Ciptakan Kesempatan Kedua
JAKARTA,SNOL—Sekilas drum-drum bekas terlihat seperti barang tak berguna. Tapi, bagi Intan Asmara, setiap material punya kesempatan kedua. Drum-drum bekas itu di-upcycle menghasilkan barang baru yang makin cantik dan fungsional.Bisa dibilang, upcycling project yang dilakukan Intan Asmara dan sang suami, Yongky Aryo Pratomo, berawal dari kebetulan. Suatu hari, pada Desember 2014, Intan melihat drum bekas dijual di pinggir jalan. Penasaran, dia pun membeli satu. Perempuan kelahiran Jakarta, 2 Mei 1980, itu yakin drum bekas tersebut masih berfungsi. Bisa diutak-atik menjadi barang baru.
Percobaan pertamanya simpel. Intan mendesain, suami mengecat. Drum itu dicat kuning dan diberi tulisan Hello, lalu ditambahkan tatakan kayu di atasnya. Jadilah drum bekas tersebut sebuah meja. Intan meletakkannya di salah satu sudut rumah.
Tak disangka, proyek perdana itu menarik minat beberapa teman. Tidak sedikit yang memesan ingin dibuatkan meja serupa. ’’Ternyata, demand-nya ada. Kami coba pasarkan lewat Instagram,’’ ucap Intan saat ditemui di booth Mojo Indonesia dalam Finders Fair yang digelar tiap Minggu di Cilandak Town Square, Jakarta.
Desember itu sebenarnya Intan sedang merintis bisnis mojo reflexology. Akhirnya, dia menjalankan keduanya bersamaan. Konsep upcycling tidak sekadar mendaur ulang barang bekas. Tetapi juga memberikan sentuhan kreatif sehingga meningkatkan nilai barang, baik dari fungsi, tampilan, maupun nilai ekonomis. ’’Kami yakin setiap barang punya second life, kesempatan kedua,’’ kata alumnus Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia tersebut.
Selain upcycle, tipe bisnis yang dijalankan Intan dan suami adalah self-made. Semua dikerjakan sendiri. Intan meng-handle creative dan marketing, sedangkan suami mengerjakan produksi. ’’Masih terlalu awal untuk dilepas kepada karyawan. Butuh waktu juga untuk melatih orang,’’ tuturnya.
Proses dimulai dari pemilihan drum. Tentu, karena barang bekas, Intan harus jeli. Mesti bisa mendapatkan drum dengan kondisi bagus. Intan memilih drum bekas benda kering yang mudah dibersihkan. Misalnya, bubuk cat, serbuk pewarna, atau pewangi. ’’Pernah dapat drum bekas tempat pewangi vanila. Jadi, aromanya wangi vanila banget,’’ cerita Intan.
Setelah dibersihkan, drum dilapisi base coat, lalu dicat sesuai dengan pesanan. Sesuai ukuran awalnya, drum bekas itu dijadikan coffee table, side table, dan bangku. Untuk meja, bisa ditambahkan alas kayu di bagian atasnya. Untuk bangku, diberi cushion dengan pelapis kain kanvas sebagai alas duduk. Harga yang dipatok antara Rp 500 ribu- Rp 550 ribu per item.
Customer bisa memesan personal design, mulai warna dan pola atau tulisan yang ingin dibubuhkan sampai motif cushion-nya. Permintaan customer sekaligus menjadi tantangan bagi Intan dan suami untuk memacu kreativitas. Pernah ada yang meminta gambar motif yang sebelumnya tak pernah mereka bayangkan, yakni motif sisik ikan. ’’Kami coba bikin. Ternyata, sekarang jadi favorit lho,’’ tutur dia.
Meja dan kursi drum itu punya fungsi tambahan. Bagian dalamnya bisa dijadikan storage. Segmen yang dituju adalah siapa pun yang tertarik dengan konsep upcycle product. Intan menuturkan, mayoritas profil buyer mojo adalah keluarga muda. Tak sedikit pula yang berasal dari kalangan ekspatriat. Meja dan bangku dari drum bekas itu cocok untuk konsep hunian eklektik, industrial, modern, ataupun menjadi highlight ruangan yang minimalis. ’’Yang tinggal di apartemen bisa menghemat ruangan karena bagian dalamnya bisa dijadikan tempat penyimpanan,’’ kata Intan. (nor/c19/ayi)