Berawal dari Hobi, Lahir Rabbits Pandeglang Community
Sekilas jika dilihat, pasti anda akan mengira bahwa hewan berbulu halus dan lebat itu adalah jenis kucing ras Angora. Apalagi bila melihatnya dari bagian samping atau belakang. Maklum selain bulunya halus, perilakunya juga manja, bak peragawati yang sedang tampil di atas panggung catwalk.
Namun, hewan yang besarnya persis sama dengan kucing itu ternyata memiliki telinga panjang dan bagian muka yang lebih panjang dari kucing. Sebab hewan tersebut adalah seekor kelinci dan cukup jarang kita temui dalam bentuk dan jumlah cukup banyak.
Berbagai jenis dan warna bulunya yang indah serta halus, membuat sekelompok orang di daerah Cihaseum, Kecamatan Pandeglang, hobi memelihara dan mengembangbiakan kelinci itu. Bahkan mereka sangat mencintainya, sehingga wajar jika kelompok ini menamakan dirinya sebagai komunitas rabbit pencinta dan pemelihara.
Masing-masing anggota komunitas rabbit ini, memiliki kelinci lebih dari 10 ekor, dengan berbagai jenis dan warna, ada yang putih bersih, hitam pekat, abu-abu, kecokelatan, serta warna-warni lainnya. Yang kesemuanya terlihat terawat dan bersih, sehingga membuat siapapun akan gemas serta ingin memeganginya.
Ketua Komunitas Rabbits Pandeglang Entang Mulyana mengatakan, sudah hampir lima tahun ia bersama puluhan rekannya membina anggota para pecinta dan pehobi kelinci, bahkan sebagian ada yang mengembangbiakannya sampai dalam jumlah yang banyak. “Komunitas ini muncul dari hasil obrolan yang tidak terlalu serius, hanya saja awalnya kami dipertemukan dalam hobi dan kegemaran yang sama, untuk menyatukan kawan-kawan yang lain, akhirnya kami bergabung dalam Rabbits Pandeglang Community,” kata Entang, Jum’at (5/10).
Salah satu jenis kelinci andalan atau favoritnya adalah kelinci Angora Rex, yaitu kelinci yang memiliki badan yang besar, bulunya cantik, serta sikapnya yang manja, membuat para pecinta kelinci mengunggulkan Angora Rex sebagai salah satu kelinci peliharaan favorit. Tidak hanya Angora, kelinci lainnya juga seperti jenis love dan flame, juga menjadi favorit. Khusus untuk kelinci flame, kata Entang, lantaran bobotnya yang besar, bisa mencapai 10 Kg, sehingga menggemaskan. Bukan hanya itu, mereka juga mengoleksi kelinci jenis lokal.
Dalam sebulan, komunitasnya bisa menjual ratusan kelinci berbagai jenis dengan harga bervariasi, antara Rp 250 ribu hingga Rp 500 ribu, tergantung besar ukuran dan jenisnya. “Sekarang sudah banyak yang memelihara kelinci, karena perawatannya dianggap mudah,” ujarnya.
Angora, tambahnya lagi, mata dan telinganya kerap mengeluarkan kotoran bila hidup di udara panas, makanya jenis kelinci itu harus selalu diberikan obat tetes mata, kalau kelinci biasa lebih mudah beradaptasi dengan cuaca. Selain itu juga, bulu kucing bila tertelan tak akan hancur malah mengendap sehingga jadi penyakit.
Kalau bulu kelinci begitu terhirup atau termakan, bisa lebur sehingga tidak membahayakan. “Penyakit kelinci yang paling umum adalah scabies alias kudis, atau dalam bahasa lokal dikenal dengan buduk, yang biasanya akibat kebersihan tubuh atau kandang yang tidak terjaga, sehingga bulu kelinci menggumpal dan memicu munculnya kuman yang menyebabkan gatal-gatal,” imbuhnya.
Selain itu, penyakit lainnya yang harus diwaspadai oleh pehobi kelinci atau pembudidaya kelinci adalah diare. Selain kebersihan, kita juga dituntut untuk menjaga makanan yang diberikan kepada kelinci. Paling baik, makanan kelinci adalah rumput dan makanan buatan yang dibuat dari campuran ampas tahu, serta beberapa jenis sayuran. Berhati-hatilah dengan kangkung, karena sayuran ini bisa memicu kembung dan kemudian diare terutama bila kangkung diberikan dalam keadaan segar, “Anggota kami sudah mencapai 25 orang lebih yang tersebar di wilayah Pandeglang,” tandasnya lagi. (mardiana/made)