Senandung Penyambut Musim Panen

LEBAK, SNOL—Tidak ada yang memungkiri Banten memiliki pesona tersendiri. Tak sekadar keindahan alam, seni dan budayanya pun adalah pelengkap kekayaan nusantara.

Salah satunya kesenian Calung Renteng. Calung Renteng sejatinya merupakan sebuah kesenian yang diselenggarakan oleh para penduduk guna menyambut musim panen tiba.

      Calung Renteng marak berkembang di sejumlah desa di wilayah Banten seperti yakni Desa Cibaliung, Cimanggu, Cigeulis, serta Cikeusik. Calung Renteng atau Calung Runtuy merupakan deretan buluh-buluh bambu yang di tata serta panjangnya berurutan sesuai nadanya.

Deretan buluh-buluhnya diikat yang merupakan untaian yang selanjutnya direntangkan pada dua batang bambu yang melengkung. Ditabuh menggunakan dua slat pukul (panakol) dan dipegang oleh tangan kiri serta tangan kanan.

      Bergerak dari kiri ke kanan atau sebaliknya. Ada pula buluh­buluh tersebut merupakan untaian pada tali. Ujung satunya yaitu buluh yang paling pendek diikatkan pada tiang atau pohon. Ujung yang satunya lagi, talinya diikatkan pada pinggang si penabuh. Di tabuh menggunakan dua alat pemukul (panakol) dari atas ke bawah atau sebaliknya.   Calung Renteng kebanyakan berlaras Salendro, lagu-lagunya antara lain, Lagu Buncis, Bungur, Rangray, Cimplung, Lutung Luncat, Mulung Muncang dan lain-lain yang dapat disaksikan di masyarakat Baduy di Kanekes, Kecamatan Leuwi Damar, Kabupaten Lebak.

      “Biasanya Calung Renteng ditabuh di saung (dangau) sawah oleh orang yang menunggui padi yang sedang menguning,” ujar salah seorang pemain dari Cikeusik, Asep Nurhadi (49). Di sela­sela menghalau burung yang mengganggu padi yang sedang menguning tersebut, penunggu sawah itu memainkan lagu-lagu tertentu untuk menghilangkan kebosanan. Lagu-lagu yang biasa dinyanyikan antara lain: Pok-pok Datang, Papancara, Rara Muncang, Buncis, Cimplung dan Berenuk Mundur.

      Calung Renteng juga menjadi kelengkapan musik pada perhelatan pesta Seren Taun atau Pesta Panen sebelum icing-iringan helaran berangkat menuju lumbung.   Di kalangan masyarakat Baduy di Kanekes, Calung Renteng juga ditabuh pada waktu luang secara santai di tepas, di depan rumah.   Sepasang ujung tali Calung Renteng diikatkan pada tiang rumah di depan, sedang sepasang tali ujung lain diikatkan ke pinggang si penabuh.

      Calung dibawa dengan jalan digulung lalu tali ujungnya di jinjing atau di solendang ke bahu, jadi tidak dalam keadaan merentang sehingga tidak repot ketika membawanya.   Ada bentuk lain dari Calung Renteng yaitu diberi standar yang terbuat dari bambu seperti Gambang, bentuk ini disebut Gambang Calung dan terdapat di daerah Banten.

      Keunikan serta keistimewan dari kesenian tersebut, dapat dinikmati ketika matahari mulai tenggelam. Sembari bermalam dan menjaga padi-padi yang mulai menguning, biasanya untuk mengusir rasa bosan masyarakat tersebut akan menyanyian berbagai lagu-lagu berupa tembang kedaerahan yang begitu khas. Nah, untuk menemani serta mengiringi nyanyian tersebut terciptalah sebuah alat musik tradisional yang juga diberi nama, Calung Renteng.

      Di samping itu, berbagai tembang yang dinyanyikan juga menyiratkan berbagai makna khusus yang menceritakan tentang pemasalahan dalam kehidupan. Alunan nada yang dihasilkan dari alat musik tradisional tersebut juga akan disesuaikan dengan cerita dan pesan yang terkandung dalam tembang yang dibawakan. Terdapat sebuah nada yang dinamakan dengan nada Pelog, dan dimainkan guna mengiringi tembang-tembang yang menceritakan berbagai kisah kekecewaan, serta nada Selendro yang dimainkan untuk mengiringi berbagai tembang yang penuh dengan kisah bernuansa cinta.

Saat ini, kesenian yang berkembang di berbagai pedesaan tersebut, telah menjadi salah satu kesenian yang menawarkan daya tarik tersendiri. Kita juga dapat menikmati kesenian yang patut untuk dilestarikan tersebut pada berbagai kegiatan, seperti upacara perkawinan, serta upacara lainnya. Berbagai pertunjukan kesenian dan kebudayaan yang diselenggarakan di Provinsi Banten, juga sering kali mempertunjukan kesenian khas tersebut guna dikenalkan kepada wisatawan. (made)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.