Pedagang Ayam Subsidi Harga Rp2.000

TIGARAKSA,SNOL—Sejumlah pedagang ayam potong di Pasar Curug Kecamatan Curug memilih tetap berjualan agar tidak kehilangan pelanggan. Mereka nekat mensubsidi harga jual sebesar Rp2.000, yakni dari Rp27.000 perkg menjadi Rp25.000 perkg. Alhasil, uang tabungan pun terpaksa digunakan untuk menutupi modal.            “Ya kita belain buat langganan. Kalau enggak begitu konsumen pada teriak semua. Sekarang harga belanja ayam ke distributor Rp27.000 perkg, itu posisi ayam yang masih dikandang ya. Terus kami jual ke pelanggan Rp25.000 perkg. Mau enggak mau kan harus gunakan tabungan untuk mengurangi harga jual Rp2.000, sampai harga ayam normal lagi dipasaran,” keluh salah satu pedagang ayam potong Martoyo kepada Satelit News, di Pasar Curug, kemarin.

            Pria asal Brebes Jawa Tengah ini mengaku, jika hal tersebut tidak dilakukan para pedagang khawatir masyarakat enggan membeli ayam ditempatnya. Bahkan resiko ini dilakukan oleh hampir semua pedagang ayam potong demi mempertahankan pelanggan yang sudah ada. “Tapi kalau satu atau dua bulan kedepan masih seperti ini ya habis juga modal kami,” tegas Martoyo.

            Lanjut Martoyo, dalam sehari ia mampu menjual ayam sebanyak 1800 ekor. Namun pasca kenaikan harga dirinya hanya mampu menjual 1100 ekor ayam yang sudah dipotong. Sedangkan untuk ukuran ayam sendiri bervariasi, lantaran ayam yang dikeluarkan oleh peternak tidak semua sama. Umumnya yang membeli ayam ditempatnya adalah para pedagang makanan, seperti pecel ayam, rumah makan padang dan juga Warteg.

            “Kalau untuk konsumsi keluarga ukurannya 1 kilo 1 ons, tapi kalau untuk rumah makan ukurannya 7 sampai 8 ons. Sekarang harga ayam hidup di distributor sudah Rp27.000 perekor, kalau sudah dipotong dan dibersihkan paling beratnya cuma 7 ons. Itu sudah berkurang dari ukuran 1 kilo. Lah jual ke pelanggan 1 kilo Rp25.000 mau enggak mau kan harus pakai tabungan buat nutupin kekurangannya,” cetusnya sambil melayani pelanggan.

            Pedagang ayam potong lainnya Muhamad Naji mengaku, kenaikan harga kali ini dinilainya yang terparah sejak ia mulai berdagang pada tahun 1999. Menurutnya, kejadian serupa pernah terjadi di tahun 2006 dan menyebabkan banyak pedagang ayam potong gulung tikar lantaran tak memiliki modal.

            Ia menilai, penyebab utama harga ayam yang terus meroket adalah banyaknya distributor dan peternak ayam yang mengeluarkan ayam dengan ukuran kecil, lantaran ayam yang berukuran besar sudah tidak ada. “Kenaikan harga ayam sekarang paling parah sejak 6 tahun belakangan. Disini sebenarnya pedagang ayam semua, tapi bisa dilihatkan cuma tinggal berapa lapak yang masih bertahan, yang lain sudah kehabisan modal semua. Sama kaya saya juga kalau enggak kuat-kuat banget mah sudah tutup juga seperti yang lain,” jelas pria berambut gondrong itu.

            Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Jarnaji mengatakan, jika memang harga daging ayam terus meningkat pihaknya akan meminta kepada Bulog untuk melakukan operasi pasar lagi. “Kita embat lagi, adakan lagi operasi pasar. Sampai harga daging ayam kembali normal. Kalau soal harga memang pemerintah tidak bisa menentukannya, tapi untuk menstabilkan harga pemerintah punya tanggung jawab,” jelasnya.

            Kepala Bulog Tangerang Sri Handiyani mengaku belum ada intrusksi untuk mengadakan operasi pasar daging ayam. Sementara ini Bulog hanya fokus untuk menstabilkan harga daging sapi dipasaran. Meski begitu, ia menghimbau kepada masyarakat untuk tidak khawatir mengenai harga daging ayam. Dirinya yakin jika harga daging sapi sudah normal maka harga daging ayam pun ikut kembali normal.

            “Kalau kita imbangi dengan daging sapi insyaallah daging ayam pun ikut normal kembali. Kita diistruksikan juga dari kementerian untuk memantau harga daging ayam. Jika memungkinkan untuk dilakukan operasi pasar maka akan segera dilakukan,” pungkasnya. (mujeeb/aditya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.