Godaan Koalisi PDIP-Gerindra
LANGKAH Gerindra untuk berkoalisi dengan PDIP cukup dinamis. Diam-diam elit dua partai ini, Ketua DPD Gerindra Banten Budi Heryadi dan Ketua DPD PDIP Banten Ahmad Sukira menggelar pertemuan di Serang untuk mematangkan koalisi. Mungkinkah dua partai ini bersatu pada Pilgub 2017?
Pasca deklarasi partai menengah, PKS dan Hanura yang mengusung Wahidin (WH)Andika, peta politik semakin jelas. Koalisi ini cukup besar karena sudah mengantongi 37 kursi legislatif. Jumlah ini bisa menjadi mesin politik yang ideal untuk bertarung melawan petahana Rano Karno.
Peta di atas mestinya menjadi perhatian serius PDIP untuk mencari mitra koalisi yang memiliki mesin partai yang besar dan solid. Di sinilah, peran Partai Gerindra bisa menjadi alternatif. Partai besutan Prabowo Subianto yang memiliki 10 kursi legislatif ini bisa menjadi modal untuk menambah kekuatan koalisi Rano.
Kabarnya, sejauh ini kedua partai tersebut sudah menentukan kriteria cawagub yang akan diusung dan bersanding dengan Rano. Kriteria itu antara lain punya pengalaman dalam kepemimpinan, punya popularitas, dan dukungan riil dari pengurus partai dari level atas hingga bawah.
Jika dari kriteria itu sudah menemukan sosok yang tepat, maka jalan koalisi dua partai ini akan semakin mulus. Sejauh ini Gerindra sendiri sudah mengusulkan Budi Heryadi sebagai cawagub. Plus minus sosok Budi tampaknya tengah dipertimbangkan partai berlambang Banteng ini.
Muncul juga isu bahwa Gerindra mendorong nama Ahmad Taufik Nuriman (ATN) sebagai Banten 2 dengan Rano. ATN sempat dikabarkan mendapatkan restu dari DPP Gerindra. Seperti diketahui ATN cukup terpandang juga karena pernah dua kali menjabat Bupati Serang. Latar belakang pria ini pun adalah TNI Kopassus yang dikenal lebih disiplin dan tegas sebagai respresentasi seorang pemimpin.
Baik Budi maupun ATN masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Siapakah diantara kedua sosok ini yang beruntung dipilih Rano jika menggunakan jalur partai? Tentu jawabannya masih menunggu waktu. Tapi jika Rano tetap pada pendiriannya memilih orang birokrat, maka pupus sudah harapan Gerindra.
Apabila koalisi ini tidak ada titik temu, maka bisa saja Gerindra melirik partai lain. Atau mungkin Gerindra mengambil sikap kembali mendukung koalisi WHAndhika. Wacana yang dilempar PPP untuk mengajak Gerindra mengusung calon baru harus direspons cepat oleh PDIP. Godaangodaan politik jangka pendek bisa membuyarkan rencana koalisi permanen yang tengah dibangun.
Bisa saja ada manuver yang lebih dahsyat dari calon lain ke pengurus pusat. Melobi Prabowo atau Megawati. Keputusan dan langkah partai di daerah seringkali dianulir oleh DPP akibat manuver tersebut.
Ke depan, lobi partai dan para calon akan semakin kencang. Ibarat sepakbola, Gerindra dan PDIP sepertinya harus menganut paham sepakbola menyerang. Karena menyerang adalah cara bertahan yang paling baik. (*/tim rakyat merdeka group)