Lamaran Ditolak, Pistol Bertindak
CIPONDOH,SNOL—Kisah cinta Inspektur Satu Budi Riyono (33) berakhir mengenaskan. Kepala unit lalu lintas Polsek Cipondoh Kota Tangerang itu sengaja menembakkan senjata ke arah kepalanya sendiri. Tindakan nekat tersebut diduga dilakukan setelah lamaran menikah yang diajukannya kepada Helin Herliana, pengusaha travel kelahiran Garut, ditolak.Insiden tragis itu terjadi pada Sabtu (31/10). Awalnya, pada hari Jumat 30 Oktober 2015 sekira pukul 21.00 wib, Budi yang sudah beristri datang ke rumah kekasihnya di Cluster Griya Kenanga Blok D No. 6 Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang. Warga jalan H Bentol No 6 RT 05/07 Kelurahan Larangan Selatan Kecamatan Larangan Kota Tangerang itu hendak bermalam dengan alasan bahwa keesokan harinya akan ada kegiatan.
Namun, tiba-tiba saja di pagi harinya sekitar pukul 07.00 wib, Helin dikejutkan dengan suara letupan tembakan senjata api keluar dari dalam rumahnya. Ketika masuk ke dalam kamar, janda tiga anak itu sudah menemukan Budi terkapar di kamar dengan luka tembak di kepala.
Kapolsek Cipondoh, Kompol Paryanto menjelaskan, dirinya mendapat informasi sekitar jam 07.05 pagi bahwa anggotanya yang bertugas sebagai Kanit Lantas meninggal bunuh diri di Griya Kenanga Blok D No. 6 Kel. Kenanga. Budi bunuh diri dengan cara menembakkan senjata api ke kepalanya sendiri.
“Saya langsung perintahkan anggota piket untuk mengecek ke TKP untuk melakukan pertolongan. Saat itu petugas bergerak cepat dan membawa ke Rumah Sakit dibantu oleh warga. Tapi dalam perjalanan memang sudah meninggal, denyut jantungnya juga sudah tidak ada,” jelas Kapolsek, Minggu (1/11).
Selanjutnya, kata Paryanto, petugas melakukan olah tempat kejadian perkara dan meminta keterangan saksi-saksi di tempat kejadian perkara. Termasuk saksi yang satu rumah dengan korban yakni teman wanitanya.
“Berdasarkan keterangan saksi teman wanitanya ke penyidik, Budi bunuh diri karena wanita idamannya tidak mau dinikahi. Dia takut ditinggalkan dan sempat bilang ke teman wanitanya dari pada ditinggalin lebih baik ninggalin duluan,” ungkap Mantan Wakasat Narkoba Polres Metro Tangerang tersebut.
Paryanto menuturkan, sebelum kejadian, Budi dengan teman wanitanya terlibat cekcok. Setelah lamaran ditolak, Budi mengambil pisau dapur untuk menyayat urat nadi tangannya. Namun teman wanitanya meminta Budi untuk membaca istigfar. Pisau itu berhasil direbut dan ditaruh di dapur.
“Teman wanitanya kemudian ingin menyetrika baju dinas Budi, tapi dia tidak mau dan bajunya dibuang. Bajunya diambil lagi dan tetap disetrika. Tiba-tiba saja langsung terdengar tembakan. Pas ditengok di kasur sudah banyak bersimbah darah,” paparnya.
Paryanto mengungkapkan, pertemuan Budi dengan wanita tersebut terjadi sejak bulan Juli 2015 melalui media sosial Facebook. Perkenalannya berlanjut hingga pertemuan kopi darat dan berpacaran. Kebetulan wanita itu tinggal sendiri karena tiga anaknya tinggal di Bandung bersama neneknya.
“Bulan Agustus lalu almarhum sempat mempertemukan teman wanitanya dengan istrinya yang sah di suatu tempat. Mungkin teman wanitanya berpikir ulang karena almarhum masih berkeluarga dan ada rasa tidak enak sesame wanita,” ucapnya. Menurut Pariyanto, istri Budi sudah mengizinkannya menikah lagi dengan orang lain. Tetapi harus bercerai dulu secara resmi.
Aksi nekat Budi sebenarnya bukan terjadi pada kali ini saja. Pada waktu sekolah dulu, informasi dari keluarganya, Budi sempat meminum racun serangga. Tapi berhasil dicegah dan diselamatkan.
