Buah – Buahan Idola di Bulan Ramadan

LEBAK,SNOL– Berkah Ramadan, tak hanya milik para pedagang kurma dan kolang-kaling saja, yang biasa mangkal pada bulan puasa ini. Pedagang timun suri-pun mewarnai pasar-pasar, trotoar, jalur perkotaan sampai ke pelosok perkampungan di wilayah Lebak. Di Kampung/Desa/Kecamatan Warunggunung, Kabupaten Lebak misalnya.

Di kampung yang tak jauh dari kantor kecamatan ini, sejak dzuhur sudah pasti terlihat pedagang timun suri menjajakan barang dagangannya berbanjar di pinggir jalan dan beberapa tempat yang mudah dijangkau. Para pembelinya, biasanya masih warga kampung sekitar. Ada juga warga dari daerah lain yang tak sengaja melintas akhirnya berhenti untuk membeli buah kuning lonjong itu, sebagai oleh-oleh dan untuk disantap saat buka puasa bersama keluarga di rumah. Umumnya, para pedagang timun suri dadakan itu membeli timun suri dari para petani langsung di wilayah Kecamatan Cikulur.

Salah seorang pedagang timun suri di Kampung Warunggunung, Jumriah (32) mengatakan, kegiatannya menjual timun suri ini dalam rangka mengisi kekosongan waktu menjelang berbuka puasa. “Awalnya saya nyoba-nyoba aja jualan timun suri, membantu usaha sampingan suami saya. Saya dapat timun surinya dari salah seorang petani di Desa/Kecamatan Cikulur,” kata Jumriah, Minggu (21/6).

Ditambahkannya, harga timun suri yang ia jual bervariasi, yaitu dari Rp 1.000 hingga Rp 4.000. “Biasanya yang kecil seribu, yang besar Rp 4 ribu,” akunya, seraya mengatakan, jualan timun suri itu yang pertama kalinya ia lakukan selama memasuki bulan Ramadan.

Pedagang lainnya, Pujiyanti (35) mengatakan, dengan berjualan timun suri, dia bisa meraup keuntungan Rp 20 ribu hingga Rp 35 ribu per-harinya. Hasilnya, bisa ditabung menjelang kebutuhan Lebaran. Menurutnya, berjualan timun suri pada bulan Ramadan ini memberi berkah tersendiri. “Ya, suami saya kan berjualan ikan keliling. Saya juga bisa membantu mencukupi kebutuhan makan sehari-hari,” ujar ibu tiga anak ini.

Sementara, para pembeli mengaku lebih memilih membeli timun suri yang dijual di perkampungan ketimbang yang di pasar. “Kalau beli di pasar sih saya minimal satu kilogram. Kalau disini, beli satu buah juga bisa, kadang bisa ditawar lagi,” ungkap Sunariah (55), salah seorang  pembeli. (ahmadi/mardiana/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.