Aliran Aneh Gegerkan Warga Kronjo
Keliling Empang Dianggap Gantikan Tawaf di Mekkah
KRONJO,SNOL Warga Desa Pagedangan Ilir, Kronjo, Kabupaten Tangerang digegerkan dengan adanya aliran yang diduga sesat. Penganutnya berzikir, bersalawat, melakukan pengajian di pinggir empang.
Mereka juga menjalani ritual mengelilingi empang sebanyak 60 kali dan menganggap kegiatan tersebut menggantikan tawaf di Kabah.
Aliran yang belum memiliki nama itu mulai muncul selama satu bulan terakhir. Pengikutnya mencapai 150 orang lebih. Mereka berasal dari sekitar Kronjo, Kota Tangerang, Kota Tangerang Selatan, Jakarta dan Serang.
Ritual aliran tersebut biasanya berlangsung setiap hari Jumat dan Minggu di empang seluas 500 meter milik Rahmat (41), warga Desa Pagedangan Ilir. Di tempat tersebut, terdapat dua bilik kecil untuk orang salat.
Selain itu, di tengah empang, terdapat ruang semedi bagi pemimpin aliran yang kerap dipanggil Ustad Rahmat (45). Terdapat juga dua sumur yang berfungsi sebagai sumur ritual untuk pengobatan dan satu lagi sumur biasa.
Kegiatan berlangsung dua kali dalam sepekan. Di hari Jumat, jamaah yang datang akan diminta melaksanakan salat. Mereka kemudian duduk di pinggir empang serta diminta untuk melakukan pengajian, berzikir dan bersalawat di sore hari. Para jamaah tidak boleh membubarkan kegiatan walaupun hujan turun.
Ritual selanjutnya dilakukan pada hari Minggu. Di hari libur ini, penganut aliran tersebut menjalankan ritual yang mengherankan. Mereka mengelilingi empang sebanyak 60 kali.
Ketua MUI Kronjo Syaebi menuturkan pihaknya belum mengeluarkan fatwa terkait aliran tersebut karena masih berkonsultasi dengan MUI Kabupaten Tangerang. MUI Kronjo sudah memanggil Mamdu Amin dan Rahmat untuk dimintai penjelasan. Tapi, keduanya belum berterus terang.
“Kami menerima pengaduan warga Pagedangan Ilir yang resah karena aliran tersebut dianggap aneh. Mereka sering melaksanakan ritual di sekitar empang. Kami sudah bertanya kepada dua pemimpin aliran itu terkait ritual keliling empang, tapi mereka tidak berterus terang. MUI belum memiliki bukti berupa rekaman atau melihat langsung berjalannya ritual sehingga tak bisa mengambil kesimpulan,”ungkap Syaedi, Minggu (27/3).
Menurut penyelidikan sementara, jamaah aliran tersebut kebanyakan merupakan warga Kecamatan Kronjo. Sebagian besar adalah perempuan.
Sekretaris MUI Kecamatan Kronjo Fuad Ghojin menambahkan kedua pemimpin aliran itu sudah berikrar menghentikan semua aktivitasnya. Mereka sudah menandatangani surat pernyataan di atas materai di hadapan Camat, Kapolsek dan Danramil Kronjo.
Salah satu warga Kronjo, Damanhuri mengatakan aktivitas pengajian jamaah yang diduga menganut aliran sesat ini sudah berlangsung satu bulan. Namun warga baru mengetahui secara pastinya, Kamis (24/3).
Karena dianggap meresahkan, warga kemudian langsung melakukan penggerebekan. Beruntung tidak ada tindakan anarkis dari warga karena mereka tidak melakukan perlawanan.
“Saya takut warga di sini terpengaruh dengan aliran baru tersebut, makanya langsung dilakukan penggerebekan,”kata Damanhuri di halaman Kantor Kecamatan Kronjo, Minggu (27/3).
Kapolsek Kronjo AKP Bambang Hermanto meminta masyarakat agar tidak mudah terprovokasi dengan adanya aliran tersebut. Tak hanya itu, ia juga mengambil langkah melakukan musyawarah di tingkat Muspika dengan menghadirkan MUI dan jamaah penganut aliran sesat tersebut.
“Saya sudah berupaya melakukan musyawarah di tingkat Muspika. Alhamdulillah kedua pimpinan penganut aliran sesat sudah berikrar untuk menghentikan kegiatannya tersebut,”pungkasnya.
Mertua Rahmad, Sanim saat ditemui di lokasi kejadian kegiatan ini sebenarnya sudah berjalan selama enam tahun. Awalnya, kegiatan berlangsung di lahan bagian belakang, dekat pesisir pantai. Namun sudah setahun terakhir seiring semakin banyaknya jamaah, maka lokasinya berpindah lebih ke depan. Ia mengaku ritual dilakukan setiap hari Jumat dan Minggu.
“Untuk saat ini jamaahnya sudah lebih dari 150 orang,”ujar Sanim di lokasi ritual, Minggu (27/3). Sanim mengatakan ritual keliling empang harus dilakukan jamaah untuk mendapatkan berkah. Jika mampu berkeliling sebanyak 60 kali maka dianggap seperti melakukan tawaf di Mekkah.
“Jika kuat mengelilingi empang sebanyak 60 kali, bisa menambah berkah serta seperti melakukan tawaf haji di Mekkah,”ujarnya.
Sanim menjelaskan di lokasi tak hanya melakukan kegiatan pengajian saja. Tapi juga menggelar beberapa pengobatan tradisional untuk segala penyakit.(harso/gatot/satelitnews)