ABG Tewas Digorok, Dibuang di Pintu Tol Pondok Aren
CIPUTAT, SNOL Pembunuhan sadis kembali terjadi. Kali ini korbannya anak baru gede (ABG). Kondisi mayat ABG digorok dengan leher hampir putus. Mayat ABG tersebut ditemukan di dekat pintu tol Pondok Aren, Jalan Poncol, RT 1/5, Kelurahan Sawah, Kecamatan Ciputat, Kota Tangsel, kemarin (6/9) pagi.
Kuat dugaan, mayat ABG tanpa identitas itu merupakan korban pembunuhan sadis. Soalnya, sekujur tubuh hingga kepala korban dipenuhi luka bacokan. Jari telunjuk sebelah kanan putus, bagian leher korban juga terdapat luka menganga.
Berdasarkan penuturan saksi mata, Tur, mengatakan, saat itu dia mau berangkat kerja. Namun saat melintas di Jalan Poncol, seorang memberitahukan bahwa ada mayat. Setelah dilihat, kondisi mayat ABG tersebut sudah ditutupi daun pisang.
“Saya melihat kejadian tersebut pukul 07.45, saat melintas kondisi mayat sudah tertutup daun pisang, dan kondisi kepala yang nyaris putus,” jelas Tur. Setelah melihat mayat tersebut dia langsung menghubungi kantor kepolisian setempat.
Camat Ciputat, Deden Juardi mengatakan, mayat tersebut kemungkinan bukan warga Kelurahan Sawah Lama maupun Sawah Baru. “Dari informasi, tidak ada ciri-ciri mayat tersebut yang tinggal di wilayah ini, kemungkinan bukan orang sini,” ucapnya.
Berdasarkan pantauan Tangsel Pos (Satelit News Group) di lokasi, mayat pria tersebut menggunakan kaos berwarna ungu, celana dalam pendek atau bokser warna kuning, dan celana panjang hitam serta menggunakan sendal jepit warna hitam dengan merek Converse. Tidak ada identitas yang ditemukan di sekitar mayat pria tersebut. Posisi mayat tengkurep dengan kondisi berlumur darah.
Sementara warga Poncol, Andi (25) mengatakan, dia belum pernah melihat wajah dari korban tinggal di dekat rumahnya. “Kalau warga sini atau tukang parkir pasti warga Poncol pernah melihat wajahnya. Namun ini mukanya sangat asing. Kemungkinan bukan warga Jalan Poncol,” katanya.
Kapolsek Ciputat Kompol Alip yang ditemui di lokasi kejadian juga menduga mayat ABG merupakan korban pembunuhan. “Saat ini, kami masih menyelidiki, apakah korban dibunuh di lokasi, atau dibunuh di lokasi lain, kemudian jenazahnya dibuang di lokasi ini. Satu hal menyulitkan adalah, belum diketahuinya identitas korban,” ujar Kapolsek.
Alip mengatakan, untuk ciri-ciri korban, tinggi kisaran 160 cm, dengan rambut hitam lurus, warna kulit sawo mateng, kondisi mayat dengan luka sabetan senjata tajam seperti golok.
Ditanya apakah kemungkinan pelaku lebih dari satu orang, dirinya mengatakan, kemungkinan pelaku lebih dari satu orang ada. Namun sampai saat ini pihak polisi masih melakukan penyelidikan terhadap kasus ini.
Ditanya apakah ada perlawanan sebelum korban tewas, Alip mengatakan, dengan kondisi luka di bagian tangan dan jari, kemungkinan melawan pasti ada. Namun pihak kepolisian masih mengusut kasus ini. “Kemungkinan pasti saja ada, namun kami tidak ingin mengira atau menerka, sehingga harus diselidiki lebih lanjut,” kata Alip.
Guna pengusutan lebih lanjut, jenazah ABG itu kemudian dievakuasi ke RS Fatmawati, Jakarta Selatan, untuk dilakukan visum. “Kita akan visum terlebih dahulu, supaya lebih jelas,” ungkap Alip.
Menyikapi kasus ini, kriminolog Universitas Indonesia (UI) Prof Adrianus Meliala, menilai faktor menyebabkan seorang bisa melakukan pembunuhan karena memiliki kemampuan seperti orang dewasa tetapi pikirannya labil. “Dia memiliki kemampuan sebagai lelaki dewasa tenaganya besar, tetapi kemampuan dia berfikir itu masih anak-anak,” kata Adrianus.
Menurut anggota Kompolnas ini, setiap orang punya kemampuan untuk berbuat jahat. Hal ini dipengaruhi lingkungan tempat tinggal seseorang. “Semua orang itu punya kemampuan untuk berbuat jahat, ada faktor environment yang bisa memunculkan atau menenggelamkan potensi kejahatan dalam diri seseorang,” ujar Adrianus.
Dalam kasus ini perlu diselidiki lebih lanjut penyebab dan motif pembunuhan yang dilakukan oleh seseorang. “Kita harus tahu motif dari orang tersebut membunuh,” katanya.
Lanjutnya, tindakan yang dilakukan dengan membunuh korban menggunakan benda tajam atau senjata api dan sebagainya. Belakangan ini sering terjadi, banyak faktor mengapa orang bisa melakukan tindakan sadis tersebut. “Kita harus tahu faktor mengapa ini bisa terjadi, kekerasan bisa menimpa siapa saja dan banyak faktor ini semua bisa terjadi,” katanya. (irm/bnn)