Ini Fakta-fakta Temuan Densus 88 Sebelum Sultan Bertindak Brutal
JAKARTA,SNOL Dari hasil pendalaman Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Mabes Polri terhadap Sultan Aziansyah (22) yang melakukan aksi teror di kawasan Cikokol, Kota Tangerang, telah didoktrin oleh jaringan teroris tertentu.
Sebab, di usianya yang masih belia, Sultan telah berani melakukan tindakan yang sangat membahayakan.
“Ada proses cuci otak, doktrinasi yang berhasil terhadap yang bersangkutan. Sehingga dia melakukan tindakan seperti ini,” kata Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar di Mabes Polri, Jumat (21/10).
Ditambahkan Boy, usia pelaku yang masih berusia 22 tahun sangat mudah dipengaruhi. “Usaha keluarga untuk bisa menyadarkan sangat susah. Sudah berusaha keras tapi kondisi (Sultan) sudah kena pengaruh, siapa yang bisa menahan,” kata dia.
Keberanian pelaku menyerang polisi berawal dari kekeliruan dan provokasi yang dicerna sendiri.
“Ada propaganda yang enggak semuanya dipahami masyarakat kita. Ada iming-iming kesejahteraan, imbalan uang, bahkan rela berangkat (ke Suriah) jual harta bendanya untuk jadi modal berangkat,” kata Boy lagi.
Untuk Sultan, sebut Boy, awalnya kehidupannya normal seperti remaja kebanyakan. Yakni punya keahlian informatika dan bersikap seperti pemuda pada umumnya. Lantas dia mencari pekerjaan ke perusahaan yang bergerak di bidang IT.
“Perjalanan itu menjembatani dia. Itulah pengaruh teknologi informasi. saya yakin ilmu pengetahuan mengenai pergerakan ini melalui IT itu,” beber dia.
Pihak keluarga, telah mengendus kelaian sikap dari Sultan yang mulai menjurus ke teroris. Bahkan, kakak Sultan yang merupakan anggota Polri telah melaporkan kelainan Sultan ke Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT).
“Kakaknya sudah berupaya melaporkan ke BNPT, melaporkan dua bulan lalu. Lalu kakaknya berikan beberapa materi untuk menyadarkan adiknya. Banyak upaya, tapi gagal,” tukas dia. (elf/JPG)