Pertumbuhan Badak Jawa Lamban

SERANG,SNOL– Pertumbuhan populasi badak jawa (Rhinoceros sondaicus) di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) Desa Ujung Jaya Kecamatan Sumur Kabupaten Pandeglang, dinilai lamban. Hal itu disebabkan, tidak berimbangnya jumlah populasi badak betina dan jantan. Hasil sensus terakhir dengan menggunakan 100 kamera video trap pada Januari – Desember 2014 lalu, yang dipasang diseluruh titik jalur atau zona khusus badak jawa, diketahui populasi badak cula satu itu sebanyak 57 ekor, yang terdiri dari 31 jantan dan 26 betina.

Kepala Balai TNUK Haryono, mengatakan komposisi dan perbandingannya tidak ideal. Seharusnya, satu jantan empat betina. Itu salah satu faktor yang menyebabkan lambannya pertumbuhan,” kata Haryono, dalam Ekpos Hasil Monitoring Populasi Badak Jawa Tahun 2014, yang digelar Balai TNUK, di Pendopo Gubernur Banten, KP3B Curug Kota Serang, Selasa (7/7).

Dari pantauan klip yang diambil dari tahun 2011 hingga 2014, melalui kamera pengintai yang dipasang di sejumlah titik di TNUK, diketahui ada empat badak yang mati. “Analisa kumulatif dari tahun 2011 hingga 2014, dari 60 ekor badak, empat diantaranya meninggal dan kelahiran baru satu ekor,” tambahnya.

Terkait penyebab kematiannya, lanjut Haryono, sejauh ini diperkirakan karena penyakit atau faktor alam. Namun dari hasil analisa yang mengancam kehidupan badak jawa selain faktor alam adalah binatang pemangsa lain seperti, anjing hutan dan sejenisnya.

“Dari keempat badak yang mati itu, dua di antaranya mati pada tahun 2014 dan lainnya, pada kurun waktu  tahun 2011 hingga  2013. Terbaru ditemukan pada tanggal  12 November  2014  lalu,” sebut Haryono.

Dijelaskannya, informasi mengenai demografi badak jawa merupakan parameter yang sangat penting dalam upaya melestarikan satwa langka tersebut. Menurutnya, Badak Jawa mempunyai sifat soliter dengan indra penciuman yang sangat tajam, sehingga sulit dijumpai secara langsung di lapangan. “Inilah yang menjadi kendala utama dalam melakukan monitoring populasi satwa tersebut. Namun, dengan ditemukannya satu individu anak badak jawa pada tahun 2014 lalu, menunjukkan bahwa populasi badak jawa di TNUK masih mengalami perkembangan secara alami walaupun sangat lambat,” pungkasnya.

Petugas TNUK pun terus memonitoring perkembangan badak yang sangat langka dan telah dilindungi melalui PP Nomor 7 tahun 1999, tentang satwa langka. Monitoring menggunakan kamera trap, baru dilakukan semenjak tahun 2010. Dimana, monitoring pertama di tahun 1967 hingga 2009, masih menggunakan cara manual. Yakni menghitung jejak kaki badak yang terlihat di tanah. “Kita bagi ada 4 tim pengawas. Setiap tim terdiri dari 1 orang TNUK, dan 7 masyarakat. PNS nya hanya 115 orang,” terangnya.

Ketika ditemukan dari rekam video trap, ada anak badak sedang bersama induknya. Dia berati masih anak-anak. Ketika sendiri, dia remaja atau dewasa. Lalu dibagi lagi warna kulit, ada yang abu-abu dan warna gelap. Lalu dilihat kerutan mata, kerutan wajah, lipatan leher, ekor, dan telinganya. “Membedakan badak hampir sama dengan membedakan sidik jari manusia. Posisi telinga, setiap badak berbeda-beda,” tandasnya.

Sepanjang monitoring tahun 2014, pihak TNUK berhasil mengabadikan sekitar 12.016 gambar. Dimana, 570 gambar badak, 6.531 satwa lain diluar badak dan 4.915 non satwa, seperti pohon.

Berdasarkan data tersebut, gambar badak terbanyak yang bisa di ambil pada bulan September hingga November. Sedangkan, waktunya berada di kisaran pukul 18.00-20.00 Wib, sedangkan yang paling sedikit terambil gambarnya di sekitaran pukul 12.00-14.00 Wib.

“Badak lebih banyak aktif di pantai. Badak sewaktu-waktu butuh ‘mengasin’ untuk menghilangkan kutu ditubuhnya. Macan tutul dan anjing hutan, menjadi ancaman bagi anak badak,” tegasnya, seraya menyatakan luas kawasan TNUK sekitar 38 ribu hektar. Daerah yang tidak baik untuk kehidupan badak adalah, perbukitan karena daerahnya terjal.

Sementara, Plt Gubernur Banten Rano Karno menyatakan, penyelamatan badak jawa di kawasan TNUK Kabupaten Pandeglang, merupakan tanggung jawab semua pihak. Atas nama Pemerintah Provinsi Banten, saya mengimbau kepada semua pihak untuk terus memberikan dukungan kepada pemerintah, dalam program konservasi badak jawa di Taman Nasional Ujng Kulon,” kata Rano, Selasa (7/7). (metty/mardiana/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.