Hasil Lab Rugikan Praktisi Kalimaya Banten

LEBAK,SNOL– praktisi Kalimaya mulai dari penambang, penjual dan kolektor sering dirugikan oleh laboratorium besar di Jakarta. Asosiasi Kalimaya Rangkasbitung Banten (AKRAB), meminta kepada Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten, agar mau dan mampu mematenkan batu permata jenis Kalimaya yang notabene adalah batu yang berasal dari tanah Banten.

Kerugian yang dialami oleh para praktisi berbentuk hasil identifikasi batu Kalimaya yang dinilai selalu kurang akurat, karena setiap Batu Kalimaya yang dilakukan identifikasi selalu menghasilkan keterangan jika batu tersebut berasal dari Afrika. Padahal, batu yang dimasukan ke laboratorium tersebut asli berasal dari daerah tambang yang ada di Banten.

“Kami meminta agar Pemerintah Provinsi Banten, segera turun tangan membantu menyelesaikan permasalahan tersebut. Jika tidak disikapi maka hal ini dapat berdampak buruk bagi para praktisi batu kalimaya di Banten,” kata Abdul Yahya (35), Ketua Asosiasi Kalimaya Rangkasbitung Banten (AKRAB), Kamis (25/6).

Kasus kesalahan hasil identifikasi yang dikeluarkan oleh pihak laboratorium tersebut, katanya, sudah sangat sering terjadi. Tentu saja, hal tersebut berdampak kepada banyaknya hasil penjualan batu Kalimaya yang dikembalikan oleh pembeli kepada para penjualnya sehingga sangat merugikan para penambang Kalimaya.

“Jadi, adanya hasil lab dari Jakarta itu, para pembeli Batu Kalimaya juga terkadang menawar murah batu dari alam wilayah Lebak tersebut,” kata Yahya.

Menurut Yahya, selama ini patokan yang dimiliki oleh laboratorium di Jakarta adalah Batu Kalimaya asal Afrika, sehingga setiap Batu Kalimaya yang dilakukan identifikasi selalu keluarnya berasal dari benua hitam tersebut. Karena memang, riset dan database yang ada di lab hanya ada dari Afrika saja, sedangkan dari Banten belum ada.

“Ya sangat jelas ketimpangannya, semua laboratorium yang ada di Jakarta hanya mempunyai database tentang Kalimaya Afrika, sedangkan dari Banten sejak dulu memang tidak ada. Jadi, setiap batu yang diidentifikasi, hasilnya selalu keluar dari negara Afriika,” tambahnya.

Satu-satunya solusi terkait perbedaan hasil laboratorium adalah, komitmen dari Pemprov khususnya Dinas Pertambangan dan Energi (Distamben) Banten, dalam mengelola aset milik Banten. “Memang tidak mudah, karena membutuhkan biaya yang relatif besar untuk melakukan riset terkait ciri-ciri Kalimaya Banten. Tapi upaya kearah itu haruslah ada,” imbuh Yahya.

Sementara, salah seorang konsumen dari Jakarta, Boni Simanjuntak mengatakan, setiap Batu Kalimaya asal Banten jika dimasukan ke laboratorium di Jakarta selalu keluar keterangan berasal dari Afrika. Hal tersebut sangat wajar, mengingat semua laboratorium di Jakarta belum mempunyai data base hasil riset terkait Kalimaya asal Banten. Jika Pemprov Banten tidak segera turun tangan maka citra tentang praktisi  Kalimaya Banten jadi tercemar karena bisa dibilang penipu oleh warga luar.

Sementara itu, Kepala Distamben Banten Eko Palmadi, belum bisa dimintai keterangan. Meski ponselnya aktif, Eko tak mengangkat panggilan wartawan. Eko juga tak membalas layanan pesan singkat (SMS) yang dikirimkan wartawan Harian Satelit News. (ahmadi/mardiana/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.