Pengebom Mal Bekerja Sendiri
JAKARTA,SNOL—Leopard Wisnu Kumala, tersangka pengebom Mal Alam Sutera Kota Tangerang ternyata orang yang sangat cerdik. Jenis bom yang dibuatnya dari bahan triacetone triperoxide dan alat rumah tangga masuk kategori high explosive. Kapolda Metro Jaya Irjen Tito Karnavian dalam konferensi persnya, Kamis (29/10) memastikan Leo bekerja sendiri dengan motif melakukan pemerasan terhadap manajemen Mal Alam Sutera.Kapolda mengatakan bom dengan bahan triacetone triperoxide (TATP) mudah dibuat tetapi sangat sensitif dan labil. Bahan peledak ini masuk dalam kategori high explosive. Bom yang menggunakan bahan tersebut baru ada 3 di dunia, termasuk ledakan di Alam Sutera menjadi yang pertama di Indonesia.
“Di Prancis, ada bom sepatu pada kasus Richard di tahun 2001. Dia membakar sepatunya,”kata Tito Karnavian dalam jumpa pers di Polda Metro Jaya. Selanjutnya, bom yang menggunakan TATP terjadi juga di London, Inggris pada 7 Juli 2005. Sebanyak 4,5 kilogram bahan TATP meledak di jaringan transportasi umum. Empat ledakan terjadi hampir bersamaan di 3 jalur kereta api bawah tanah dan sebuah bus di pusat Kota London. Sebanyak 52 orang meninggal dunia dan 300 lebih orang terluka.
Tito menegaskan pelaku temasuk dalam kategori alone wolf. Yakni orang-orang yang melakukan ancaman terorisme dengan motif pribadi, bukan karena ideologi terorisme dan dilakukan oleh pelaku itu sendiri. Alone wolf ini kerap ditemui di negara-negara lainnya yang juga kerap terjadi ancaman teror bom. Para pelaku tersebut, jelas Tito mempelajari cara merakit bom dari internet.
“Saat ini di dunia dikenal istilah alone wolf. Jadi ada jaringan teror yang mengatasnamakan kepentingan pribadi. Alone wolf itu lebih sulit diungkap,”jelas Tito. Yang jelas, terang Tito, para pelaku bom dengan julukan alone wolf ini tetap meresahkan. Sebab mereka terus memberikan ancaman.
Pelaku belajar merakit bom dari internet dan melakukan penyerangan sendiri. Apapun motifnya, jelas tetap menimbulkan keresahan,” tegas Tito. Untuk itu, pelaku dikenakan Undang-undang Terorisme dengan ancaman maksimal hukuman mati.
Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya Kombes Pol Krishna Murti menambahkan Leopard bekerja sebagai suvervisor senior bidang IT di salah satu perusahaan yang ada di dekat Mal Alam Sutera. Dengan latar belakang sebagai seorang ahli IT (Informasi Teknologi) pelaku belajar otodidak untuk merakit bom dengan bahan peledak. Untuk bisa piawai merakit bom, pelaku melakukan pencarian di internet.
“Dari hasil penangkapan tersangka LO, kami mendapatkan gambaran utuh pelaku sudah membuat 5 bom dengan keterangan yang diambil dari kronologis, 2 bom diledakan, 2 bom gagal meledak, dan 1 bom berhasil dijinakkan,” kata Kombes Pol Khrisna Murti. Satu bom berhasil diledakan Rabu (28/10). Satu bom lainnya diledakkan 9 Juli lalu, juga di toilet Mal Alam Sutera. Sedangkan satu bom yang berhasil dijinakkan petugas adalah bom pada 6 Juli lalu. Bom yang berhasil dijinakkan adalah percobaan pertama di Mal Alam Sutera.
Ada juga bom yang diletakkan di food hall Mal Alam Sutera namun tak meledak. Satu bom lain yang tak meledak diletakkan di tong sampah mal Alam Sutera sepekan sebelumnya.
Krishna mengatakan, motif peledakan bom di Mal Alam Sutera murni karena ekonomi. Dengan pengetahuan seadanya di internet pelaku akhirnya memutuskan menjadi teroris dan meneror untuk mendapatkan uang dengan cara memeras.
