Kekeringan Ancam 7.022 Ha Lahan

TIGARAKSA,SNOL Sebanyak 7022 hektar dari 35000 hektar lahan persawahan di Kabupaten Tangerang terancam kekeringan. Penyebabnya Sungai Cidurian yang mengaliri area persawahan mengalami penyusutan volume, sehingga tak mampu mengaliri air ke persawahan milik warga.            Sekretaris Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang Mawardi Nasution mengatakan, dari data yang telah ia miliki kurang lebih sebanyak 7022 hektar lahan persawahan yang ditanami padi terancam kekeringan. Jumlah tersebut didapatnya dari 21 kecamatan yang ada di Kabupaten Tangerang.

            Lanjut Mawardi, umumnya dari 21 kecamatan tersebut yang paling terancam adalah wilayah selatan Kabupaten Tangerang. Seperti Kecamatan Cisoka, Jambe, Solear, Cikupa, Curug, Panongan, Kelapa Dua dan Tigaraksa. Pemerintah pun sudah berupaya memberikan bantuan berupa pembuatan pompa air pada bekas galian pasir, serta pembuatan sumur pantek yang bisa dimanfaatkan oleh warga yang sawahnya mengalami kekeringan.

            “Sementara untuk wilayah pantura ada Kecamatan Mekar Baru yang mengalami kekeringan, yakni seluas 280 hektar atau sekitar 10 persennya dari 1990 rencana tanam. Ada juga di Mekar Baru sekitar 180 hektar. Mereka kekeringan karena sawahnya sudah tidak dialiri air dari Sungai Cigarukgak yang mengalami kekeringan juga,” terangnya kepada Satelit News, Kamis (30/7).

            Pemkab Tangerang sendiri pernah memiliki wacana untuk menggunakan air laut yang disaring kadar garamnya. Namun keterbatasan anggaran dan mahalnya alat yang diperlukan hingga kini belum terealisasi. “Alatnya sendiri cukup mahal. Makanya belum terealisasi,” paparnya pria yang pernah menjadi dokter hewan ini.

            Kasi Sarana dan Pengendalian Tanaman Pangan Bambang menambahkan, tidak semua lahan pertanian yang umumnya digunakan untuk menanam padi itu bisa kekeringan. Karena ada beberapa sumber mata air yang bisa digunakan untuk mengairi sawahnya. Sementara ini memang penggunaan air tersebut diutamakan untuk penggunaan kehidupan masyarakat sehari-hari, sedangkan untuk pertanian sendiri dinomorduakan.

            “Untuk tanamannya sendiri diprioritaskan tanaman hortikultura. Jadi bagi sawahnya yang kekeringan bisa menjadikannya lahan tersebut untuk tanaman hortikultura. Kami hanya mendorong para petani untuk menggunakann lahan tersebut selama musim kekeringan,” ujarnya saat dihubungi.

            Pihaknya berharap tidak terjadi musim kekeringan yang berkepanjangan. Sementara untuk memantau kondisi terkini di lapangan pihak telah menerjunkan Petugas Pelaksanan Pencatat Data (P3D), serta Petugas Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (PPOPT). “Cukup banyak petugasnya, berkisar 100 orang petugas. Mereka lah yang melaporkan ke kami mengenai kondisi terkini di lapangan,” pungkasnya. (mujeeb/aditya)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.