“Saya tidak tau persis almarhum sesering apa datang ke rumah teman wanitanya. Mungkin sering juga, karena korban yang mencari tempat tinggal, terus punya usaha travel juga dibuatkan cabang tujuan Jakarta-Bandung,” bebernya.
Paryanto menerangkan, selama masa hidupnya Budi dikenal sebagai anggota polisi yang mempunyai kepribadian taat kepada atasan. Setiap diberikan tugas selalu dijalankan dengan baik.
“Saya terakhir ketemu pada hari Jumat. Sebenarnya ia lepas piket tapi diperbantukan pengamanan buruh. Almarhum mendapat tugas di wilayah Neglasari. Saya sempat bercakap-cakap tapi tidak ada tanda-tanda mencurigakan. Kami merasa kehilangan,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua RT 06/02, Cluster Griya Kenanga, Kelurahan Gondrong, Cipondoh, Kota Tangerang, Afandi Rudianto mengatakan, ada beberapa warganya yang mendengar suara letusan senjata cukup keras pada Sabtu (31/10) pagi dari sebuah rumah Cluster Griya Kenanga Blok D No. 6 Kelurahan Gondrong Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang, di mana di dalamnya ada Kanit Lantas Polsektro Cipondoh, Iptu Budi Riono. Tak lama jarak waktunya, seorang wanita, Helin Herlina, berlari ke luar rumah sambil berteriak histeris.
“Ibu Helin keluar teriak minta tolong sama warga. Katanya ada yang tembak kepalanya sendiri. Baru habis itu rame,” ujar Afandi. Menurut dia, pada malam sebelumnya warga sama sekali tidak mendengar ada suara ribut-ribut dari dalam rumah Helin.
Di lokasi kejadian, rumah dua lantai berpagar hitam itu masih disegel garis polisi dan dijaga sejumlah aparat. Di beranda rumah, nampak ada lumuran darah cukup banyak, tepatnya di dekat pintu masuk rumah.
“Helin baru ngontrak di sini sejak Agustus kemarin. Almarhum pun mulai sering terlihat sejak itu. Warga bilang, keduanya adalah suami istri. Cuma ya istri ke berapa, kami nggak tahu,” kata Afandi.
Afandi mengatakan, dari informasi yang didengar warga, Helin merupakan seorang karyawan sebuah bank swasta. Selain itu, kata Afandi, Helin juga membuka usaha sendiri di kawasan Gondrong.
“Ibu Helin informasinya buka rental mobil di sekitar sini. Tapi saya nggak tahu persisnya yang mana. Ini juga berdasarkan cerita aja sih,” kata Afandi.
Afandi menambahkan, walau tidak pernah melapor ke dirinya, aktivitas Budi di rumah kontrakan Helin selama ini sama sekali tidak mengganggu. “Kalau ganggu sih enggak ya, mas. Nggak pernah ada ribut-ribut juga. Kami ya maklum saja, karena setahu kami mereka itu suami istri,” katanya lagi.
Terpisah, tindakan Iptu Budi Riono mengakhiri hidupnya dengan cara menembakkan kepalanya dengan pistol pada Sabtu (31/10) pagi membuat shock istri dan ketiga anaknya. Sang istri, Kartika hanya bisa terduduk lemas saat menunggu jenazah suaminya.
Sekitar pukul 20.00 wib, mobil ambulance yang mengangkut jenazah Budi tiba di rumah duka. Melihat sang suami yang sudah terbaring dalam peti, Kartika langsung histeris. Tubuhnya langsung lemas dan hampir pingsan.
Dua anak tertua Budi, yakni, An yang duduk di bangku SMA dan R yang duduk di bangku SMP juga menangis sambil memanggil-manggil ayahnya. Sedangkan anak ketiga Budi dan Kartika yang masih berusia tiga tahun tidak terlihat di lokasi.
Rumah duka juga tampak dipenuhi anggota kepolisian dari jajaran Polsektro Cipondoh dan Polrestro Tangerang. Jenazah Budi langsung dibawa ke masjid terdekat untuk didoakan, sebelum menuju perhentian terakhir di Meruya, Kembangan, Jakarta Barat. (uis/gatot)