“Tersangka mau melakukan pemerasan. Pengakuan tersangka, dia butuh uang, ” kata Krishna Murti.
Rencana pemerasan dikirim tersangka melalui email ke pengelola mal. Pemerasan terjadi, setelah tersangka menaruh bom pertama di Mal Alam Sutera 6 Juli 2015. Bom itu diletakkan di supermarket dan dekat kaleng pembasmi nyamuk agar efeknya lebih dahsyat. Beruntung, bomnya tidak meledak.
Setelah bom gagal tersebut, Leopard mengirimkan email berisi pengancaman dan pemerasan kepada pengelola Mal Alam Sutera sebanyak dua kali. Dia meminta Rp 300 juta itu ditransfer ke rekening bitcoin yang biasanya digunakan sebagai alat transaksi para pelaku kejahatan.
“Pengelola mal kemudian mengirimkan uang senilai 750 ribu kepada tersangka. Tujuannya untuk melacak keberadaannya namun tidak terlacak. Padahal, polisi sudah menelusuri email milik pelaku. Tersangka ahli IT dan sudah menyiapkan beberapa sistem anonymous sehingga tidak terdeteksi,” imbuhnya.
Pelaku akhirnya membuat bom lagi yang meledak di toilet kantin mal Alam Sutera pada 28 Oktober 2015. Akibat ledakan yang berasal dari bak sampah di toilet itu, satu karyawan di kantin Borneo bernama Fian mengalami luka bakar dan terkena serpihan di kaki kirinya.
Dua jam setelah aksi, Leopard berhasil ditangkap polisi. Kapolda Metro Jaya Irjen Pol M Tito Karnavian mengatakan, kasus tersebut terungkap berkat kerja sama tim gabungan Ditreskrimum Polda Metro Jaya dengan tim Densus 88 Polri dan Cyber Mabes Polri.
“Kunci dari pengungkapan kasus ini sebenarnya merangkai rekaman CCTV. Kita terimakasih Mal Alam Sutera memperbanyak CCTV, ada sekitar 300 CCTV di sana,” jelas Irjen Tito.
Sejak kasus bom pertama yang meledak di toilet di Mal Alam Sutera 6 Juli lalu, polisi sudah melakukan penyelidikan. Ratusan CCTV yang terpasang di berbagai sudut hingga di tenant-tenant mal dianalisa satu per satu setiap hari.
“Dari rekaman CCTV ini, kami mengidentifikasi salah satu pelaku yang dicurigai. Pelaku mondar-mandir di mal tersebut,” katanya.
Dari cctv diketahui pada jam berapa tersangka meletakkan barang dan keluar dari mal tersebut. Untuk memperkuat penyelidikan, tim kepolisian juga menyusuri semua kendaraan bermotor di tempat parkir.
“(Saat itu) kita menduga pelaku menggunakan motor dan mobil, sehingga kita telusuri dan akhirnya buntu. Tidak ada profile,” imbuh mantan Kadensus Polri ini.
Mantan Kapolda Papua ini kemudian membentuk tim survailance untuk menelusuri diduga pelaku yang terekam CCTV baik yang bekerja di mal tersebut maupun di luar mal. Tim survailance ini beredar di sekitar lokasi dan beberapa tempat yang dicurigai ada keberadaan tersangka.
“Ternyata tersangka bekerja di gedung di sebelah Mal Alam Sutera, sehingga dia masuk dalam radar tim pencari pelaku,” paparnya.
Dari hasil analisa CCTV, polisi menemukan beberapa orang yang dicurigai. Sementara tim cyber Mabes Polri menelusuri pelaku dari email yang dikirim tersangka ke pihak pengelola mal yang berisi ancaman dan pemerasan Rp 300 juta dalam bentuk bitcoin. Dari analisa berbagai petunjuk, penyelidikan mengerucut kepada tersangka. Sehingga, setelah 2 jam usai ledakan bom kemarin malam, polisi bisa langsung menangkap tersangka di sekitar Mal Alam Sutera. (elf/mg30/gatot/jpg)