Kekeringan, Warga Mandi dan Nyuci di Tengah Sawah
KRONJO,SNOL Kemarau panjang membuat sumber air di Kabupaten Tangerang alami kekeringan. Aktivitas mandi dan mencuci pun terpaksa dipindah dari dalam rumah ke tengah saluran irigasi di tengah pesawahan. Sedangkan untuk kebutuhan minum, mereka membeli air bersih isi ulang dengan harga Rp6000/galonnya.
Warga Kampung/Desa Pagedangan Udik, Jamhuri (35) mengatakan, sebagian besar wilayah Kronjo alami kekeringan yang cukup parah. Selama dua bulan ini warga kesulitan mendapatkan air bersih. “Sudah dua bulan ini kami mengkonsumsi air isi ulang seharga Rp6000/galon. Sumur kami sudah kering. Beberapa sumur memang masih ada airnya sedikit tapi asin,” keluhnya kepada wartawan kemarin.
Kekeringan juga dialami Usman (35), warga Kampung Ampel Desa Gembong Kecamatan Balaraja. Dia mengaku kampungnya juga mengalami kekeringan parah. Warga terpaksa menggunakan air keruh irigasi di tengah pesawahan untuk kebutuhan sehari-hari. Mirisnya lagi, warga harus rela mandi di irigasi tersebut bersama ternak bebek milik warga. “Terpaksa mas sudah tidak ada air di rumah, jadi kami mandi di kali ini. Kadang ditemani sama bebek juga,” tandasnya.
Tidak hanya itu, jarak tempuh sumber air juga jauh hingga 1,5 KM. Beberapa warga harus menggunakan sepeda motor untuk mengangkut air hilir mudik. Kekeringan juga melanda Kampung Sentul, Balaraja.
Warga Kampung Barabat Desa Cikareo Kecamatan Solear, Herry juga mengeluhkan kekeringan yang menimpa kampungnya. Warga harus berjalan 2 KM menuju sumber air guna memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci. “Air sumur sudah mengering. Terpaksa kami mengambil air dari sungai, meski itu cukup jauh,” akunya.
Meluasnya kekeringan musim kemarau ini juga melanda Warga Kampung Ciatuy Desa Bojong Kecamatan Cikupa dan Kampung Nagrak Desa Margasari Kecamatan Tigaraksa. Warga mengeluh sulitnya mendapatkan air. “Kalaupun air sumur ada, itupun pada malam hari disedot dengan mesin air secara bergantian. Selain itu, ya harus jalan berkilo-kilo untuk mencapai sumur alam yang belum kering,”imbuhnya.
Diberitakan sebelumnya, Kepala Balai besar meteorology, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) wilayah II Ciputat, Subarjo menjelaskan, musim kemarau kali ini terbilang panjang. Karena sejak Juni lalu nyaris tidak ada hujan. Jika dibandingkan tahun lalu yang masih terdapat curah hujan meski sedikit. Musim kemarau tahun ini terjadi karena suhu muka air laut masih rendah sehingga tidak terjadi penguapan air laut yang menyebabkan hujan. “Untuk Tangerang sendiri merata suhunya berkisar 32-34 derajat,” terangnya.
Musim kemarau juga disebabkan karena letak matahari saat ini jauh dari wilayah Indoensia. Matahari saat ini ada di wilayah Lintang Utara. Kemarau panjang ini tidak hanya melanda tiga wilayah Tangerang saja, melainkan hampir 70 persen wilayah di Indonesia dan juga mengalami kekeringan. Seperti yang terjadi di wilayah Kabupaten Tangerang, menurut Subarjo, kekeringan terjadi wilayah kabupaten lebih banyak memiliki lahan tanah yang belum diproduktifkan. “Berbeda dengan selatan yang sudah padat penduduk, jadi tidak begitu terlihat kekeringannya,” kata Subarjo.
Walau demikian, dia memprediksi tidak akan ada bencana kekeringan yang parah. Menurutnya, selama di Bogor sebagai hulu sungai masih diguyur hujan yang intensitasnya sering, sungai yang mengalir di wilayah Tangerang dan sekitarnya, akan tetap terjaga debit airnya. Cuaca panas yang mengakibatkan kekeringan ini, diprediksi akan berlangsung hingga Oktober mendatang.
“Diprediksi bulan September matahari sudah memasuki ekuator, sehingga pada bulan Oktober atau November mendatang cukup untuk menaikkan air laut dan membentuk awan yang menghasilkan hujan,” jelas Subarjo.
Selama menunggu matahari memasuki ekuator atau garis khatulistiwa, Subarjo menghimbau warga Tangerang dan sekitarnya agar tetap menjaga perilaku seperti membuang puntung rokok sembarangan. Akibat perilaku tersebut, terutama pada ladang rumput yang kering, percikan api yang menimbulkan kebakaran akan sangat mungkin terjadi. “Terkadang kebakaran justru dipicu oleh hal-hal yang sepele, sehingga masyarakat harus berhati-hati,” pungkasnya. (aditya/mita/jarkasih)