Banten Nyatakan Darurat Kekeringan
SERANG,SNOL–Pemerintah Provinsi Banten sudah menyatakan darurat bencana kekeringan akibat musim kemarau yang melanda dalam beberapa bulan terakhir. Sebagian besar wilayah di Banten terkena dampak kekeringan hingga menyebabkan kekurangan air bersih dan tanaman mengalami puso.Plt Gubernur Banten Rano Karno melakukan sejumlah upaya untuk mengatasi kekeringan itu. Salah satunya dengan mengajak masyarakat untuk menggelar salat meminta hujan.
“Pemprov juga memberikan bantuan ke pada masyarakat di sejumlah titik kekeringan. Pemprov bersama dengan MUI Banten akan mengajak masyarakat untuk menggelar salat Istisqa,” kata Rano.
Dia mengaku, dalam waktu dekat akan segera menghubungi MUI Banten, untuk melaksanakan salat minta hujan. “Secepatnya salat istisqa akan segera dilakukan,” kata Rano usai menghadiri sidang paripurna pemberhentian Ratu Atut Chosiyah, Kamis (6/8)
Rano mengaku sudah memerintahkan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi untuk mendistribusikan air bagi daerah yang membutuhkan. “Sudah darurat bencana kekeringan, BPBD sudah saya perintahkan untuk membantu masyarakat mendistribusikan air bersih,” tegasnya.
Karena sudah darurat, pihaknya bisa menggunakan anggaran-anggaran yang bersifat respons cepat. Namun ada kriteria khusus agar uang tersebut bisa digunakan. “Karena kalau krisis air untuk minum, masih bisa disuplai oleh BPBD,” katanya.
Kepala BPBD Banten Komari, mengungkapkan darurat bencana ini sudah terjadi di sebagian besar wilayah Banten, terutama di Kabupate Lebak yang hampir separuh wilayahnya sudah tidak tersedia air bersih. “Lebak separuh wilayah lebih sudah tidak tersedia air, sangat parah. Pandeglang juga sama, namun masih tidak separah Lebak,” kata Komari.
BPBD provinsi sendiri sudah mendistribusikan 45 ribu liter air untuk kebutuhan masyarakat. Sembilan tanki mobil berkapasitas 5000 liter sudah disiagakan. Saat ini, ada sebanyak 61 kecamatan dari 155 kecamatan yang ada di Banten mengalami kekeringan. Masalah kekeringan tersebar di 163 desa dan delapan kabupaten kota.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Provinsi Banten mengungkapkan, hingga saat ini sudah 200 hektar lahan persawahan mengalami puso atau gagal panen. “Saat ini ada empat wilayah yang terkena puso,yaitu Kabupaten Serang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Pandeglang, Kabupaten Tangerang, namun mayoritas terjadi di Selatan, yaitu Lebak dan Pandeglang,” kata Kadistanak Eneng Nurcahyati.
Ada seluar 8800 hekatre lahan persawahan yang berpotensi besar mengalami puso. Karena itu, pihaknya sudah berkordinasi dengan kementrian pertanian dan juga dinas pertanian di kabupaten kota di Banten terkait bencana kekeringan yang melanda ini.
Peternak Bandeng Beralih Jadi ABK Nelayan
Kekeringan tak hanya melanda pesawahan dan sumur warga. Tambak milik para peternak Bandeng juga tak lagi bisa ditanami ikan. Selain akibat musim kemarau panjang, juga mereka tak punya modal lebih untuk membeli mesin pompa penyedot air untuk mengairi areal tambaknya. Sebagian dari mereka terpaksa beralih profesi menjadi nelayan melaut mencari ikan laut.
Kondisi itu terjadi di Desa Sukajaya Kecamatan Pontang Kabupaten Serang. Karena, selama kemarau melanda, para peternak Bandeng sudah tidak bisa mengandalkan lahan tambaknya untuk pembibitan atau memelihara Bandeng sebagai bahan baku kerajinan Bandeng olahan.
Salah seorang warga Kampung Kemayungan Desa Sukajaya Kecamatan Pontang, Maskur, mengaku sudah hampir tiga bulan areal tambaknya dibiarkan kering. Tak ada andalan sumber mata air, untuk memenuhi pasokan air. “Saluran air yang bermuara ke laut, airnya dangkal. Kalau tidak pakai pompa, air tidak ngalir. Apalagi, empang saya kan agak jauh lokasinya,” kata Maskur, Kamis (6/8).
Sebelumnya, budidaya Bandeng menjadi salah satu andalan mata pencaharian warga sekitar namun karena kemarau panjang membuat warga harus beralih menjadi anak buah kapal (ABK) nelayan atau melaut layaknya nelayan lain. “Kalau cuacanya tidak kemarau seperti ini, bisa lebih dari Rp 2 juta perbulan penghasilan kami. Tidak seperti sekarang, jadi nelayan paling pas buat makan anak istri. Ya, mungkin ini juga buat sementara waktu saja, sampai musim kemaraunya lewat. Mumpung ada teman yang ngajak melaut,” tambahnya.
Kepala Seksi (Kasi) Ketahanan Pangan pada Dinas Pertanian Kehutanan Perkebunan dan Peternakan (Dsitanhutbunak) Kabupaten Serang, Zaldi Dhuhana menyebutkan, dari luas areal pesawahan sekitar 18,380 hektar, yang tersebar di 29 kecamatan. Sebanyak 2.411 hektar diantaranya, terancam puso.
“Itu data terakhir hingga bbulan Juli. Kami terus memantau, apakah ada penambahan kembali atau tidak. Kita tunggu laporan dari petugas lapangan,” imbuhnya. (sidik/metty/mardiana/jarkasih)