Kekeringan, Hasil Panen Turun Drastis

PANDEGLANG,SNOL– Musim kemarau panjang menjadi duka bagi para petani. Mereka galau akibat lahannya tak bisa ditanami bibit padi atau jenis tanaman pertanian lainnya. Selain krisis air, juga sulitnya mendapatkan pasokan air tambahan di wilayah sekitar karena sumber mata air sangat minim serta peralatan yang dimiliki juga masih tradisional.Ratusan petani mengaku rugi, karena disaat mereka butuh uang dan ingin menjual hasil panennya, ternyata tanamannya tak bisa dipanen. Kalaupun dipanen paksa, kualitasnya tidak sebaik sebelumnya.

Salah seorang petani di Kampung Bojong Mangga Desa Majau Kecamatan Saketi, Irfan Nugraha mengatakan, tahun ini sangat jauh perbedaannya dengan panen tahun sebelumnya. Hal itu diakibatkan, musim kemarau terjadi saat padi berusia 30-40 hari sehingga hal ini membuat pertumbuhan padi terhambat.

“Penurunan panen untuk tahun ini mencapai 30 persen. Saya bisa lihat dari hasil satu hektaran itu, tidak mencapai satu ton. Padahal, biasanya bisa lebih dari satu ton. Modal yang dikeluarkan, tidak sebanding dengan hasil yang didapat,” kata Irfan, Senin (03/8).

Petani lainnya, Wawan mengatakan, ia dan petani yang lain merasakan kegalauan  itu lantaran hasil panen tahun ini sangat menurun drastis. Sawah tak bisa digarap, lantaran kering. Ia mengaku, belum mendapatkan perhatian atau bantuan dari pemerintah untuk mengantisipasi kekeringan yang melanda. “Kami sangat berharap, pemerintah bisa memberikan jalan keluarnya agar kami tidak kesulitan dalam menggarap lahan pertanian. Jika tidak dibantu, kami tidak akan bisa menanam di musim tanam berikutnya,” ujarnya.

Anggota Komisi II DPRD Pandeglang, Lukman Nulhakim mengatakan, musim kemarau pasti akan menjadi masalah bagi para petani yang berdampak sulitnya menggarap lahan. Karena itu, pihaknya akan melakukan koordinasi dengan dinas pertanian dan perkebunan (Distanbun) terkait masalah itu.

“Ini persoalan, dan kami akan bahas diinternal DPRD serta berkoordinasi dengan instansi terkait, untuk membantu mencari solusinya. Pandeglang ini lumbung padi untuk Provinsi Banten, jangan sampai lahan pesawahan di Pandeglang dibiarkan berlarut-larut,” ungkap politisi PKB ini.

Baru 61 Kecamatan Dapat Bantuan Air

 Terpisah, dari 115 kecamatan di wilayah Banten yang mengalami krisis air, baru 61 kecamatan yang sudah mendapatkan bantuan air bersih. Itupun, kondisi kekeringannya masih sebatas kekeringan lokal atau belum meluas menjadi bencana darurat tingkat kabupaten.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banten, Komari mengatakan, dari 61 kecamatan itu berarti sudah sekitar 300 desa terbantu air bersih. Bencana elnino masih akan berlanjut hingga bulan Oktober mendatang. “Kami masih terus menganalisa perkembangannya,” kata Komari, Senin (3/8).

Menurutnya, bencana kekeringan yang melanda Banten sudah dikoordinasikan dengan seluruh kabupaten/kota, PDAM, dan SKPD terkait diwilayah Banten. Rencananya, Rabu (5/8) besok kami akan operasi air bersih dan air untuk pertanian hingga sepekan kedepan. Bantuan air ini akan dilakukan secara terpadu dengan menurunkan penampungan air sebanyak 61 titik.

Setiap kecamatan akan diberikan jatah sekitar 12 tangki air mobile untuk kebutuhan rumah tangga. Di Kabupaten Lebak, operasi air bersih dibagi 3 zona yakni, zona selatan, tengah, dan timur. “Sementara untuk air pertanian kami bekerjasama dengan DSDAP dan pusat, dengan mendistribusikan pompa. Untuk wilayah darurat bencana kekeringan, BNPB dan kementrian terkait akan mengucurkan anggaran,” tambahnya.

Dia menegaskan, di Banten baru Kabupaten Lebak yang statusnya bencana kekeringan. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan akan bertambah wilayah yang ditetapkan bencana kekeringan. “Hari ini (Senin, 03/8,red) sudah ada laporan ke kami (BPBD,red) bahwa Kabupaten Pandeglang dan Serang akan menyusul menetapkan Siaga Darurat Bencana Kekeringan,” ujarnya lagi.

Dinas Sumber Daya Air dan Pemukiman (DSDAP) Banten, siap membantu kabupaten/kota dalam menanggulangi bencana kekeringan yang melanda. “Kami sudah punya tim untuk memetakan. Kami sifatnya menunggu permintaan dari kabupaten/kota, atau instansi terkait,” ujar Husni Hasan, Kepala DSDAP Banten.

DSDAP memiliki peralatan antara lain 12 mesin pompa, dan 4 mobil tangki berkapasitas 5.000 liter. “Jadi kalau ada sawah yang mengalami kekeringan, silahkan minta pompa ke kami. Silahkan datang langsung,” imbuhnya.

Pihaknya hanya mendukung instansi yang berkaitan langsung dengan persoalan banjir, untuk mengoptimalisasi penanggulangan banjir. “Paling tidak kami optimalkan apa yang kami miliki. Kami punya peralatan ini, ya dikerahkan untuk membantu kalau diperlukan sudah siap,” pungkasnya.

Meskipun dapat dipinjam dan dipergunakan oleh instansi lain, sebagai bukti pertanggungjawaban harus disertakan surat dari instansi yang dimaksud. Menurutnya, timnya sudah memetakan wilayah-wilayah yang dilanda kekeringan. Terutama Kabupaten Lebak, dan beberapa daerah di Tangerang serta Kabupaten Serang.

Diketahui, berdasarkan data dari BPBD Banten, sebanyak 61 kecamatan, 4 kelurahan, dan 95 desa seBanten mengalami kekeringan. Bahkan, di Lebak dari 28 kecamatan 20 kecamatan diantaranya dilanda kekeringan. Serta sebanyak 8.311 hektar lahan pesawahan terancam gagal panen. (mg29/metty/mardiana/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.