Si Miskin Ini Dibiarkan Menderita
LEBAK,SNOL–Hidup sebatang kara, sungguh menderita. Terlebih, hal itu dijalaninya dalam serba kekurangan, dan seolah terasingkan dari lingkungan sekitar. Seperti dialami Arsim (58). Duda setengah baya warga Kampung Jati Asih RT 03/03, Desa Narimbang Kecamatan Rangkasbitung Kabupaten Lebak ini sudah sejak 10 tahun tinggal sendiri di sebuah gubuk bambu reot di tengah-tengah pesawahan. Ironisnya, Pemda tidak bisa membantu pria malang tersebut hanya karena tidak memiliki KTP dan Kartu Keluarga.
Pantauan di lokasi, gubuk yang ditempatinya hanya terbuat dari bahan material seadanya. Kalau hujan turun dipastikan tempat tinggalnya itu kebocoran. Air hujan membasahi tempat tidurnya dan menggenang di sekitar gubuknya. Tidurnyapun hanya beralaskan tikar yang sudah sembrawut. Bantalnya sudah terlihat tidak layak digunakan.
Memasuki malam hari, ia terpaksa harus gelap-gelapan. Tidak ada aliran listrik yang bisa meneranginya. Hanya lampu lentera (totok) yang menerangi. Itu pun kalau dirinya bisa membeli bahan bakar penerangannya jenis solar.
Selama ini, pria paruh baya itu belum pernah mendapatkan perhatian dari pihak manapun, termasuk Pemkab Lebak. Padahal, tempat tinggalnya tidak jauh dari pusat pemerintahan itu. Gubuk reot yang sekarang ditempatinya bukan milik pribadi, melainkan milik orang lain yang merasa kasihan kepadanya.
Kepada Satelit News, Arsim (58) bercerita, dulu dirinya tinggal bersama istri dan anak-anaknya. Ketika jatuh miskin, dia ditinggalkan oleh istri dan anaknya tanpa memiliki benda berharga apapun. Dia tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa pasrah dan akhirnya tinggal di gubuk yang berada di tengah-tengah sawah itu. “Saya hanya bisa pasrah. Tidak memaksakan kehendak karena sudah tidak mampu menafkahi istri dan anak. Saya menerima keputusan istri yang ingin meninggalkan. Sudah sekitar 10 tahun, saya tinggal di gubuk ini. Boro-boro bantuan dari Pemkab pak, pengen punya KTP saja sulit. Harus punya uang dulu, sedangkan saya tidak punya penghasilan apa-apa,” ujar Arsim, sambil menunduk malu, Rabu, (22/4).
Sebelumnya, ujar kakek berperawakan sedang ini, ia pernah bekerja sebagai sopir angkutan mebel di salah satu toko. Karena matanya sudah tidak normal, ia terpaksa meninggalkan pekerjaan tersebut. Saat ini, aktivitas sehari-harinya hanya sebagai buruh tani yang tidak menentu penghasilannya. Untuk kebutuhan makan saja, ia mengandalkan pemberian dan belas kasihan orang lain.
“Kadang kalau tidak punya uang saya tidak makan. Dulu juga pernah, tiga hari tidak ketemu nasi, paling makan singkong itupun kalau ada. Kadang-kadang juga ada orang yang ke sawah bawa nasi, dan saya suka dikasih,” tuturnya.
Kabid Kesejahteraan Sosial Disnakersos Lebak Asep Saepulloh mengatakan, pihaknya belum bisa membantu kalau orang tersebut belum memilki Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan Kartu Keluarga (KK). Jadi, kalau ingin dapat bantuan harus melengkapi persyaratan tersebut.
“Bisa saja kami mengajukan, tapi harus punya dasar yaitu, KTP dan KK. Kalau tidak ada, kami tidak bisa berbuat banyak. Pihak desa harus mengakomodir persaratannya, jika pihak desa sudah melengkapi, kami pasti akan bertindak cepat,” kilahnya. (mg29/mardiana)