Benteng Art Festival Dikritik Seniman Hingga Dewan

TANGERANG,SNOL Impian Kadis Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata (Porbudpar) Kota Tangerang, Irman R Pujahendra untuk menyelenggarakan pawai budaya ‘Benteng Art Festival’ secara rutin, nampaknya harus melalui jalan berliku.

Setelah unsur masyarakat dan akademisi hingga pegiat seni, kini DPRD Kota Tangerang pun ikut bersuara. Anggota DPRD Kota Tangerang, Tengku Iwan Jayansyah mengatakan, meskipun dia tidak mengikuti kegiatan tersebut, tetapi berdasarkan informasi dan cerita dari teman-teman dewan lainnya yang mengikuti, dalam acara tersebut ada yang sangat disesalkan.

“Ada salah satu tampilan perempuan-perempuan di atas panggung dengan pakaian agak mengumbar aurat. Saya menyayangkan hal tersebut jika memang benar ada. Tampilnya acara seperti itu secara resmi dari pemerintah daerah disaksikan langsung oleh kepala daerah bukankah slogan kita yang mengusung akhlaqul karimah,” ujar dewan yang terpilih dari Dapil 1 Tangerang-Karawaci, Selasa (21/10).

Anggota Fraksi PKS itu menjelaskan pakaian adalah cerminan dari akhlaq yang baik. Terlebih lagi sekarang fenomena seks bebas seperti gunung es. Dan semua bermula dari ‘menggampangkan terbukanya pintu zina’ diantaranya acara-acara yang mengumbar aurat.

Menurutnya, perlu dicontoh zaman Walikota Wahidin Halim yang tegas menolak kehadiran Dewi Persik di Kota Tangerang.

“Semangat acaranya bagus, tetapi sebagai kota berakhlaqul karimah harusnya lebih ketat lagi dalam menseleksi kegiatan yang jauh dari motto akhlaqul karimah. Saya berharap sebaiknya MUI Kota Tangerang agar bisa memberi masukan ke pemda dalam hal ini,” ungkapnya.

Dia menambahkan, kedepan apabila ada program tersebut pihaknya akan memberikan masukan yang lebih positif untuk ditingkatkan lagi menjadi lebih baik. Acara tersebut boleh dilaksanakan kembali dengan catatan tidak ada tampilan perempuan yang mengumbar aurat.

“Maklum inikan perdana. Tinggal dievaluasi bersama. Dan itulah fungsi dewan kontroling,” jelasnya.

Sementara Kepala Dinas Porbudpar Kota Tangerang, Irman R Pujahendra membantah adanya penari yang dikatakan memperlihatkan aurat. “Setahu saya tidak ada,” singkatnya.

Sebelumnya, Benteng Art Festival mendapat soroton dari akademisi yang juga pendiri dan penasehat komunitas seni budaya ‘Sitihinggil Benteng’ Enawar. Dia mengatakan, dalam mengelola kesenian dan kebudayaan, patuh dan setia pada juklak dan juknis saja tidak cukup.

Kesenian dan kebudayaan bukanlah barang yang bisa ditaksir dari hasil jadinya saja. Menurutnya, ada proses, ada rasa, dan ada selera di dalamnya. Apalagi sambil tidak konsisten pada kesepakatanya sendiri.

“Yang lebih penting produk kesenian dan kebudayaan haruslah mencerdaskan, mensejahterakan, dan mendewasakan semua yang terlibat di dalamnya, termasuk masyarakat penikmat dan penonton, bukan hanya kepuasan Walikota apalagi sekadar kepuasan seorang Kadisporbudparnya saja, yang maaf, mungkin selera dan kapasitas seni budayanya masih patut dipertanyakan,” katanya.

Ketua Lembaga Seni Budaya dan Olah Raga Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Tangerang dan Provinsi Banten itu semula menduga motif yang mendasari perhelatan tersebut adalah untuk mengusung Kota Tangerang yang berkesenian dan berkebudayaan.

“Namun alih-alih mampu mengangkat seni budaya Benteng dan Kota Tangerang sebagai penyelenggara event seni budaya yang bonafit, yang terjadi malah potret gagalnya birokrasi mengelola seni budaya,” tegasnya.(uis/made/satelitnews)