90 Persen Pabrik Tahu di Banten Pakai Formalin
TANGERANG,SNOL Para penggemar Tahu di Banten harus berhati-hati. Sebanyak 90 persen pabrik tahu yang berdiri di delapan kabupaten/ kota di Banten menggunakan formalin untuk mengawetkan produknya.
Kepala BPOM Serang, Rustyawati mengatakan, berdasarkan data dinas kesehatan kabupaten/ kota di Banten, 90 persen tahu di pasaran mengandung formalin. Hanya saja, pihaknya belum dapat menyimpulkan apakah penambahan bahan berbahaya itu terjadi saat proses produksi atau distribusi.
“Ya benar ada 90 persen pabrik tahu memakai formalin. Di Banten ini ada tiga daerah produsen tahu yang kami terus lakukan pengawasan, yakni di Kabupaten Tangerang, Kota Tangerang dan Serang. Untuk yang terbanyak ada di Kabupaten Tangerang sebanyak 10 pabrik, kemudian urutan kedua di Kota Tangerang,” ujarnya.
Dia mengungkapkan angka 90 persen tersebut sudah berdasarkan uji laboratorium yang terus menerus dilakukan. BPOM terakhir kali melakukan uji lab pada bulan Juli 2014 atau tepatnya saat bulan Ramadhan.
Menurut Rustyawati, rata-rata tahu yang mengandung formalin diproduksi di Tangerang. Masalahnya, hasil produksi pabrik tahu itu juga dikirim ke Jakarta dan sampai juga ke Kabupaten Lebak.
“Kalau kita turun ke lapangan dimanapun berada yang menjadi prioritas adalah selalu mengambil sampel tahu untuk diuji. Kalau pengakuan mereka, menggunakan formalin tersebut karena dikirim antar wilayah dengan kapasitas yang besar. Padahal konsep tahu adalah diproduksi untuk diedarkan diwilayahnya saja, tidak boleh menyebrang ke kawasan lain,” jelasnya.
Dalam melakukan uji lab, pihaknya selalu melakukan sampling. Misalkan ada 20 pabrik tahu, pasti 18 pabrik hasilnya positif memakai formalin. Namun, selain yang berformalin tetap masih ada juga yang tidak mengandung formalin.
“Ini menjadi keprihatinan kita bersama. Sebelumnya kita sudah bicarakan di lintas sektor antara BPOM dengan Kemendag dan Dinkes tapi belum ada kesepakatan yang kongkret karena izin usaha dan izin edarnya berbeda,” tuturnya.
Dia mempunyai rencana serius untuk duduk bersama membahas tahu. Bahkan dia berkeinginan mengadakan sehari bebas tahu formalin.
Rustyawati menyatakan, ada perbedaan antara Tahu berformalin dengan tahu biasa. Diantaranya adaah tahu yang mengandung formalin bentuknya keras dan dari baunya berbeda. Selain itu, pembeli juga bisa tahu formalin dengan menggunakan waktu. Tahu formalin memiliki daya tahannya lebih lama sedangkan tahu biasa hanya bertahan sampai siang.
“Kita sudah lakukan pembinaan dan peringatan agar tidak menggunakan formalin, bahkan sampai ke pidana. Tahun kemarin ada 2 pengusaha yang kita bawa ke pengadilan, tapi tak pernah jera karena mereka menganggap hukumannya ringan hanya denda,” ucapnya.
Dia menegaskan akan melakukan advokasi ke Pengadilan dan bukan hanya denda saja tapi juga harus dipidana. Selain itu ada juga sanksi sosialnya, pihaknya pernah sampai memasang label di tahu yang berformalin. Kemudian tahu tersebut dihancurkan ditempat agar masyarakat tahu bahaya formalin.(uis/pramita/gatot/satelitnews)