Kepala Kampung Tenggelam di Cisadane

PAKUHAJI,SNOL—Seorang kakek tenggelam ketika berenang melewati Sungai Cisadane di Desa Gaga, Pakuhaji, Minggu (15/11) sore. Pria bernama Edi itu nekat berenang karena khawatir ditangkap aparat Polres Kota Tangerang yang melakukan penggerebekan kasus perjudian di kampung tersebut.Insiden ini bermula ketika petugas Polres Kota Tangerang mendatangi Kampung Kebon Cabe RT 02/01 Desa Gaga, Pakuhaji untuk melakukan penggerebekan kasus judi Cakut. Polisi turun dari dua unit mobil Avanza dengan dilengkapi senjata lengkap laras panjang.

Saat polisi tiba, sebanyak enam pria sedang asyik mengerubungi arena judi. Mereka yakni Hendra, Hasan, Nawi, Encok, Samsudin dan Jaro atau kepala kampung Kajangan Desa Gaga bernama Edi. Begitu melihat petugas, tiga orang langsung melarikan diri dengan cara menyeburkan diri ke Sungai Cisadane. Ketiganya adalah Jaro Edi, Hasan dan Hendra. Sementara tiga kawannya pasrah ditangkap polisi.

Sungai yang mengalir tepat di belakang Kampung Cabe memiliki lebar sekira 50 meter. Hasan dan Hendra berhasil menyeberangi sungai dengan berenang. Namun Jaro Edi, gagal menyusul dua rekannya. Setelah berenang cukup jauh, dia kehabisan nafas sekira empat meter dari daratan. Pria bertubuh jangkung tersebut tenggelam dibawa arus Sungai Cisadane yang cukup deras sore itu.

Kapolsek Pakuhaji AKP Paton mengatakan setelah mengetahui Jaro Edi tenggelam, polisi dan warga selanjutnya melakukan pencarian di sepanjang sungai. Penyisiran dilakukan memakai dua perahu tim SAR sejauh hingga pesisir arah ke pantai Muara Kohod.

“Pencarian dilakukan hari Minggu dan kemarin. Belum ada hasil hingga malam hari. Pencarian akan terus dilakukan hingga Jari Edi ketemu,”ujar Kapolsek Pakuhaji Paton, kemarin.

Saksi mata di tempat kejadian perkara, Nurdin mengatakan perjudian di Kampung Kebon Cabe biasanya ramai setiap hari libur. Judi dilakukan di belakang warung makan yang ada di pinggir sungai. Sore itu, dia mengetahui ada aktivitas di beakang warung. Nurdin juga mengaku sempat melihat Jaro Edi berenang di tengah Sungai Cisadane ketika penggerebekan terjadi.

“Saya lihat dia minta tolong seperti kehabisan nafas. Tangannya melambai-lambai ke atas,”ungkap Nurdi, kemarin.

Hilangnya Jaro Edi membuat keluarganya histeris. Putra pertama Jaro Edi, Arjan mengatakan sebelum bapaknya tenggelam, dia sempat mendapatkan firasat. Dalam mimpi Arjan, Jaro Edi terlihat meminta tolong karena kedinginan. Dia juga tidak menyangka mimpi itu ternyata berarti sang ayah tenggelam di Cisadane.

“Kami sudah ikhlas jika bapak meninggal dunia. Kami hanya berharap bapak bisa ditemukan sehingga bisa dimakamkan selayaknya,”ungkap Arjan di rumah duka, Kampung Kajangan RT 02/05 Desa GagaKecamatan Pakuhaji, Senin (16/11) sore.

Jaro Edi meninggalkan lima anak dan enam cucu. Putrinya paling kecil berusia 17 tahun. Anak terakhirnya itu terlihat menangis di rumah duka. Saat hendak diwawancarai, dia histeris.

Roni (53) istri Jaro Edi mengungkapkan pihaknya sudah melakukan sejumlah ritual agar suaminya segera ditemukan. Diantaranya menebar bunga ke Sungai Cisadane. Dia berharap pihak kepolisian dapat membantu biaya pemakaman Jaro Edi.

“Suami saya itu trauma kalau lihat polisi. Dia pernah ditahan selama 8 bulan di Polsek Pakuhaji karena kasus judi. Itu kenapa, dia langsung nyebur ke sungai ketika ada penggerebekan. Yang saya tahu, dia tidak berjudi ketika itu,”ungkap Roni. (harso/gatot)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.