Aktivis Anggap BLHD Cuci Tangan
TANGERANG,SNOL—Yayasan Peduli Lingkungan (Yapel) menilai pernyataan Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) sebagai upaya cuci tangan pencemaran Sungai Cidurian. BLHD menilai pencemaran Sungai Cidurian yang disampaikan oleh PDAM Tirta Kerta Rahardja (TKR) cuma isu.
Direktur Eksekutif Yapel Uyus Setia Bhakti meyayangkan peryataan Kabid Wasdal BLHD Asep Jatnika terkait krisis air bersih yang terjadi di 3 desa di Kecamatan Kresek bukan karena adanya limbah di Sungai Cidurian. Menurutnya, seharusnya BLHD turun langsung ke lapangan untuk mencari tahu penyebab pasti PDAM Tirta Kerta Raharja (TKR) sebagai penyedia air bersih di wilayah tersebut menghentikan produksinya.
“Saya ingin tahu kapan terakhir kali BLHD memeriksa kualitas air Sungai Cidurian, tahun, bulan dan tanggalnya. Karena seharusnya dengan adanya laporan tersebut BLHD langsung turun ke lapangan bukannya mengatakan itu hanya isu semata,” kata Uyus kepada Satelit News, dengan nada kesal, Rabu (1/7).
Menurut Uyus, dirinya melihat apa yang dikeluhkan oleh warga dan PDAM TKR akan kualitas air di Sungai Cidurian sangat wajar. Hal ini mengingat di sekitar aliran sungai yang usianya lebih tua dari Cisadane tersebut telah banyak industri, termasuk peternakan ayam yang memanfaatkan sungai untuk membuang limbahnya. “Lihat tingkat kekeruhan dan bau, serta kandungan airnya di laboratorium, baru bisa mengatakan itu isu atau bukan,” jelas Uyus.
Uyus menilai dengan anggaran yang dimiliki BLHD saat ini seharusnya mampu bekerja lebih keras dibandingkan lembaga swadaya masyarakat (LSM), untuk menjamin agar masyarakat Kabupaten Tangerang merasakan lingkungan yang sehat. “Sudah saatnya BLHD kerja keras untuk menjamin kelestarian lingkungan termasuk sungai yang melewati Kabupaten Tangerang,” papar Uyus.
Uyus juga menyayangkan peryataan dari BLHD yang menyatakan jika memang itu mencemari Sungai Cidurian merupakan ranahnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten. Karena menurut Uyus, menjaga dan merawat lingkungan termasuk Sungai Cidurian merupakan kewenangan bersama mulai pusat hinga daerah. Terlebih di daerah Kabupaten Tangerang pun ada industri yang memanfaatkan Sungai Cidurian tersebut.
“Itu jawaban yang klise dan seolah cuci tangan. Seharusnya masalah lingkungan harus menjadi kewenangan bersama. Tindak, jika ada yang melanggar di wilayah Kabupaten Tangerang serta menjalin koordinasi dengan pemerintah daerah lainnya. Jangan sampai kami menduga ada main mata,” jelas Uyus.
Terpisah, H. Ali Zein selaku tokoh masyarakat Kecamatan kresek berharap Pemkab Tangerang segera mencari solusi terkait limbah yang mencemari Sungai Cidurian tersebut. “Ini sudah berlangsung lama, terlebih setiap musim kemarau datang bau dan kotor air Sungai Cidurian menggangu warga. Terlebih bisa menggangu pasokan air PDAM karena tidak bisa berproduksi, sehingga akhirnya kami mengalami krisis air,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, pencemaran Sungai Cidurian yang disampaikan oleh PDAM TKR dinilai BLHD hanya isu. Padahal PDAM terpaksa menghentikan pasokan air bersih kepada 3500 warga di Desa Patrasana, Kresek dan Renged, lantaran krisis air bersih.
Kabid Wasdal BLHD Asep Jatnika menjelaskan, krisis air bersih yang terjadi Desa Patrasana bukan berasal dari limbah yang mencemari Sungai Cidurian. Menurutnya hal ini memang sering terjadi pada wilayah utara Kabupaten Tangerang jika musim kemarau datang. Namun pada saat musim hujan datang air-air tersebut akan kembali jernih.
“Ini memang sering terjadi pada saat musim kemarau seperti ini. Jadi bukan baru pertama kali terjadi dan ini bukan berasal dari pencemaran limbah seperti isu yang beredar. Apalagi mencemari Sungai Cidurian. Sebenarnya jika memang itu mencemari Sungai Cidurian merupakan ranahnya Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten,” tegasnya kepada Satelit News, Selasa (30/6).
Menurutnya, keruhnya air sumur tersebut merupakan imbas dari letak geografis desanya yang berdekatan dengan laut. Hal itu menyebabkan air sumur terlihat kuning dan lengket. Pihaknya pun sudah mengantisipasi kejadian tersebut dengan menyediakan mobil yang bisa mengangkut air bersih ke sudut desa. (hendra/aditya)