Beras Palsu Bikin Pedagang Ketakutan
PANONGAN, SNOL—Maraknya isu beras sintetis yang beredar di sejumlah daerah membuat para pedagang beras di pasar tradisional Korelet, Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang khawatir. Mereka takut omzet penjualannya akan menurun. Juju (45) salah seorang pedagang mengaku resah dengan beredarnya isu beras sintetis tersebut.
Menurutnya, isu itu bisa berdampak pada omzet penjualan para pedagang beras yang umumnya berdagang di pasar-pasar tradisional. Apalagi di saat sekarang ini sedang musimnya panen raya, sehingga harga beras itu sendiri pun sedang mengalami penurunan harga.
“Harga berasnya sendiri memang lagi menurun. Soalnya di mana-mana itu kan memang lagi panen, ditambah adanya isu beras plastik. Jadinya orang pada takut buat beli beras. Kalau dibilang omzet menurun sih belum kelihatan, cuma yang biasanya para pedagang rumah makan atau tukang nasi goreng kalau beli 5 liter sekarang paling banyak hanya 3 liter,” aku kepada Satelit News, kemarin.
lanjut Juju, dirinya hingga kini mengaku belum pernah mendapatkan beras palsu seperti yang ramai diberitakan oleh media. Menurutnya, dengan adanya isu tersebut, masyakat sekarang lebih selektif pada saat membeli beras. Ia pun khawatir para pelanggannya enggan untuk membeli beras di pasar-pasar tradisional. Ia pun memberitahu cara membedakan beras tersebut, yakni dengan menggigitnya terlebih dahulu, ketika beras itu hancur artinya adalah beras asli.
“Awalnya juga enggak percaya sih kalau ada beras sintetis, tapi pas saya lihat di televisi kemarin baru saya percaya. Saya takutnya kan orang jadi enggak mau beli beras di pasar lagi seperti tempat kita berdagang ini. Malah lebih memilih ke pasar modern atau swalayan,” keluh nenek yang sudah memiliki tiga orang cucu tersebut.
Kasi Bina Pasar dan Distribusi Perdagangan Dalam Negeri Kabupaten Tangerang Muhammad Iqbal mengaku, pihaknya sudah melakukan inspeksi mendadak (sidak) terkait beredarnya isu beras palsu. Namun, dalam kegiatan yang dilakukan pada Jumat lalu pihaknya tidak ditemukan adanya beras yang terbuat dari plastik tersebut.
“Sejak ada isu beras sintetis ini kami langsung membahasnya dengan para dinas terkait. Makanya kemarin kami langsung melihat ke lapangan kondisinya seperti apa,” ujarnya. Pria yang akrab disapa Iqbal ini mengatakan, membedakan beras asli dengan beras palsu yang terbuat dari plastik ini memang terbilang sulit jika dilihat secara kasat mata. Menurutnya butiran beras yang dibuat dari plastik berwarna bening sementara beras asli berwarna bening bercampur putih susu. Kemudian sewaktu dimasak, beras plastik sudah terlihat berbeda dengan beras pada umumnya.
“Saat dimasak, beras plastik tidak akan bisa menyerap air yang justru malah mengeluarkan air dan tidak bisa mengembang. Nah kalau beras asli itu ketika dimasak pada bagian tengahnya masih ada warna putihnya seperti susu. Ketika diolah menjadi bubur, beras plastik tidak akan hancur. Padahal biasanya menanak nasi hanya butuh waktu sekitar satu jam saja beras sudah hancur,” paparnya.
Sementara, Kabid Perdaganagn Dalam Negeri Tubagus Bukhori mengatakan, jika mengkonsumsi beras plastik dalam jangka waktu lama akan sangat berbahaya bagi kondisi tubuh. Dampaknya pada tahap awal bisa menyebabkan gangguan pencernaan yang ditandai dengan gejala mual, muntah serta rasa pusing. “Untuk saat ini memang belum ditemukan adanya beras plastik tersebut. Bukannya kami mengharapkan ada, tapi mudah-mudahan tidak ada di wilayah Kabupaten Tangerang,” harapnya.
Ia pun berpesan kepada warga Kabupaten Tangerang jika menemukan adanya beras-beras plastik tersebut untuk segera melaporkannya kepada pihak yang berwajib, baik itu kepolisian maupun Disperindag. “Yang jelas kita sudah melakukan sidak dan berpesan kepada pedagang supaya tidak melakukan penjualan beras tersebut. Ini ada beberapa kemungkinan, pertama unsur politis karena adanya pelarangan penjualan beras impor. Sehingga berdampak pada hasil beras lokal dinyatakan tidak bagus,” pungkasnya. (mujeeb/made)