Guru Diduga Aniaya Siswa, Gara-gara ke Warnet

LEBAK, SNOL Salah satu siswa kelas XI Madrasah Aliyah (MA) Al-Mizan yang juga santri di podok pesantren (Ponpes) modern Al-Mizan di Rangkasbitung, Lebak diduga menjadi korban penganiayaan guru.
Akibat penganiayaan tersebut, Furqon (17) warga Kampung Dukuh Binaya, Desa Citeras, Kecamatan Rangkasbitung ini mengalami luka lebam pada bagian muka.
Menurut penuturan kakak korban, yakni Memed (35), awalnya ia merasa heran dengan adiknya (Furqon) karena enggan kembali ke Ponpes dan sekolah selama satu minggu.
Setelah didesak, akhirnya Furqon menceritakan bahwa ia sering ditampar oleh salah satu oknum guru. “Memang agak memar di pipinya, saya kira itu bekas jatuh dari motor. Kalau memang pengakuan adik saya itu benar, kami sangat menyayangkan oknum guru yang telah melakukan penganiayaan,” kata Memed, Kamis (5/9).
Dikatakan Memed, dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum guru tersebut terjadi pada Kamis (29/8) lalu dan kejadiannya pada malam hari.
“Selepas shalat Isya adik saya pergi ke Warnet yang berada di wilayah Rangkasbitung guna melepaskan kejenuhan sampai pukul 23.00 WIB. Namun, ia bilang tanpa izin terlebih dahulu kepada guru atau pembimping Ponpes,” ujarnya.
Saat kembali ke kamarnya di Ponpes Al-Mizan sekitar pukul 23.15 WIB, lanjut Memed, tenyata salah satu guru sekaligus pembimbingnya sudah menunggu.
“Pada saat itulah adik saya dimarahi dan ditampar oleh oknum guru tersebut, kata adik saya kekerasan dengan cara menampar terjadi bukan hanya kepadanya saja melainkan kepada seluruh siswa yang melanggar,” tuturnya.
Salah satu guru MA di Ponpes Al-Mizan Tuanto, membenarkan bahwa Furqon adalah salah satu siswa yang juga santri di Ponpes tersebut. Namun ia mengaku belum mengetahui terkait dugaan penganiyaan yang dilakukan salah satu oknum guru tersebut.
“Kami juga justru baru mendengar informasi ini dari wartawan,” kata Tuanto.
Tuanto pun menjelaskan mekanisme hukuman yang ada di MA sekaligus Ponpes Al-Mizan. “Ada beberapa hukuman yang baku terhadap siswa yang melanggar atau tidak disiplin yakni keluar Ponpes tanpa izin terlebih dahulu, yakni dengan mencukur rambut sampai gundul. Kalau hukuman dengan ditampar itu tidak ada. Kalau siswa atau santri tersebut tetap membandel, biasanya kami mengeluarkannya dengan cara menyerahkannya kembali kepada kedua orang tuanya,” jelasnya. (ahmadi/eman)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.