Handoko Dyan Aditya, Awalnya Galau Kini Banjir Tawaran Proyek Aplikasi Mobile

Bisnis aplikasi mobile tak kenal krisis. Bermodal komputer dan kemampuan di bidang teknologi informasi, pelaku bisnis terus meraup untung meski kondisi ekonomi sedang suram. Handoko Dyan Aditya telah membuktikannya.

Diah Widiawati, Gading Serpong

Tatapan Handoko tak bisa lepas dari layar proyektor yang ada di hadapannya. Sesekali pemuda berusia 22 tahun itu mengerutkan keningnya pertanda sedang berpikir keras.

Kemarin (16/9/2015), dia sedang berupaya memahami konsep yang disampaikan salah seorang pemateri dalam roadshow Indosat Wireless Innovation Contest (IWIC) ke-9 yang diselenggarakan CSAR Indosat di Universitas Surya Gading Serpong Kabupaten Tangerang. Kebetulan, Handoko turut diminta menjadi pemateri dalam acara yang sama.

Mahasiswa Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor tersebut mengaku belajar dari pemateri lainnya tentang berbagai teknik yang bisa digunakan dalam mengembangkan aplikasi mobile. Kebetulan, sejak tahun 2013 lalu, Handoko memutuskan untuk mendalami bisnis berbasis aplikasi mobile.

“Ilmu itu didapat dari mana saja, meski disini saya juga sebagai pembicara tapi tidak ada salahnya belajar dari pemateri yang lebih kompeten,” ujar Handoko.

Pemuda ramah ini pernah mengikuti IWIC ketujuh. Bahkan, dia berhasil menjadi pemenang kontes melalui aplikasi galau skripsi yang diandalkannya.

Laki-laki berkemeja biru garis-garis ini menceritakan, aplikasi itu termotivasi saat dirinya menjadi korban galau salah satu temannya yang sedang menyusun skripsi.

Sang teman selalu mengeluh masalah mencari sumber dan bahan mengerjakan skripsi. Kawannya itu harus rela jauh-jauh pergi ke Universitas Gajah Mada (UGM) Jogjakarta hanya untuk mencari buku sebagai sumber penelitiannya.

Dari situ, ia berpikir kalau harus berangkat ke UGM pasti membutuhkan waktu yang lama dan menghabiskan banyak uang. Selain itu, belum tentu ada buku yang dimaksud. Bisa jadi dipinjam mahasiswa atau sudah dimuseumkan oleh pihak kampus.

“Jauh-jauh cuma mau nyari buku, kalau ada sih alhamdulillah, kalau tidak ada, kemungkinan itu kan harus diperhitungkan juga,” paparnya.

Berangkat dari pengalaman kawannya, Handoko membuat aplikasi galau skripsi. Aplikasi ini sangat sederhana dan bisa diupload oleh siapa saja. Bisa dibilang aplikasi ini memberikan wadah kepada galauers mencurahkan isi hatinya dan berbagi pengalaman tentang penulisan, sumber, dan lainnya yang berkaitan dengan skripsi.

“Ini sih jadi buat wadah orang-orang yang galau bikin skripsi, daripada curhat di jejaring sosial tapi ngga ada solusinya,” akunya.

Dari situ, ia mulai menekuni kemampuannya di bidang aplikasi mobile. Setelah sering berlatih, dia mampu menyelesaikan satu aplikasi dalam waktu empat jam. Namun, pria asal Jakarta ini mengaku terlambat membangun Startup. Bahkan, ia sempat mencari startup ke vorir studio dan game development terlebih dahulu sebelum menentukan produknya sendiri.

Sembari berjalan, dia bekerjasama mengerjakan proyek besar dengan beberapa perusahaan ternama di Jakarta seperti Smartfren, Bank Indo, dan kurang lebih 100 perusahaan se Indonesia.

Tahun 2015, dia berhasil membuat game Dana Siluman. Game yang pernah diapresiasi Gubernur Jakarta Ahok itu membuatnya semakin terinspirasi untuk terus berkarya. Permainan ini dibuat untuk mengkampanyekan anti korupsi dengan gaya Handoko yang seadanya.

Game ini dibuat hampir menyerupai dengan dana siluman versi Ahok, yang membedakannya adalah nama barang yang tertera di permainan tersebut merupakan barang yang biasa dipakai orang dalam kehidupan sehari-hari.

Cara memainkannya pun sangat mudah dan membutuhkan ketelitian ekstra. Pemain dituntut mencari barang dengan harga yang wajar. Jika memilih barang dengan harga yang tidak sesuai maka permainan akan selesai dan dinyatakan berakhir.

Tantangannya, daftar barang yang pemain cari terus bergerak dengan cepat sehingga mengaburkan konsentrasi pemain. “Ini sih bisa diunduh gratis hanya untuk smartphone aja,” katanya.

Handoko yang kini tengah menyusun skripsi menuturkan sudah mulai mengurangi penerimaan proyek dari perusahaan-perusahaan. Katanya, dia lebih selektif untuk memilih perusahaan yang bisa dikerjakannya.

Ia tidak menyangka berbisnis dibidang IT sangat menjanjikan dan ekspansinya akan menjadi lebih jauh. Bahkan, sudah ada perusahaan asing dari Korea Selatan yang memintanya untuk mengerjakan proyek. Namun, Handoko sedang sibuk membuat produk sendiri yang nantinya akan dijual kepada masyarakat.

Menurutnya, sudah cukup pembelajaran yang didapatnya selama ini untuk pembekalan dalam usaha yang akan dibuatnya sendiri bersama timnya. “Kalau kemarin-kemarin sih bikin aplikasi yang have fun aja, kalau sekarang sedang buat yang serius buat produk sendiri,” akunya.(gatot/satelitnews)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.