Bakso Ikan Kronjo Tembus Pasar Nasional
KRONJO,SNOL—Bakso ikan dan nugget buatan Ubaidillah (35), warga Desa Kronjo Kecamatan Kronjo berhasil tembus pasar nasional. Omsetnya pun cukup besar yakni Rp7 juta sampai Rp10 juta per hari. Industri rumahan bakso ikan dan nugget yang dirintis Ubaidillah, sudah berlangsung selama 10 tahun. Kini ia mampu mempekerjakan 50 orang karyawan yang juga istri para nelayan untuk menambah penghasilan.
Para pekerjanya pun tampak lihai mengolah ikan-ikan segar untuk dijadikan bahan pembuatan bakso ikan, otak-otak maupun naged.
Ia mengaku, awalnya usaha yang dirintisnya ini hanya ingin mencari keuntungan lebih dari penjualan ikan para nelayan secara umum atau biasa. Hingga kemudian lahirlah ide untuk membuat makanan otak-otak, bakso ikan dan lainnya, yang bisa dijual dengan harga lebih.
“Sehari saya membutuhkan ikan segar 3 ton dan standarnya paling kecil 1,5 ton untuk produksi makanan ringan tersebut. Penghasilan bersih saya berkisar Rp7 juta sampai Rp10 juta per hari,” ungkapnya kepada Satelit News, kemarin.
Ubaidillah menambahkan, sebenarnya pembuatan makanan ringan ini tidak memerlukan biaya banyak, hanya Rp10 juta sudah bisa mendapatkan ikan segar 1,5 ton. Menurutnya, bisnis otak-otak dan bakso ikan saat ini cukup cerah, terlihat dari tingginya pemesanan hingga seluruh pasar di Jabodetabek.
Ia mengaku dalam sehari mampu memproduksi sampai 3 ton ikan segar dan menghasilkan 5000 bungkus lebih. “Sehari bisa produksi sampai 5000 bungkus lebih. Harga otak-otak dan bakso ikan Rp4.000 per bungkus. Isi satu bungkusnya 10 biji. Harga perkilo Rp20.000,” jelasnya.
Kini dirinya terkendala dalam memproduksi otak-otak buatannya karena alat-alat yang digunakan masih manual, sehingga sulit menghasilkan produk yang istimewa. “Lumayan sulit bikinnya, pertama kita belah dulu ikan-ikan segar, lalu haluskan terlebih dahulu ikannya, kemudian kita taburi rempah-rempah. Setelah itu kita campurkan dengan daun bawang. Kalau ikannya enggak halus ya gagal,” kata pria yang akrab disapa Ubai ini.
Ia mengaku senang di tengah kesulitan yang dihadapinya, karena bisa membantu para istri nelayan yang menganggur di rumah menunggu suaminya pulang melaut. Pekerjaan ini pun memberikan pendapatan tambahan bagi keluarga nelayan.
Salah satu karyawan, Sunarti mengaku sudah bekerja selama 2 tahun sebagai pemotong ikan. Ia berharap bisa membantu orang tuanya untuk membiayai adiknya bayar sekolah, karena dirinya sempat putus sekolah karena tidak ada biaya. “Ya lumayan lah walau gajinya tidak seberapa, yang penting bisa buat bantu orang tua dan bantu adik bayar sekolah,”ungkapnya saat sedang bekerja.
Senada, pegawai lainnya, Winarsih menjelaskan, yang bekerja disini rata-rata istri para nelayan. Ia mengaku bekerja di tempat tersebut untuk mencari tambahan dari pada menunggu di rumah tanpa kegiatan. Ia mengaku semenjak adanya larangan melaut penghasilan suaminya tidak menentu. “Dari pada menunggu di rumah lebih baik cari tambahan untuk bantu suami, lumayan buat tambahan bayar sekolah anak juga,” pungkasnya. (mg26/4)