Pedagang Diminta Stok Barang

SERANG,SNOL-Para pedagang Sembako diminta untuk menyetok barang dagangannya menjelang bulan Ramadan dan Idul Fitri 1436 H mendatang. Kebijakan itu dilakukan untuk mengantisipasi kelangkaan  dan tingginya harga kebutuhan pokok. Asisten Daerah II Pemkab Lebak Budi Santoso mengatakan, penyetokan sembako oleh pedagang akan dipantau oleh Pemkab untuk mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Apalagi, permintaan akan sembako menjelang bulan puasa dan Lebaran cukup tinggi.

“Kita akan awasi ketat para pedagang dalam kebijakan itu, karena biasanya tahun-tahun sebelumnya juga banyak para pedagang yang berbuat curang,” kata Budi, saat memimpin rapat koordinasi (Rakor) Stabilisasi Pangan dan Inflasi Menjelang Bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri 1436 H / 2015 di aula Multatuli, Setda Lebak, Senin (8/6).

Jika harga sembako tinggi, bukan karena pedagang curang dan ulah spekulan, kata Budi, maka Pemkab akan menggelar operasi pasar untuk menstabilkan harga sembako yang intinya membantu warga. “Kita juga telah membentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Lebak, agar warga tak terkena dampak kenaikan barang jelang Ramadan dan Lebaran,” papar Budi.

Sementara, para pedagang sembako di Pasar Rangkasbitung mengaku tidak semua barang sembako bisa distok, karena barang tersebut akan busuk jika tidak laku dalam beberapa hari, kecuali beras, tepung terigu, gula dan lain-lain. Oleh karena itu, Pemkab harus menjelaskan secara khusus barang yang harus distok.

“Kalau kebijakan stok barang tersebut diberlakukan, maka kami juga mestinya diberi modal tambahan, agar kami bisa membeli barang stok tersebut. Namun begitu, Pemkab juga harus menjamin bahwa barang yang distok tersebut bisa laku,” jelasnya.

Disperindagpas: Kalau Harganya Mahal, Jangan Makan Jengkol

Sementara itu, terkait melambungnya harga jengkol akhir-akhir ini, Pemkab Lebak menyarankan agar warga tidak tidak makan jengkol terelbih dahulu hingga harganya kembali normal. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Pasar (Disperindagpas) Lebak berdalih bahwa jengkol bukan merupakan kebutuhan pokok masyarakat.

Kepala Disperindagpas Lebak Wawan Ruswandi mengatakan, berdasarkan penulusurannya diketahui bahwa kenaikan salah satu lalapan dan sayuran yang banyak diminati warga tersebut akibat pasokannya yang berkurang. Sementara, permintaan jengkol sangat tinggi sehingga harganya melonjak. Atas dasar kondisi tersebut, Disperindagpas tidak mau ambil pusing karena tidak semua warga Lebak menyukai jengkol.

“Saran saya, Kalau harganya mahal, jangan makan jengkol. Sudah selesai sampai disitu,” kata Wawan, saat ditemui di aula Multatuli Setda Lebak, Senin (8/6).

Oleh karena itu, pihaknya tidak melakukan operasi pasar atau inspeksi mendadak (sidak) terkait lonjakan harga jengkol. “Kami akan pikirkan justru mungkin bukan harga jengkol, melainkan harga sembako,” tambahnya.

Kabid Perdagangan Disperindagpas Lebak, Orok Sukmana menambahkan, kenaikan harga jengkol tidak ada yang diuntungkan dan juga tidak ada yang dirugikan. Banyak juga warga Lebak yang semula pedagang jengkol beralih profesi menjadi pedagang barang lain.

“Jadi tak ada imbasnya. Dampaknya mungkin hanya penikmat jengkol saja yang saat ini tak bisa mengkonsumsi jengkol secara leluasa. Tetapi, bersabar saja, kalau petani jengkol di Lebak memasuki masa panen, harganya pasti akan stabil,” ujarnya.

Diberitakan sebelumnya, jelang puasa bulan Ramadhan 1436 H, bukan hanya harga beras, daging, sayuran, dan sejumlah kebutuhan pokok saja yang melonjak. Harga kebutuhan lainya yang tidak pernah diprediksi akan mengalami kenaikan juga, justru ikut naik.

Kenaikan harga, salah satunya jengkol. Harga jengkol di Pasar Rangkasbitung melonjak hingga tembus Rp 80 ribu/kg. Padahal sebelumnya, hanya Rp 28 ribu/kg. Sedangkan, harga daging ayam dikisaran Rp 35 ribu/kg yang sebelumnya Rp 32 ribu/kg. (ahmadi/mardiana/jarkasih)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.