Diduga Masih Banyak PRT yang Disekap
SNOL. PT Citra Kartini Mandiri ternyata memiliki dua asrama penampungan calon PRT. Asrama pertama adalah di Jalan Kucica JF 18 Kecamatan Pondok Aren sekaligus kantor pusat yang pada Jumat (18/10) lalu digerebek polisi. Sedangkan asrama kedua letaknya hanya 200 meter dari lokasi penggerebekan pertama.
Dari penelusuran Satelit News, Minggu (20/10), di samping perumahan Kucica, ada gang kecil yang hanya muat satu motor untuk melintas. Gang tersebut menghubungkan perumahan mewah dengan kampung.
“Jalan saja kira-kira 200 meteran, di sana nanti ada rumah tingkat tiga besar sekali, lebih banyak lagi calon PRT nya,” ujar Malik, penjual rujak yang sehari-hari berjualan di komplek perumahan tersebut.
Berdasarkan informasi itu, Satelit News menyusuri jalan yang dimaksud. Benar saja, dari kejauhan rumah tiga lantai tersebut sudah terlihat. Di lantai paling atas banyak terdapat jemuran dan puluhan wanita bersantai di lantai tiga tersebut.
Jika diamati lebih dekat dari depan, terdapat tulisan ‘Asrama 2’ pada pagar kayu setinggi tiga meter, menutupi semua pemandangan dalam rumah. Selebihnya hanya tembok putih, di lantai dua dilapisi kawat besi, begitu pula di lantai tiga, sangat tidak memungkinkan siapapun masuk dan keluar seenaknya dari asrama itu. “Kaya penjara ya mbak?” tutur DN (18), seorang pemuda yang biasa nongkrong di pos depan gang masuk asrama tersebut.
Warga sekitar, diakui DN, sudah paham betul dengan suasana rumah lantai tiga yang dibuat asrama oleh pemiliknya itu. Warga sekitar pun sudah biasa bila ada teriakan ‘ada yang kabur’ dari dalam rumah. “Terakhir saya lupa kapan, tapi langsung dua orang yang kabur,” katanya sembari memakan kerak telor jajanan yang lewat di gang sempit itu.
Dia pun menyayangkan saat ada penggerebekan hanya kantor pusatnya saja, sedangkan asrama dua itu belum tersentuh. “Entah saya yang tidak melihat, tapi ini buktinya masih banyak orang. Setahu saya polisi menggerebek di kantornya,” ujarnya.
Sementara berdasarkan pantauan langsung, baik asrama 2 maupun kantor pusat PT Citra Kartini Mandiri, keduanya dalam kondisi lengang. Di kantor pusatnya, lantai dua yang beberapa waktu lalu terjadi penggerebekan masih terdapat dua orang wanita yang tengah bersantai di atas tempat tidur tingkat.
Saat mengetahui ada media, jendela lantai dua langsung ditutup rapat. Karena masih tembus pandang keluar, jendela pun ditutup mereka dengan handuk seadanya. Kondisi lantai satu yang digunakan sebagai kantor pun tertutup rapat. Hanya ada dua orang wanita lainnya berjaga di bawah sembari memantau lingkungan sekitar.
Sementara warga sekitar kantor PT Citra Kartini Mandiri mengaku lega atas terungkapnya dugaan penyekapan itu. “Alhamdulillah akhirnya terungkap, sebab sudah lama warga disini juga merasa terganggu,” kata seorang warga yang enggan disebutkan namanya.
Ibu rumah tangga yang tadinya tinggal bersebelahan dengan kantor penyalur tenaga kerja itu mengaku pindah setahun lalu karena merasa risih. Menurutnya, banyak keributan, berisik, dan mengganggu ketentraman bertetangga.
“Depan rumahnya juga gitu, pindah sama seperti saya. Hampir sekeliling kantor itu pindah karena merasa sudah tak nyaman,” ungkap wanita yang kini tinggal di Ciputat itu seraya mengaku mengunjungi komplek perumahan tersebut karena sudah santer di media tentang yayasan tersebut.
Sementara itu, sebelumnya, para PRT yang berhasil diselamatkan dari penampungan PT Citra Kirana Mandiri mengaku diperlakukan tidak layak. Mulai dari kamar yang dihuni over kapasitan hingga persoalan makan yang seadanya.
Lilis Widjayanti (17) salah seorang PRT yang disekap mengaku dalam brosur PT Citra Kirana Mandiri terpampang lokasi tempat penampungan yang sangat layak dan menu makanan yang mewah. Ternyata saat tiba dilokasi kondisinya jauh berbeda dengan yang terpampang di brosur. “Tidur saja di lantai, numpuk, bahkan ada yang pernah di bawah meja. Kasur tidak kami pakai karena banyak tumbilanya,” keluhnya saat ditemui di Mapolres Kota Tangerang, Jumat (18/10) lalu.
Menurut Lilis, di tempat penampungan semua calon PRT diwajibkan mengikuti pendidikan sikap dan lainnya sesuai pilihan kerja selama sebulan. Bahkan ia mengaku sempat seminggu praktik di rumah sakit. “Kami wajib ikut pelatihan, padahal di brosur tidak lebih dari dua minggu di tempat penampungan kami sudah dapat kerja. Jelas saya dan teman-teman merasa tertipu dengan janji manis yang ditawarkan,” terangnya.
Siti Arofah (21), PRT lainnya mengaku makanan yang diberikan hanya menu sederhana, yakni pagi mi dan kerupuk, siang dan sore sayur, tempe dan tahu. “Kalau kami kabur atau pulang saat baru beberapa hari di penampungan, didenda Rp 6 juta,” paparnya.
Yulaningsih, wanita yang memilih menjadi baby sitter di penyaluran tenaga kerja tersebut mengatakan, berdasarkan lembaran gaji yang diterima gaji bersih Rp 2,2 juta, uang cuti Rp200 ribu, kenaikan gaji 10 persen dari bulan ke tujuh Rp 220 ribu, dan gaji pertama diberikan ke PT.
Rosanti (19), PRT asal Garut mengaku sempat bekerja selama 9 bulan dan kembali ke penampungan. Ia mengaku saat diberi makan di tempat penampungan ia dan beberapa rekannya kerapkali mendapat makan yang tidak layak. Bahkan ada temannya pernah mendapatkan nasi bungkus basi. “Ada juga yang diludahi dan diinjak kepalanya. Teman saya juga mengatakan ada yang ditampar. Dengan kejadian ini saya ingin pulang saja,” ucapnya.
Krisjayanti (16) asal Tegal mengaku sudah dua bulan berada di tempat penampungan. Dirinya oleh sponsor diminta bersabar menunggu majikan yang akan menggunakan jasanya. “Ya saya belum dapat majikan,” imbuhnya. (pramita/aditya/deddy)