SDN Cipondoh 5 Jadi Sarang Burung
Murid Nekad Nempati Sekolah, Meski Belum Jadi
TANGERANG,SNOL– Pembangunan SD Negeri Cipondoh 5 Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang yang tak kunjung usai rupanya dijadikan burung sebagai tempat tinggal.
Setiap pagi siswa harus membersihkan kotoran burung yang ada di meja, kursi dan lantai. Aktifitas kegiatan belajar dan mengajar nekat dilakukan di sekolah yang belum jadi ini.
Saat disambangi Satelit News, terlihat masih banyak bagian bangunan yang belum rapih dan peralatan bangunan yang berserakan setelah proyek pembangunan berhenti akhir tahun lalu. Di lantai 2, tampak masing-masing kelas yang belum dipasang jendela, atap yang belum dipasang plafon, tangga yang belum menggunakan penyanggah dan ditutup dengan triplek.
Guru kelas 5 SD setempat, Rogayah mengaku khawatir dengan kondisi sekolah yang seperti ini. Ditambah, setiap malam banyak burung yang hinggap di atas atap dan kotorannya berserakan di atas meja, kursi dan lantai. “Setiap pagi siswa harus membersihkan kotoran burung yang ada di atas meja, kursi dan lantai sebelum memulai kegiatan belajar mengajar,”keluhnya disela-sela aktifitasnya mengajar, Kamis (21/8).
Kemudian, jendela ruangan yang belum dipasang kaca dan hanya dipasang bambu yang melintang angin dan suara bising bersahutan di kelas. “Akibatnya guru pun harus ekstra keras mengeluarkan suara, karena suaranya beradu dengan angin. Bahkan sampai habis suara setelah mengajar,”ucapnya.
Kepala SD Negeri Cipondoh 5, Mawar Haryanti mengatakan, sudah 8 bulan siswa-siswi belajar dalam ruangan tanpa jendela dan plafon. Sehingga hawa di dalam kelas terasa sangat panas bagi siswa. “Pihak sekolah dan orang tua murid bergotong royong membenahi bagian gedung sekolah yang belum selesai dibangun, seperti menutup triplek di pinggir tangga yang belum diberikan penyangga,” tandasnya.
Mawar mengaku, terpaksa menempati bangunan sekolah yang belum jadi tersebut karena pembangunan sekolah yang sudah 2 tahun lalu tak kunjung usai dan baru 70 persen yang layak digunakan. Sedangkan, selama pembangunan Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang tidak memfasilitasi apapun baik pendanaan maupun fasilitas gedung.
“Karena kami tidak lagi memiliki dana untuk membayar gedung sewaan, maka terpaksa kami dengan orang tua murid berinisiatif menempati sekolah tersebut meskipun masih banyak kekurangan,”katanya.
Selain itu, saat menumpang di SMP Negeri 18 pihak sekolah sudah tidak betah karena proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) menjadi tidak efektif dan terganggu. Jam belajar efektif saat menunmpang hanya tiga jam, karena waktu belajar dimulai setelah tuan rumah selesai melaksakan KBM yaitu siang hari. “Sudah tidak betah numpang-numpang, kasihan anak saat belajar. Akhirnya kesepakatan pihak sekolah dengan orang tua nekat menempati sekolah tetapi harus dibenahi terlebih dahulu,”katanya.
Mawar menambahkan, sudah melaporkan ke Dinas Tata Kota tetapi jawabannya belum pasti, alasannya pelelangan selalu batal. Ia berharap agar pembangunan sekolah bisa selesai di tahun ini, sehingga fasilitas dan KBM bisa berjalan dengan maksimal seperti biasa untuk kenyaman siswa dalam belajar. “Kalau kondisinya seperti ini, khawatir siswa kami saat bermain jatuh dan bisa membahayakan anak,”pungkasnya. (mg14/aditya)