Kali Buatan Pengembang Longsorkan Rumah Warga
TANGERANG,SNOL Sebuah rumah di RT 02/08 Kampung Sukasari, Kelurahan Panunggangan, Kecamatan Cibodas longsor akibat terjangan arus deras pada Jum’at (18/1) malam. Ambrolnya tanah diduga akibat ulah pengembang membangun kali buatan tanpa disertai penuraban.
Menurut pemilik rumah, Sadun (51) peristiwa terjadi sekitar pukul 18.00 WIB. “Sebelumnya terjadi longsor, lantai rumah sudah retak-retak. Lalu di belakang rumah terdengar gemuruh. Selang beberapa saat, bagian dapur dan kamar mandi rumah saya yang ikutan longsor,” ungkap Sadun menjelaskan kronologis kejadian, Sabtu (19/1) lalu.
Akibat kejadian itu, seisi dapur langsung berjatuhan ke kali buatan. Beruntung, meski dapur longsor, hal itu tidak sampai menimbulkan korban jiwa. Padahal, sesaat sebelum kejadian anak sulung Sadun bermaksud mengambil wudhu namun urung dilakukan. “Dia sudah mau ke kamar mandi saat itu. Langsung saya cegat, saya punya firasat sebentar lagi dapur dan kamar mandi akan longsor,” tuturnya.
Benar saja, selang beberapa saat bagian rumah seluas 4×5 meter tersebut langsung ambrol beserta isinya. Melihat kejadian itu, Sadun dan keluarganya langsung berhamburan menyelamatkan diri. Tak pelak, kejadian itu memacing perhatian warga lain yang tinggal tidak jauh dari rumah Sadun.
Pihak Kelurahan Panunggangan Barat yang letaknya tidak jauh dari rumah Sadun pun langsung mendatangi tempat kejadian, tak ketinggalan Sekretaris Kecamatan Cibodas datang ke lokasi. “Kali ini dulunya adalah perumahan warga yang dibeli pihak pengembang, kemudian dijadikan saluran air bagi pemukiman dan perkantoran pengembang,” ungkap Lurah Panunggangan Barat, Tusnadi.
Namun saluran air atau lebih tepatnya kali buatan yang terhubung langsung dengan Sungai Cisadane tidak diturab dengan batu kali. Sehingga akibatnya tanah yang ditempati warga labil dan sewaktu-waktu longsor.
“Sebenarnya rumah bapak Sadun ini sudah ada gejala longsor sejak dua minggu lalu. Saya dan pihak kecamatan sudah melaporkannya ke pihak pengembang. Tapi tidak ada jawaban atau penanganan hingga akhirnya peristiwa rumah longsor ini terjadi,” jelas Tusnadi.
Dua minggu yang lalu jelasnya, pihak kelurahan dan kecamatan juga sudah melaporkan mengenai kondisi rumah Sadun dan warga lainnya yang mulai tergerus arus kali buatan tersebut. Namun pengembang belum memberi jawaban sama sekali. Hingga saat malam kejadian longsor, pihak pengembang belum juga memantau kondisi rumah Tusnadi. Pagi harinya atau pada Sabtu (18/1) sekitar pukul 07.00 WIB, Tusnadi mendatangi kembali kantor pegembang, namun juga belum ada jawaban terkait upaya penanganan.
“Barulah saat jam 10 pagi ada dua orang yang mengaku dari pengembang datang ke lokasi. Mereka hanya memotret, saat saya tanya kapan penangannya, hanya dijawab masih dalam planning, mengecewakan,” tutur Tusnadi.
Saat pihak kelurahan dan sang pemilik rumah meminta untuk dibuatkan MCK darurat, pihak pengembang juga hanya menjawab ‘nanti dulu’, harus satu persatu diselesaikannya. “Kami beri kesempatan hingga hari Senin atau Selasa, bila tidak ditangani juga, terpaksa saya ambil tindakan tegas,” ancam Tusnadi.
Pengembang masih diberi keempatan untuk memperbaiki rumah Sadun, maupun membuat turab di bibir kali buatan mereka. Sebab dari awal pembangunan kali yang semula hanya memiliki lebar 2 meter semakin meluas akibat tidak adanya penuraban. “Kami tuntut pengembang ganti rugi, sehingga tanah memiliki lebar seperti sedia kala. Kami miliki bukti-bukti tanah warga yang tergerus akibat adanya kali buatan ini,” ungkap Tusnadi. (pramita/made)