh Segel Pabrik
TANGERANG, SNOL Peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day di Tangerang berlangsung menegangkan, Selasa (1/5). Ribuan buruh yang tergabung dalam Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (K-SPSI) menyegel pabrik kertas karton di Kawasan Industri Pasar Kemis. Tak hanya itu, para buruh juga terlibat aksi dorong dengan petugas keamanan.
Pantauan Satelit News, ribuan buruh K-SPSI berangkat dari kantor cabangnya di Kecamatan Cikupa. Dengan menggunakan ratusan sepeda motor dan mobil komando buruh berorasi di bawah jembatan tol Bitung Jalan Raya Serang. Puas berorasi, buruh kemudian melakukan sweeping.
Sesampainya di depan PT. Sandatek Wepindo di Kawasan Industri Pasar Kemis buruh kembali berorasi. Pagar depan pabrik pun sudah dijaga barikade satpam perusahaan. Serta di belakangnya tampak barikade polisi dengan membawa senjata gas air mata.
“Kami minta manajemen pabrik keluar dan menjelaskan kenapa persoalan buruh tidak tuntas di pabrik ini,” teriak salah satu orator.
Kesal tidak mendapat respon, buruh pun langsung terlibat aksi saling dorong. Kondisi bahkan kian memanas setelah barikade polisi yang kalah jumlah digeruduk puluhan buruh. Benturan fisik antara masing-masing pihak pun terjadi. Bahkan polisi nyaris menahan satu orang buruh yang dianggap sebagai provokator.
Selanjutnya, ribuan buruh menuju PT Interpack Raya, pabrik karton box, Jalan Putera Utama Satu no 32 Kawasan Industri Pasar Kemis. Di pabrik ini puluhan polisi sudah menjaga pabrik. Di bagian dalam pabrik juga tampak sejumlah anggota TNI yang disiagakan. Usai berorasi buruh kemudian menyegel gerbang pabrik dengan rantai besi dan gembok. Beruntung buruh pabrik libur kerja pada saat itu.
Di Kota Tangerang, meskipun belasan ribu massa buruh turun ke jalan untuk memperingati Hari Buruh se-Dunia, di Kota Tangerang, aksi tersebut dapat berjalan aman dan tidak ada gejolak yang dapat menimbulkan huru-hara seperti yang dibayangkan sebelumnya.
Bahkan, para buruh cenderung memperingati hari Buruh ini dengan berbagai macam cara. Mulai dari konvoi, melakukan blokade ases jalan menuju bandara, orasi di titik-titik vital pemerintahan, sampai menggelar dangdutan bersama kaum muda.
Kapolres Metro Tangerang Kombes Wahyu Widada mengatakan, peringatan hari buruh yang dikenal dengan May Day ini cenderung aman dan berjalan tertib. “Secara umum, buruh cukup tertib dan bisa menjaga keamanan selama menggelar aksinya. Kami juga berterimakasih atas sikap buruh yang bisa menggelar aksinya secara damai,” katanya kepada Satelit News, Selasa (1/5).
Pernyataan yang sama juga diungkapkan Deputi General Manager PT Angkasa Pura II Mulya Abdi, selaku pengelola Bandara Soekarno-Hatta. Aksi buruh di akses menuju bandara juga cenderung damai dan bisa diamankan aparat gabungan dari TNI/Polri yang sudah disiapkan jauh hari sebelumnya.
Meskipun aksi berjalan damai, buruh yang menggelar aksinya dengan caranya masing-masing tetap mendengungkan hal yang sama. Seperti Persatuan Buruh Independen (PBI) yang coba memblokir Pintu M1 BSH, mereka tetap menginginkan agar ada peningkatan upah buruh yang dari tahun ke tahun tidak ada peningkatan signifikan.
“Dalam aksi ini kami menyuarakan penghapusan politik upah murah, penghapusan sistem kerja kontrak dan outsourcing serta penghentian pemberangusan serikat pekerja di perusahan-perusahaan kami anggap semua itu merugikan kaum buruh,” kata Heri, Koordinator Aksi.
Outsourcing Dihapus Bertahap
Terkait permintaan penghapusan sistem outsourcing, pemerintah berjanji akan menindaklanjuti hal tersebut secara bertahap. Hal itu diungkapkan Menkokesra Agung Laksono. Agung menilai sistem kerja tersebut tidak manusiawi karena membuat pekerja tidak mendapatkan hak-haknya sebagai pekerja.
“Saya sependapat dengan pandangan para buruh yang menyebutkan outsourcing tidak manusiawi. Karenanya, penghapusan secara bertahap ini harus dirapatkan dengan para stakeholder. Penghapusannya perlu forum yang juga melibatkan para buruh. Saya kira ini perlu segera dilakukan dan pada waktunya dibahas di parlemen,” tegasnya, kemarin.
Hal senada disampaikan Menakertrans Muhaimin Iskandar. Pihaknya menuturkan, outsourcing telah terbukti membuat sistem kontrak kerja yang merugikan para pekerja. Harus ada penegasan bahwa sistem tersebut, tidak boleh dilaksanakan pada pekerjaan yang bersifat pekerjaan pokok.
“Dalam satu pasal UU 13/2003 tentang ketenagakerjaan memang dibolehkannya outsourcing, namun harus kita ditegaskan bahwa undang-undang itu yang dimaksud adalah bukan pada pekerjaan pokok dan inti tapi pekerjaan tambahan,” kata Muhaimin.
Karena itu, dalam waktu dekat Kemenakertrans segera mengeluarkan Permenakertrans yang mengatur secara detail mekanisme outsourcing sehingga bisa menjamin keselamatan, dan masa depan para pekerja. “Oleh karena itu, pemerintah dalam hal ini satu visi outsourcing harus dihapuskan dengan mengacu pada mekanisme kesejahteraan para buruh menjadi acuannya. Saya tegaskan kembali, tidak semua pekerjaan boleh dioutsourcing,” tegas politikus PKB tersebut.
Sementara itu, mengenai tuntutan 1 Mei dijadikan hari libur nasional, Agung Laksono menuturkan, hal tersebut sedang dikaji. Sebab, pertimbangannya, Indonesia memiliki hari libur nasional yang cukup banyak, yakni14 hari, ditambah 6 hari cuti bersama.
“Karena itu tim, saya bersama, Kementerian Agama, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, serta stakeholder lainnya sedang mengkaji hal ini dari berbagai aspek. Saya kira ini tuntutan serius yang harus ditanggapi serius juga oleh pemerintah,” tambahnya. (aditya/aditya/deddy/ken/fal/rdl/jpnn)