Kondom Bekas Berserakan di Halte “Asmara”
TIGARAKSA,SNOL—Waria dan Wanita Tuna Susila (WTS) yang mangkal di halte “asmara” di Jalan Bojong-Pemda lihai bersembunyi saat razia Satpol PP digelar. Alhasil, pasukan penegak Peraturan Daeah (Perda)
ini hanya menemukan banyak kondom bekas berserakan di halte “asmara” jalan tersebut.
Kepala Bidang Operasional Satpol PP, Zamzam Manohara mengatakan, pihaknya sudah sering kali melakukan razia terhadap waria dan WTS yang mangkal di halte “asmara” Jalan Bojong-Pemda. Namun, seringkali tidak membuahkan hasil karena para waria tersebut pandai bersembunyi saat razia digelar.
“Saat kami ada operasi tidak ada waria dan WTS yang mangkal, begitu petugas kita pergi mereka pada kumpul lagi. Beberapa waktu lalu kami hanya menemukan banyak kondom bekas berserakan di belakang halte jalan Pemda itu. Selain itu, setahu saya hanya ada waria yang mangkal dan tidak ada WTS,” ujarnya kepada Satelit News, (9/3).
Selain menggelar razia di halte “asmara” ia juga sudah menggelar razia ke tempat prostitusi lainnya, seperti tempat pemijatan ataupun pemandian air panas. Namun lagi-lagi razia tersebut sering kali bocor sehingga Satpol PP tak mendapatkan hasil.
“Kami sering melakukan razia, seminggu bisa dua kali dilakukan. Jadi tidak benar kalau dikatakan tidak pernah ada razia itu tidak mungkin. Kalau untuk pijat plus-plus dan sauna, mesti kami lakukan investigasi mendalam. Karena tidak mungkin kami datang menanyakan satu persatu pengunjung yang datang,” tukasnya.
Zamzam menambahkan, pihaknya memiliki kendala dalam penangan terhadap WTS dan waria, karena tidak adanya tempat penampungan panti rehabilitasi yang dimiliki Pemkab Tangerang. Selama ini WTS yang terjaring dalam razia dikirim langsung ke panti rahabilitasi di Pasar Rebo, ataupun panti rahabilitasi di Kecamatan Kemiri milik Pemprov DKI. Namun dalam pengiriman tersebut, Satpol PP maupun Dinas Sosial Kabupaten Tangerang terkendala dalam mengurus adminitrasi.
“Sekarang kalau kami razia dan menjaring puluhan WTS mau dikemanakan, sedangkan tempat rehabilitasinya saja belum ada. Dinas Sosial juga belum ada anggaran untuk para WTS yang terjaring. Jadi hanya dilakukan pendataan saja terhadap WTS dan waria yang terjaring razia. Setelah itu kami berikan pengarahan dan dilepas kembali. Tak mungkin para WTS yang terjaring kami tampung di kantor Satpol PP, yang mau kasih makan siapa, yang mau ngerawat siapa, kan tidak bisa seperti itu,” terangnya.
Terpisah, Anggota Komisi II DPRD Kabupaten Tangerang Syarifullah mengatakan, semestinya Pemkab Tangerang memiliki sendiri panti rehabilitasi sehingga ketika dilakukan razia terhadap para WTS dan waria tidak menjadi sia-sia. Karena ada tempat penanganan untuk mereka yang terjaring razia.
“Jadi memang idealnya itu pemerintah memliki sendiri panti rehabilitasinya. Kalau ada WTS yang terjaring razia bisa diberikan pembelajaran, keterampilan dan kemampuan dalam dunia bekerja. Akhirnya mereka tidak kembali lagi mangkal dipinggir-pinggir jalan,” tandasnya.
Diberitakan sebelumnya, halte pertigaan Jalan Bojong-Pemda berubah menjadi tempat mangkalnya para waria dan Wanita Tuna Susila (WTS) di malam hari. Ironisnya aktifitas ini berlangsung lama tanpa ada penertiban dari Satpol PP. Kondisi ini pun menjadi pekerjaan rumah Pemkab Tangerang, terutama dalam menegakkan motto cerdas dan religus. (mg27/aditya)