Tol Tangerang-Merak Lumpuh, Banjir Masih Mengancam

SERANG, SNOL Jalan tol Tangerang-Merak lumpuh lagi. Sama seperti tahun lalu, jalan bebas hambatan itu kembali terendam air luapan Sungai Ciujung. Banjir setinggi 80 centimeter hingga 1,5 meter itu merendam di KM 57-59 Desa Undar Andir, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang. Akibatnya, jalan tol lumpuh total sejak Kamis (10/1) dini hari sekitar pukul 01.00 WIB.
Kelumpuhan jalur tol mengakibatkan kemacetan panjang di jalur alternatif Serang-Cikande-Balaraja. Jalur tol yang menghubungkan Pulau Jawa dan Sumatera itu ditutup sejak pukul 01.00, Kamis dinihari (10/1), lantaran tingginya debit air Bendung Pamarayan yang mencapai 2.800 meter kubik per detik.
Kendaraan yang datang dari arah Jakarta dipaksa keluar melalui pintu Tol Balaraja Barat, bahkan di pintu Tol Bitung sebagian kendaraan sudah dipaksa keluar karena kondisinya sangat darurat. Sedangkan kendaraan yang datang dari arah Merak juga dipaksa keluar melalui pintu Tol Ciujung.
Kendaraan yang dipaksa keluar Tol Tangerang-Merak diminta untuk melalui jalan arteri. “Ini terpaksa kami lakukan agar kendaraan-kendaraan itu tidak terjebak di dalam tol,” ujar Manajer Humas PT Marga Mandala Sakti, pengelola jalan Tol Tangerang-Merak, Rahmatullah.
Hingga Kamis malam, Jalan Raya Serang-Jakarta macet total. Volume kendaraan dan badan jalan yang sempit menjadi faktor utama terjadinya kemacetan, ditambah lagi jam pulang karyawan pabrik di jalur jalan nasional tersebut. “Di jalur ini tidak ada banjir saja pasti macet kalau sore hari, apalagi ini ada banjir,” ungkap Sunarno, seorang sopir angkutan Serang- Balaraja, Tangerang, kemarin.
Supervisor CSR PT. MMS, Bedah Bimantoko mengatakan, penutupan ruas jalan tol tersebut dilakukan setelah bercermin dari tahun sebelumnya. Akibat terlambat menutup jalur, banyak kendaraan yang terjebak dalam luapan air. “Kami tak ingin ambil resiko seperti tahun kemarin,” katanya.
Sementara, Dirlantas Polda Banten Kombes (Pol) Slamet Hadi mengatakan, pihaknya telah melakukan sejumlah langkah untuk mengurangi jumlah penumpukan kendaraan akibat banjir tersebut. Jalur alternatif pertama yakni untuk kendaraan kecil menuju Tangerang diarahkan memasuki jalur, Ciruas-Pontang-Tirtayasa- Kronjo-Balaraja. Sedangkan untuk kendaraan besar, diarahkan melalui jalur alteleri Ciujung-Cikande- Asem-Balaraja.
“Saat ini kondisi kemacetan yang terjadi lebih parah jika dibandingkan dengan banjir tahun lalu. Petugas kami sudah semaksimal mungkin untuk mengurai kemacetan di jalan,” katanya.
Kapolres Serang AKBP Ady Soeseno mengungkapkan, pihaknya menyebar 400 personel polisi untuk memantau keadaan dan mengatur lalu lintas di sekitar tol Tangerang-Merak yang lumpuh tersebut. “Dari Polres yang kita turunkan 400 personel,” ujar Ady Soeseno. Pihaknya menempatkan aparat di sepanjang jalur alteri dan jalur alternatif lainnya untuk mengurai kemacetan.
Kasubag Umum Pintu Air Bendungan Pamarayan, Hermanto saat dikonfirmasi mengatakan, saat ini debit air di Bendungan Pamarayan terus mengalami peningkatan, seiring dengan curah hujan di Rangkasbitung, Lebak yang terus terjadi. Menurutnya, saat ini kondisi air di Bendungan Pamarayan sudah dalam tahap kondisi siaga merah, dan satu-satunya cara hanya dengan membuka semua pintu air yang ada.
“Sudah tidak cara lain, selain membuka semua pintu air, dan dampaknya ini pasti menimbulkan banjir terutama di daerah bantaran sungai Ciujung dan jalan tol,” ujar Hermanto.
Hermanto juga mengungkapkan, pihaknya tidak bisa memprediski kapan air akan surut, mengingat curah hujan yang masih memiliki intensitas tinggi. Namun, pihaknya tetap siaga, untuk terus mengontrol debit air yang masuk ke Bendungan Pamarayan, tukasnya.

Belum Ada Solusi

Di lain pihak, Kepala Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Ahmad Ghani Gazali mengaku belum memiliki solusi untuk mengatasi banjir yang kerap terjadi di tol Tangerang-Merak tersebut. Ghani beralasan, tidak mudah, lantaran terkait dengan persoalan lingkungan. Ghani juga menyatakan jika KM 57-59 itu sudah pernah ditinggikan setelah banjir pada 2012, tetapi ternyata volume air yang masuk kali ini lebih besar.
“Ini bisa dilihat kalau tahun lalu ketinggian air yang menggenangi jalan tol hanya 24 sentimeter, maka kali ini sudah mencapai 1,5 meter,” katanya.
Dia mengatakan, bisa saja ruas yang tergenang banjir itu ditinggikan menggunakan pancang seperti di Tol Cengkareng. Namun harus dikaji, berapa meter jalan tol itu harus ditinggikan lagi.
“Kondisi lingkungan harus dilihat, serta berapa titik yang harus ditinggikan,” ujar dia, seraya mengatakan perlu secepatnya mengambil langkah mengingat tol Tangerang-Merak merupakan nadi perekonomian penting yang menghubungkan Pulau Sumatera dan Jawa.
Pantauan Satelit News, banjir yang meluap di bantaran Sungai Ciujung membuat puluhan ribu warga tiga desa, yakni Desa Undar Andir, Dukuh dan Palembangan menderita. Air yang merendam rumah-rumah warga setinggi 4 meter mengakibatkan rumah-rumah warga tenggelam. Harta benda milik warga banyak yang tak bisa diselamatkan. Sebagian besar warga mendirikan tenda-tenda di sepanjang jalur tol, dan sebagian besar lainnya dievakuasi ke sejumlah tempat.

Banjir serupa juga pernah terjadi tahun lalu. Banjir setinggi 50 -100 sentimeter sepanjang KM 57 tol Tangerang-Merak mengakibatkan jalur Merak-Jakarta lumpuh total, Minggu (15/1/2012). Banjir men¬gakibatkan warga didera kerugian hingga miliaran rupiah. Tak hanya itu, warga juga kesulitan menda¬patkan pasokan makanan, selimut dan kebutuhan sandang. (bagas/ mg3/cr-1/dan/dam/deddy/bnn).(bagas/bnn/jpnn)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.