Harga Sembako Melejit 30%
TANGERANG,SN Meski rencana kenaikan harga BBM ditunda, namun sejumlah komoditi sembako justru menyalip naik lebih dulu. Kenaikannya beragam mulai dari 15 – 30 persen dari harga semula.
Pantauan Satelit News di Pasar Induk Tanah Tinggi, Cikokol, Kota Tangerang, kenaikan itu terjadi pada komoditi sayur mayur, gula pasir sampai minyak goreng.
Contohnya cabai rawit merah yang semula dijual Rp 30 ribu, kini berada pada harga Rp38 ribu per kilogram. “Harga ini masih bertahan, dan cenderung naik perlahan sebelum menginjak 1 April,” ujar Sholeh, pedagang cabai di pasar tersebut dua hari lalu.
Menurutnya, kenaikan komoditi yang dikirim dari dari Jawa Timur itu mempunyai beberapa faktor, salah satunya isu kenaikan harga BBM kemarin. “Mulanya harga Rp 30 ribu dua minggu sebelum 1 April, sejak itu perlahan naik,” aku Sholeh.
Kenaikannya pun beragam, dan akhirnya mentok di posisi Rp 38 ribu. Selain itu, faktor susahnya dicari lahan cabai rawit merah menjadi pengaruh lainnya kenaikan harga.
Selain hasil bumi, harga beberapa barang sembako pun masih mengalami kenaikan. Pantauan Satelit News di Pasar Anyar, Kota Tangerang, kemarin (2/4), mayoritas agen barang sembako masih menjual dagangannya di atas harga normal. “Beberapa harga yang masih mengalami kenaikan, seperti minyak goreng curah dan gula pasir lokal yang sangat melambung tinggi,” terang A Hiung, pemilik agen.
Minyak curah dari harga sebelumnya Rp 10 ribu per liternya, karena terkena dampak kenaikan harga BBM hingga sesudahnya, masih bertahan di harga Rp 11.500 per liternya.
Terlebih untuk gula pasir lokal, dijualnya dengan harga Rp 12 ribu per kg, sedangkan untuk merek gula GMP atau gula pasir lokal kualitas terbaik, dari harga Rp 10 ribu, kini sudah berada di harga Rp 13 ribu per kgnya.
Menurut A Hiong, harga tersebut bisa jauh melambung jika sudah sampai warung atau pedagang eceran. “Bahkan ada yang menjual gula pasir hingga Rp 15 ribu per kgnya,” ujarnya.
A Hiong menyebutkan, dampak isu kenaikan harga BBM benar-benar membuat harga sembako melejit sejak Maret. “Dan itu terus bertahap naik, enggak ada kemungkinan turunnya,”akunya.
Bahkan, A Hiong memprediksikan, kalau harga BBM benar-benar jadi naik, barang dagangannya akan semakin melambung tinggi hingga 25 persen dari harga saat ini. Itu berarti, daya beli langgannya akan menurun secara signifikan. “Sekarang saja sudah terasa, pembeli saya yang biasa beli ngeborong, sekarang cuma ala kadarnya saja,” kata A Hiong.
Hal tersebut juga diakui Desi Rakmawati, salah seorang pembeli yang tengah berbelanja di toko A Hiong, Desi mengaku, dia tidak bisa lagi membeli dalam jumlah besar untuk kebutuhan warung dan dapurnya.
“Mau enggak dibeli tapi butuh, jadi ya saya beli secukupnya saja, yang penting ada di dapur dan di warung,” ungkapnya. (pramita/susilo)