PSK Tegal Rotan Pindah ke Setu

SETU, SNOL Dentuman musik dari berbagai kafe saling bersahutan. Sejumlah wanita berdandan seksi asyik menyemburkan asap rokok di kegelapan malam.

Begitulah kondisi malam di kawasan Kelurahan Babakan, Kecamatan Setu, Kota Tangsel. Keramaian malam di salah satu sudut kawasan Setu ini sudah berlangsung lama. Bahkan kini tambah ramai lantaran sejumlah pekerja seks komersial (PSK) yang biasa praktek di Tegal Rotan, Pondok Aren, “bedol desa” ke kawasan Babakan Setu.

Setiap malam, para PSK ini beroperasi di depan warung remang-remang yang banyak tersebar di Babakan. Tanpa canggung-canggung mereka menggoda siapapun yang lewat di jalan kampung tersebut. Seolah tak merasa takut dirazia, warem-warem ini dengan bebasnya menjual minuman keras.

“Tapi kami sulit mencegahnya sebab yang membuka warem itu tetangga kami juga. Kalau nanti kita tegur takutnya ribut,” ujar seorang warga setempat yang enggan disebut namanya.

Keberadaan PSK ini tidak hanya di Babakan. Di Kelurahan Setu, atau tepatnya di Jalan Raya Puspiptek juga dapat dijumpai satu lokasi karaoke yang terletak di pinggir jalan. Pintu gerbang yang besar tinggi dan terbuka lebar memperlihatkan banyaknya sepeda motor yang parkir di situ.

Suara musik tidak terlalu keras berdentum, hanya kelap-kelip lampu penghias yang menerangi, selebihnya sama sekali gelap. Cukup aneh, sepeda motor banyak terparkir, tapi suasana di luar lokasi karaoke, cukup terbilang sepi.

Tak jauh dari lokasi karaoke, ada warung rokok di pinggir jalan, yang lagi-lagi nyaris tertutup etalase warungnya, dengan sejumlah perempuan. Mereka asyik merokok dan nongkrong bareng.

Seorang dari mereka yang memiliki rambut ikal dan panjang mengenakan kaos bergaris-garis, sedang berbincang dengan seorang lelaki dalam keremangan dini hari. Tak lama, perempuan yang bertubuh sintal dan jangkung ini pergi meninggalkan lelaki tadi.

Meski kondisi prostitusi terselubung ini tetap merajalela, namun Camat Setu, Bani Khosyatulloh mengaku kalau keberadaan PSK di warung remang-remang mulai berkurang.

“Sudah mulai mengurang, namun yang ada di wilayah Babakan Kelapa Dua, dan Setu, tinggal dua itu saja yang masih sulit ditertibkan,” katanya.

Psikolog Seksual, Zoya Amirin, M.Psi mengatakan, pelacuran ada karena ada permintaan, maka pasar menyediakan. “Dalam prinsip ekonomi ini jelas, kalau ini masalah moral, selesaikanlah secara moral. Bukan dengan menutup lokasi tersebut, bayangkan saja menutup lokalisasi itu seperti rumah mewah tanpa toilet sehingga (kasarnya) orang buang air sembarang sekeliling rumah,” kata Zoya.

Karena itu, menurut Zoya, solusi masalah moral generasi penerus terkait dengan pengguna jasa prostitusi ini adalah dengan memperjuangkan seks edukasi pada semua kalangan.

“Kalau tidak ingin generasi muda rusak karena menggunakan jasa PSK atau prostitusi lainnya. Perjuangkan juga Undang Undang Perlindungan Anak yang kuat dengan menghukum seberat-beratnya prostitusi anak di bawah 18 tahun dan pengguna yang meminta dilayani atau dicarikan PSK di bawah umur,” tukasnya.(irm/dm/bnn/satelitnews)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.