Pasca Mogok, Harga Makin Melambung
TANGERANG, SNOL Aksi mogok para penjual daging juga terjadi di Kota Tangerang. Senin (19/11) mereka bahkan baru memulai lagi aktivitasnya. Harga bukannya turun. Yang terjadi justru sebaliknya. Para penjual kembali dihadapkan pada kenaikan harga yang menyentuh Rp 100 ribu/kg. Situasi yang sama juga terjadi di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Tangerang.
Hingga Senin, daging di Pasar Anyar Tangerang dipatok dengan harga Rp 95 ribu/Kg. “Mau bagaimana lagi, dari penjagalannya saja sudah tinggi, malah tadi malam dinaikan lagi Rp 2.000, pusing juga kami,” keluh Hanafi, salah seorang pedangang daging di Pasar Anyar Kota Tangerang.
Terus melonjaknya harga daging di pasaran, menyebabkan dalam sepekan ini angka kenaikan menyentuh level Rp 10 ribu. Kenaikan diawali dari Rp 85 ribu ke Rp 88 ribu. Esok harinya, mengalami lagi sebesar Rp 2.000 lalu bertambah Rp 3.000 dan berikutnya Rp 2.000 lagi. “Kami mogok jualan selama lima hari kemarin, tapi ternyata bukannya turun, malah naik,” terang pria yang sudah berjualan selama belasan tahun tersebut.
Kenaikan harga di atas adalah dalam bentuk daging. Sementara jika hitung per ekor, kenaikannya malah mencapai Rp juta. “Ini yang membuat kami merugi,” tuturnya. Dalam sehari sebelum kenaikan harga dia bisa mengantongi Rp 10-15 juta. Namun semenjak kenaikan, dia mengaku hanya bisa mengantongi Rp 3 juta saja per harinya. “Sekarang yang beli saja hanya konsumen saya yang memang mendesak perlu daging. Seperti penjual bakso, pengusaha katering, dan beberapa penjual yang memang membutuhkan daging sebagai bahan baku,” jelasnya.
Ika Laila (30), sebelumnya biasa membeli satu kilogram daging sapi, kali ini dia hanya sanggup membeli seperempat atau setengah kilogram saja. “Mau bagaimana lagi, mahal banget harganya. Paling saya ganti dengan tetelan atau tulang sapi,” ujar ibu rumah tangga tersebut,
Pantauan Satelit News di Pasar Anyar, dari lima penjual daging yang biasa berjualan di sisi kiri pasar atau dekat dengan rel perlintasan kereta api, hanya Hanafi saja yang membuka lapaknya. “Kosong, pada enggak kuat sama harganya,” celetuk seorang pedagang.
Di Pasar Malabar, Suparno yang biasanya berdagang daging sapi semenjak kenaikan harga beralih menjadi menjadi penjual daging ayam. “Harganya selangit, saya seperti berjualan saat Lebaran Idul Fitri saja, rugi kalau begitu,” akunya.
Merosotnya angka pasokan daging sapi di sekitar DKI Jakarta juga berimbas langsung pada stok daging sapi di Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Sejak pekan lalu, kenaikan daging sapi di Tangsel sudah menyentuh angka Rp90 ribu per kilo (kg), hingga Rp100 ribu/Kg.
Kepala Seksie (Kasie) Pengolahan Data dan Analisis Harga, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Tangsel Edwin mengatakan, langkanya pasokan daging sapi jadi penyebab utama naiknya harga komoditi tersebut.
Alasan utama kenaikan harga daging sapi disebabkan, adanya aturan pembatasan impor yang dilakukan pemerintah. Selain itu, libur panjang yang terjadi sejak 15-18 November 2012 lalu, juga jadi salah satu penyebab naikanya harga daging tersebut. “Pekan lalu harganya masih Rp85 ribu/Kg, kini di kisaran Rp90 ribu sampai Rp100 ribu/Kg,” ucapnya.
Sejumlah pedagang daging sapi di Pasar Tradisional Kota Tangsel merasakan betul minimnya pasokan daging sapi impor di lapaknya. Kalaupun ada yang berjualan, mereka terpaksa membadrolnya dengan harga yang sangat tinggi.
“Harga daging naik tajam sampai Rp 100 ribu/Kg. Para pedagang juga bingung,” kata Somad (34), pedagang daging sapi di Ciputat. Sebagian pedagang daging sapi bahkan sudah ada yang tidak berdagang 2-3 hari lalu lantaran melonjaknya harga dari pemasok.
Warga Kecamatan Pondok Aren, Ayanih (40) mengaku kaget saat membeli daging sapi yang menyentuh angka ratusan ribu tersebut. Dia pun terpaksa membeli daging sapi di mall lantaran sejumlah pedagang sapi di pasar tradisional banyak yang tidak dagang. “Karena kebutuhan, terpaksa saya beli di Mal,” ujarnya. (pramita/pane/made/gatot)