Semua Sepakat Banten Harus Bangkit

Silaturahmi dan Diskusi Tokoh Banten Meriah
SERANG, SNOL Silaturahmi dan Disku­si Tokoh Banten yang digagas Jaringan Media Banten (Satelit News, Banten Pos dan Tangsel), kemarin berlangsung me­riah. Tokoh Banten yang terdiri dari para pendiri, Wakil Gubernur Banten, peja­bat dan mantan pejabat Pemprov Ban­ten, Kapolda Banten, Danrem Maulana Yusuf, serta bupati dan jajaran pejabat daerah lainnya itu larut dalam diskusi yang berlangsung selama dua jam. Para undangan tak ada yang beranjak hingga acara ditutup sekitar pukul 16.00 WIB.
Diskusi yang yang digelar di Ballroom Hotel Le Dian, Kota Serang, ini seakan menjadi ajang buka-bukaan, curhat, hing­ga membongkar masalah yang terjadi di
berbagai daerah di Banten. Zarkasih Noor yang didaulat memberikan sambutan seba­gai perwakilan tokoh yang ada menegaskan, silaturahmi dan diskusi harus digalakkan, sebab semua sudah diajarkan dalam agama. “Silaturahmi dan diskusi (musyawarah) adalah dua hal yang diajarkan agama Islam, karena itulah saya hadir di sini,” tegasnya disambut riuh tepuk tangan peserta.
Acara yang dipandu De­kan Fisip Unsera, Abdul Malik memberi kesempatan pertama kepada mantan pe­jabat eselon I di Kemendagri sekaligus mantan Sekda Banten, Ayip Muflich. Ayip langsung menyatakan bah­wa kondisi Banten saat ini sangat memprihatinkan. “Saya prihatin, apa yang harus kita perbuat dengan ini semua,” kata Ayip.
Namun, lanjutnya, dari keprihatinan ada pelaja­ran bahwa kita tidak boleh mengulangi kesalahan itu, pengelola pemerintahan harus bisa menata kembali Banten, sebab provinsi yang berdiri atas perjuangan pan­jang ini punya potensi untuk maju dan berkembang.
Tokoh dan salah satu pendiri Banten, Irsyad Djuaeli langsung menimpa­li. Irsyad sependapat Ayip. Dia bahkan menegaskan bahwa Banten yang ada saat ini belum seimbang dengan perjuangan pembentukan­nya dahulu. Pengaturan APBD selama ini, kata Irsy­ad, tidak maksimal, karena hanya untuk kepentingan kelompok atau golongan tertentu saja. “Rano Kar­no, pimpinlah Banten den­gan baik. Anda tidak perlu membeli mobil atau rumah, sebab semuanya sudah dise­diakan oleh rakyat Banten,” tegasnya.
Rano Karno pun mendap­at kesempatan untuk berbi­cara. Dia tidak menyia-ny­iakan kesempatan itu untuk mengungkapkan berbagai peristiwa yang selama ini belum terungkap menjelang penahanan atas Ratu Atut Chosiyah. “Saya senang sekali berada di tengah-ten­gah para tokoh dan pendiri Banten. Saya musafir di sini,” katanya berkelakar.
Dengan penuh penghaya­tan, Rano menjelaskan detik demi detik pasca penahanan Atut. Rano bahkan men­gungkapkan tentang pole­mik terkait isu adanya surat dari Kemendagri agar Atut menyerahkan kewenangan kepada dirinya. “Surat Ke­mendagri itu isinya tiga poin. Nah poin ketiga itu berbunyi Gubernur Banten disarankan untuk memberi­kan sebagian kewenangan­nya kepada Wakil Gubernur Banten. Jadi bukan memer­intahkan, tapi menyarankan saja. Dan itupun hanya se­bagian saja. Ini penting un­tuk saya sampaikan,” tan­dasnya.
Rano menegaskan bahwa selama ini dia tidak diam. Dia bekerja dan berupaya agar pemerintahan tidak mandek, berbagai cara ditempuh sampai akhirnya KPK mem­beri izin untuk bertemu Ratu Atut dan menandatangani APBD Banten. “Bayangkan kalau APBD itu tidak ditan­datangani, semua tidak akan berjalan,” ujarnya.
Kapolda Banten, Brigjen Pol Muhammad Zulkarnain dalam kesempatan yang sama menegaskan bahwa selama ini kondisi Banten masih aman dan terkendali. Dia mengaku melakukan berbagai cara agar tidak ter­jadi bentrokan arus bawah terutama yang pro dan kontra terhadap Ratu Atut Chosiyah. “Saya dibantu para kapolres melakukan pendekatan dengan tokoh masyarakat, tokoh agama, OKP dan berbagai unsur stakeholder lainnya. Inti­nya agar Banten tetap kon­dusif,” ungkapnya.
Kapolda mengaku pernah ditelepon Kapolri dan dit­anya soal kondisi Banten. “Kapolri pernah nelepon saya, beliau bertanya apakah dibutuhkan bantuan pasu­kan, saya jawab tidak. Biar saya yang tangani,” ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Kapolda juga menegaskan bahwa semua pihak harus menghormati hukum dan bertindak di atas rel hukum yang berlaku. “Kalau ada yang demo menuntut ini dan itu silahkan saja, asal­kan tidak melanggar hu­kum. Jika ada yang melang­gar, selama langit masih ada maka selama itu pula pelanggar akan dihukum,” tegasnya.
Komandan Korem 064/Maulana Yusuf, Kolo­nel Inf Dedy Kusmayadi juga menegaskan hal yang sama. Dedy bahkan ber­keyakinan bahwa Banten akan tetap kondusif. “Kami selalu melakukan koordi­nasi dengan berbagai pihak termasuk Kapolda Banten. Semua berjalan kondusif dan saya yakin Banten tetap akan kondusif. Suasana ini harus tetap kita jaga bersa­ma,” pungkasnya.
Ada yang menggelitik saat akademisi dari Unis Tangerang, Mas Iman Kus­nandar mengatakan bahwa Pemprov Banten selama ini seperti menjadi kabupaten/kota ke sembilan dari 8 ka­bupaten/kota yang sudah ada. “Ini pengamatan saya. Provinsi seperti daerah oto­nom sendiri, padahal sebai­knya anggaran itu diserah­kan ke kabupaten/kota saja, agar mereka bisa mengurus pendidikan dan kesehatan masyarakatnya. Sisa ang­garan baru untuk pemprov. Kita miris kalau melihat di Lebak ada sekolah yang masih bilik. Ini terjadi kar­ena anggaran tidak merata,” urainya.
Bupati Lebak, Iti Octavia Jayabaya langsung mer­espon hal itu. Dia sepakat dengan guyonan Mas Iman. “Provinsi tidak adil. Su­dah tahu Pandeglang dan Lebak masih tertinggal, ke­napa tidak mendahulukan itu. Berikanlah ke daerah yang masih tertinggal itu, daerah yang maju kan harus menopang yang masih tert­inggal. Tapi kenyataannya selama ini tidak. Pemprov Banten menurut saya tidak adil,” kata Iti diikuti tawa dan tepuk tangan.
Rano Karno hanya terse­nyum. Namun usai acara ber­langsung, Rano menegaskan bahwa dirinya akan mempri­oritaskan Lebak dan Pandeg­lang. “Prioritas saya ada dua, Pandeglang dan Lebak,” kata Rano kepada Iti Octavia. (mg11/igo/deddy/bnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.