Empat Korban Banjir Ditemukan Tewas,Warga Mulai Terserang Penyakit

LEBAK, SNOL Empat korban yang hanyut terbawa banjir di Lebak ditemukan oleh tim life guard (penjaga pantai) Provinsi Banten dan tim relawan dari Badan Penanggunalangan Bencana Daerah (BPBD) Lebak, Kamis (10/1). Keempat korban tersebut ditemukan dalam keadan tidak bernyawa.
Keempat korban adalah Warsiti (65) warga Kampung Talun, Desa Panancangan, Kecamatan Cibadak, Dadang Saepudin (37), warga Kampung Cisitu, Desa Kujangsari, Kecamatanm Cibeber, Mustafa (16) warga Kampung Teras, Desa Sindangsari, Kecamatan Sajira, dan Atja (50) warga Kampung Cinangka, Desa Girimukti, Kecamatan Cilograng.
Kepala BPBD Lebak Muklis mengatakan, Warsiti dan Mustofa adalah korban yang tewas akibat terendam banjir. Warsiti tenggelam karena memiliki penyakit efilepsi (ayan), sementara Mustofa hanyut terbawa banjir. “Warsiti ditemukan di sekitar rumahnya pada pagi hari sekitar pukul 07.00 WIB, sementara Mustofa ditemukan oleh life guard satu kilometer dari tempat dia hanyut,” katanya, Kamis (10/1).
Sedangkan korban lainnya yakni Atja dan Dadang Saepudin berhasil dievakuasi dari reruntuhan longsor pada Rabu malam. “Keduanya ditemukan sekitar pukul 22.00 WIB. Keempatnya saat ini sudah di semayamkan di kampung halamannya masing-masing,” tukasnya.
Ketua life guard Provinsi Banten Ade Ervin, membenarkan pihaknya mengevakuasi dua korban yang hanyut. Kedua korban, kata Ervin, baru ditemukan keesokan harinya (Kamis pagi), setelah pencarian sebelumnya dihentikan lantaran cuaca buruk. “Memang kami mencari kedua jasad korban di sekitar pemukiman mereka yang hanyut, korban sulit ditemukan karena derasnya hujan,” akunya.
Sementara suasana duka masih menyelimuti di kediaman masing-masing korban. “Si Mustofa adalah santri yang rajin, sebentar lagi ia akan mengkhotamkan Al- Quran, namun takdir berkata lain. Dia harus lebih dulu menghadap sang Kholik,” ucap Wawan, salah satu kerabat korban.

Terserang Penyakit

Ratusan korban banjir yang saat ini berada di Posko banjir milik Pemkab Lebak di Gedung Juang, Kecamatan Rangkasbitung, mulai terserang penyakit. Selain penyakit kulit, mereka juga saat ini mengalami diare. “Kami sejak hari Rabu tinggal di sini (aula Gedung Juang-red), karena kami enggan pergi ke rumah karena khawatir terjadi banjir susulan,” kata Suhariah, salah satu pengungsi asal Kecamatan Rangkasbitung, kemarin.
Dikatakan Suhariah, para korban banjir yang mengungsi saat ini mayoritas terserang penyakit kulit dan diare karena minimnya sarana air bersih. “Kalaupun ada air bersih itupun kami harus ngantri dan pasokannya juga sedikit, jadi kami harus hemat dalam menggunakan air,” ungkapnya.
Salah satu tim medis dari RSUD Ajidarmo, Rangkasbitung, Muflikhah, membenarkan bahwa korban banjir saat ini terkena gatal-gatal dan diare. Kendati demikian, penyakit tersebut dalam taraf normal dan bisa ditanggulangi oleh tim medis. “Saya rasa dua hari juga penyakit tersebut akan sembuh, kita tanggulangi. Apalagi obat-obatan juga tersedia,” ucapnya.

Masih Mengungsi

Di Pandeglang, ribuan korban banjir di 12 Kecamatan masih bertahan di tempat pengungsian terdekat di wilayahnya masing-masing. Ini karena banjir banjir yang menghantam wilayah itu belum surut.
Camat Panimbang, Agus Amin Mursalin mengatakan, ketinggian banjir secara perlahan sudah mulai surut, namun sebagian besar wilayah Panimbang masih tergenang banjir, sehingga warga belum bisa kembali ke rumahnya. “Ketinggian air antara 50 cm sampai 1 meter, masuk ke rumah-rumah warga. Warga yang sudah kami evakuasi, masih tetap bertahan di lokasi pengungsian, yaitu di Kantor Kecamatan dan tempat-tempat yang lebih aman,” kata Camat Agus, Kamis (10/1).
Senada, Camat Angsana, Wawan mengatakan, banjir terus membesar dibeberapa Desa di wilayahnya, ibuan warganya diungsikan di kantor kecamatan dan masjid Angsana. “Kami masih terus monitor lokasi, dan warga diungsikan,” ujarnya.
Kepala BPBD Pandeglang, Encep Suryadi mengatakan, pihaknya secara berangsur mengirimkan bantuan ke lokasi banjir. Selain bantuan makanan tambahan, sembako, pakaian layak pakai, selimut, juga ada bantuan jenis kompor dan yang lainnya, termasuk perahu karet. “Kalau lokasi yang tidak bisa ditembus kendaraan, bantuannya kami salurkan sampai ke kecamatan,” paparnya.

6 Kecamatan Banjir

Di Kabupaten Tangerang, enam kecamatan diterjang banjir. Banjir ini diakibatkan dari luapan sejumlah sungai di Kabupaten Tangerang yakni Cidurian, Cimanceuri hingga Cipayaheun akibat curah hujan yang tinggi.
Pantauan Satelit News di Perum Mustika Desa Pasir Nangka Kecamatan Tigaraksa diterjang banjir sejak pagi hari. Banjir merendam sekitar 500 rumah di blok D perumahan tersebut hingga malam hari kemarin.
Camat Tigaraksa, Mas Yoyon Suryana mengatakan, jika banjir terjadi di enam desa/kelurahan, yakni Cisereh, Pasir Bolang, Pematang, Kadu Agung, Matagara dan Pasir Nangka. “Paling parah banjir di Perum Mustika dan Cisereh, sedangkan total rumah yang terendam di Kecamatan Tigaraksa sekitar 1300 Kepala Keluarga (KK),”jelasnya saat meninjau banjir di Perum Mustika.
Kasi Mobilisasi Bantuan Dinas Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kabupaten Tangerang, Adi Susanto mengatakan, hingga pukul 21.00 tadi malam, ada enam kecamatan yang diterjang banjir. Diantaranya Kecamatan Jayanti meliputi Perum Cikande Permai dan Desa Pasir Gintung, kecamatan Solear meliputi Desa Solear, Kecamatan Kresek meliputi Desa Pasir Ampo dan Desa Koper, Kecamatan Gunung Kaler meliputi Desa Gunung Kaler, Kecamatan Tigaraksa meliputi Kelurahan Kaduagung, Perum Mustika, Desa Pasir Bolang dan Desa Cisereh. Serta Kecamatan Cisoka meliputi Desa Carenang dan Kecamatan Teluknaga meliputi Desa Tanjung Burung.
“Semua wilayah yang terkena banjir di enam kecamatan tersebut sudah disalurkan bantuan berupa mie instan, air mineral dan beras. Hingga saat ini tidak ada korban jiwa dalam bencana banjir ini,”tuturnya. (mg8/ mg3/mardiana/aditya/deddy)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.