Suami Kades Sujung Dikepung Warga
SERANG,SNOL—Ratusan Warga Desa Sujung Kecamatan Tirtayasa Kabupaten Serang melakukan aksi unjukrasa di depan kantor Kepala Desa (Kades) setempat, Senin (28/9). Dalam aksinya, mereka menuntut agar suami sang Kades bernama Haerudin yang merupakan anggota Brimobda Banten, untuk segera meminta maaf kepada warga atas sikapnya yang dianggap arogan.Dari pantauan, warga yang didominasi oleh para petani dan pelajar nampak berkumpul di bantaran irigasi yang tak jauh dari kantor desa sekitar pukul 09.30 Wib. Mereka datang dengan berjalan kaki dari rumah masing-masing menuju kantor desa dengan membawa selembar karton yang bertuliskan kecaman terhadap oknum brimob tersebut.
Sayangnya, ketika masyarakat menggelar aksi didepan kantor desa, orang yang dimaksud oleh warga sedang tidak ada di tempat. Warga pun geram dan mengancam akan melaporkan oknum Brimob tersebut ke Polda Banten.
“Kami menginginkan pemimpin, bukan seorang jawara. Kami disini hanya menuntut upaya permintaan maaf. Kalau memang ini tidak dipenuhi kami akan melaporkan ke Polda agar yang bersangkutan diproses secara hukum,” ancam Nasrul salah seorang petani saat ditemui disela-sela aksinya.
Ia mengungkapkan, selama ini masyarakat dan para petani merasa resah dengan tindakan arogan dari oknum anggota Brimob Banten bernama Haerudin tersebut. Sebagai seorang suami dari Kepala Desa, sedianya dia tidak berbuat arogan dengan merusak barang milik masyarakat seperti deasel air yang menjadi tumpuan para petani. “Bukan-nya lurah mendatangkan air ke sawah warga, ini malah air yang ada di irigasi justru dialih fungsikan ke sawah desa (sawah bengkok-red). Kita lihat saja perbandingannya sawah warga kering tetapi sawah lurah banjir,” tuturnya.
Petani Lainnya, Kabtari mengatakan ada sekitar 30 pompa air milik warga yang dirusak oleh oknum brimob tersebut. Pengrusakan dipicu lantaran warga dilarang mengambil air dari saluran irigasi diwilayah itu. “Para petani ngambil airnya dari irigasi, jadi mesin deasel yang terpasang di irigasi ini dicabut sama dia (Haerudin,Red). Dia kan selaku anggota Negara dan disini statusnya bukan kepala desa, jadi tidak ada kewenangan melarang apalagi merusak deasel air milik masyarakat,” ujarnya.
Menurutnya, kasus ini sudah sering terjadi, bahkan puncaknya terjadi pada Kamis 24 September 2015, hingga masyarakat merasa geram. “Kejadiannya sudah beberapa kali, puncaknya itu Kamis, jadi Jumat warga langsung aksi karena merasa dirugikan. Aksi ini sudah yang ketiga kalinya kita lakukan dari Jumat, Sabtu dan sekarang (Senin-red), tapi belum ada penyelesaian karena Kepala Desa katanya sedang keluar kota. Kalau memang keluar kota bisa memerintahkan siapa atau menunjukan bukti berupa surat jika benar ada tugas atau study banding keluar kota,” ujarnya.
Menurutnya, dalam hal ini para petani merasa dirugikan. Terlebih, hampir 90 persen para petani mengambil air dari irigasi dengan menggunakan deasel air. “Kami merasa dirugikan, mesin air para petani ini dapat ngehutang susah payah. Kami ingin permasalahan ini diproses hukum, soalnya tindakan suami bu Kades sudah keterlaluan,” tuturnya.
Camat Tirtayasa Mas Elan Apandi saat mendatangi warga yang sedang aksi enggan berkomentar. “Nanti aja di kantor,” kilah Camat. (sidik/mardiana/jarkasih)