Harga Naik, Telur Pecah pun Diburu
PANDEGLANG,SNOL–Satu persatu, harga kebutuhan pokok di pasaran tak terkendali. Selain harga daging dan sayur mayor meningkat fantastis, juga telur mengalami lonjakan yang mencekik pembeli, serta mengakibatkan para pedagang harus bertekuk lutut dan berpangku tangan menunggu pembeli yang semakin hari semakin sepi.Salah seorang pemilik agen telur di pasar Badak Pandeglang, Iyus merasa kaget dan aneh dengan kenaikan harga telur yang seolah tiba-tiba. Padahal stok telur di agen-agen besar melimpah, dan tidak kekurangan. Tapi, kenapa harganya melambung tinggi.
Katanya, sebelumnya harga jual telur sekitar Rp 18 ribu/Kg, sekarang naik sampai Rp 23 ribu/Kg. Akibatnya, ia harus rela ditinggalkan pelanggannya satu persatu karena pembeli mengurangi jumlah pembeliannya. Bahkan, beberapa pelanggan beralih ke komoditi kebutuhan lainnya.
“Biasanya, sehari bisa menjual habis satu mobil colt bak terbuka yang distok di kiosnya tapi beberapa hari ini satu mobil itu baru habis lima hari,” kata Iyus, Kamis (13/8), seraya menyatakan, banyak telur pecah akibat terlalu lama diendap. Walaupun tetap ada yang membelinya, namun harganya tak sama dengan yang bagus.
Baginya, kritikan pembeli terkait kenaikan harga menjadi masukan berarti karena pembeli menduga kenaikan harga hanya pada tingkatan agen dan pengecer di pasaran. “Kami yang disangka menaikan harga sepihak oleh pembeli. Padahal, dari agen besarnya juga mengalami kenaikan,” tambahnya.
Beberapa bulan sebelumnya, kata dia, kenaikan harga paling besar hanya mencapai Rp 2000 /Kg, namun sekarang kenaikannya dasyat mencapai Rp 5 ribu/Kg. Pria berbadan sedang ini menduga, ada yang sengaja mempermainkan harga dan bisa jadi ikut-ikutan harga daging.
“Kami tidak pernah menaikan harga sembarangan, hanya mengikuti harga dari pusat atau agen saja. Malah sekarang gara-gara harga naik, para pedagang nasi goreng, ketupat dan lainnya banyak yang memburu telur pecah karena harganya murah sekali, jauh dari harga telur yang masih bagus,” ujarnya.
Seorang pedagang telur eceran Ny Otih mengaku dalam sehari biasanya ia menjual habis telur sebanyak tiga peti. Semenjak harganya naik, satu peti pun tidak habis terjual sehari. Sebagai pengecer, ia hanya mengambil keuntungan Rp 1000/Kg. Jadi ia menjual Rp 24 ribu/Kg. Diakunya, selain merugi juga banyak pelanggannya yang hilang. “Karena barang tak terjual habis, jadi uang modal tak bisa diputar jadi modal usaha. Saya malah tidak bisa belanja barang dagangan yang lainya, saya juga berharap harga secepatnya bisa normal kembali,” ungkap Otih.
Terpisah, seorang pedagang ketupat sayur di pasar Badak Pandeglang, Medi mengaku terpaksa memburu telur yang pecah karena harganya lebih murah yaitu hanya Rp 11 ribu lebih/Kg. Menurutnya, telur yang pecah juga masih bagus dan tidak busuk, hanya perbedaannya dari kulit saja pecah.
“Kami jamin telurnya masih bagus. Karena dipilih dulu sebelum dibeli, dan kalau saya harus beli telur yang masih utuh, rugi besar. Ketupat yang saya jual tidak ikut naik. Makanya, saya lebih memilih membeli telur yang pecah yang masih bagus,” imbuhnya. (mg29/mardiana/jarkasih)