Kecewa Pemda, Petani Duduki Perkebunan Karet

PANDEGLANG,SNOL Puluhan petani dan pemuda Front Perjuangan Pemuda Indonesia (FPPI), yang tergabung dalam Himpunan Petani Mekarjaya menduduki sebuah lahan perkebunan karet.

Mereka menduduki lahan perkebunan karet milik PT. NV Cibiuk di Kampung Medong, Desa Medong, Kecamatan Mekarjaya, Pandeglang, Selasa (28/10). Para petani melakukan aksinya dengan menggarap lahan dan melakukan kegiatan lainnya diareal lahan tersebut.

Lahan perkebunan karet itu, meliputi dua Kabupaten (Pandeglag dan Lebak). Keberadaannya dinilai jauh dari mensejahterakan rakyat sekitar. Bukan hanya memeras keringat masyarakat/buruh dengan upah yang tidak layak, tetapi juga menimbulkan dampak buruk pada lingkungan sekitar. Karena, limbah dari industri pengolahan hasil perkebunan tersebut.

Operasional perkebunan dan kepemilikan lahan oleh perusahaan tersebut, dianggap tidak sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 tahun 1960, tentang Ketentuan-ketentuan pokok kehutanan. Lahan yang luasnya sekitar 530,23 Hektar ini, perlu dikaji ulang sesuai rekomendasi dari Badan Pertanahan Nasional (BPN) tahun 1989 silam.

Ketua FPPI Giant Wildani mengatakan, aksi penguasaan lahan perkebunan itu dilakukan untuk membantu masyarakat, terutama petani gurem (petani tak bertanah) dan buruh perkebunan. Sekaligus melaksanakan reformasi agraria dengan baik. Karena, hal petani dan masyarakat tidak pernah diperhatikan oleh pihak perusahaan.

“Intinya, kami beserta masyarakat menuntut penolakan perpanjangan HGU PT. Bibo ini,” kata Giant, Selasa (28/10).

Sebelumnya, massa aksi juga melakukan aksi di pendopo Bupati dan Alun-alun Pandeglang. Mereka meminta, Pemda tegas menolak perpanjangan atau pembaharuan HGU PT. Bibo itu.

Kades Medong, Kecamatan Mekarjaya Cecep Effendi menyatakan, aksi itu bukan yang pertama dilakukan masyarakat. Bahkan, audiensi dengan Pemda dan DPRD sudah dilakukan berkali-kali. Sayangnya, tidak pernaha da sikap tegas dari Pemda dalam menanggapi aspirasi masyarakat setempat.

“Selama perusahaan itu beroperasi disana, sama sekali tidak ada dampak peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat sekitar. Upah buruh yang bekerja disana juga sangat tidak sepadan. Jalan rusak dan berdampak rusaknya lingkungan sekitar,” ungkapnya.

Tidak ada tanggapan apapun dari Pemda atas aspirasi yang disampaikan warga Medong itu. Akhirnya, masyarakat berjanji akan terus menduduki lokasi perkebunan, dan akan melakukan desakan kepada Pemda terus menerus. Bahkan mengancam akan membawa kasus ini sampai ke tingkat yang paling tinggi. (mg22/ mardiana/satelitnews)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.